Kamis, 30 April 2015

What Makes You Beautiful?

Kriteria perempuan cantik itu apa sih?
Kulit putih, mulus, tinggi, skinny, rambut panjang, hidung mancung, dan lain-lain. Seperti itu?
Kalau menurut aku sih tidak mesti seperti itu. Cantik itu kan relatif. Bahkan perempuan secantik Raisa yang menurut aku cantiknya nyaris sempurna aja masih ada yang nggak suka. Eh kan kemarin Raisa pernah dikritik waktu mengkampanyekan kulit cantik itu putih bersinar. Raisa dikritik karna cantik itu nggak harus putih. Padahal kan Raisa cuma sebagai alat yang mempromosikan salah satu produk kecantikan, kok malah dia yang dikritik (fans Raisa garis keras!).

Iya sih, cantik itu tidak mesti berkulit putih. You know Tara Basro? Kulitnya yang eksotis, Indonesia banget dan cantik! Kulit wanita Indonesia ini cantik sih kalo menurut aku, warna eksotis sawo mateng yang ngga terlalu gelap tapi seksi, terus warna kuning langsat yang cantik banget. Itu unik sih menurut aku. Dan aku setuju, cantik ngga harus putih, tapi bersih.

Beauty is pain...
Cantik itu menyakitkan. Kok aku kurang setuju ya sama yang ini. Demi terlihat cantik jadi rela menyakiti diri sendiri. Kita memenuhi ekspektasi orang yang melihat, sementara diri sendiri tersakiti. Kalau sakitnya sementara sih it's okay lah ya. Tapi kalau sakitnya berkelanjutan dan dalam jangka panjang berakibat buruk kayaknya nggak usah dilakuin. Contohnya, rela pake heels tinggi yang modelnya cantik tapi ngga nyaman dipake dan bikin kaki lecet parah. Kalau aku, yang penting nyaman dulu sih, model itu nomor dua. Terus oplas, tanam benang, liposuction, suntik silikon dan lain-lain.  Kalau aktris sih oke aja, kecantikan mereka kan termasuk aset penting, investasi. Tapi menurut aku kenyamanan sih yang paling utama.

Mending cantik make up apa cantik camera360/filter?
Ini permasalahannya kalau lagi difoto kali ya. I choose cantik make up. Pake kamera 360 sebenernya sah-sah aja sih selama ngga ganggu atau ngerugiin orang lain. Tapi aku pribadi lebih milih dandan aja. Jujur aku ngga jago edit-edit foto, pun muka juga pas-pasan kan, jadinya mending dandan deh kalau mau dapetin hasil foto yang lumayan. Lagipula fitrah wanita kan memang suka berhias diri, wajar-wajar ajalah. Dan kemampuan berdandan itu menurut aku penting dimiliki setiap wanita, paling nggak yang dasar-dasarnya aja kayak pake bedak dan menata rambut. Yang terpenting dandanannya masih dalam batas kewajaran dan sesuai tempat.  

Aku nggak mengklaim diri aku cantik, enggak lah... Lagi pula cantik itu relatif, ada yang bilang kita cantik pasti ada juga yang bilang enggak. Itu perkara selera orang yang melihat aja sih. Kalau aku pribadi cantik itu berhubungan erat dengan percaya diri. Dan aku akan percaya diri kalau aku nyaman dengan apa yang aku kenakan, seperti baju, makeup, dan sepatu. Kalau nggak nyaman kayaknya bakal sulit untuk percaya diri. Cantik atau tidak itu kembali lagi, penilaian orang beda-beda. Yang terpenting nyaman dan jadi diri sendiri. Comfortable comes first girls. Dan ada yang lebih penting lagi dari sekedar cantik fisik, yaitu cantik hati. Miliki attitude yang baik. Berusaha untuk selalu berbuat baik and have positive mind. Inner beauty akan menambah poin kecantikan fisik. So, be kind!

Selasa, 28 April 2015

Duapuluh Empat!

Time flies fast :')

Akhirnya, hari ini tanggal 27 April usia aku genap sudah 24 tahun. Campur aduk. Aaaaak... rasanya enggak rela. Kok cepet banget. Rasanya baru kemarin menginjak usia kepala dua, sekarang udah 24 aja. Rasanya aku belum jadi apa-apa diusia segini.

Kalau boleh jujur, ulang tahun aku kali ini lumayan absurd. Tanggal ulang tahunku acak-acakan, hehe. Hari jum'at tanggal 24 udah dapet ucapan aja dari dua sahabatku Marisa sama Lita (udah diceritain sebelumnya). Hari sabtunya sama minggu diucapin lewat email dari rekan-rekan sejawat.

Aku mau cerita sedikit tentang little surprise dari orang-orang tersayang.

Hari minggu kemarin kediamanku yang baru ini digerebek mbak-mbak berisik kesayanganku, geng Lumut (geng dari SMP entah apa filosofinya). Sore itu, mereka nyari alamat rumah baruku berbekal informasi seadanya dari aku. Hujan lebat banget, tapi mereka (Tina, Tini, Tutut, dan Oca) sampai juga sebelum maghrib. Mereka datang bawa donat Jco sekotak, masuk rumah langsung nyamber lilin dari emak gue. Mending kalo lilin buat ulang tahun, ini lilin putih buat mati lampu. Grasa-grusu rebutan donat padahal kan ceritanya itu donat buat aku. Tapi ya begitu, bukan LUMUT namanya kalo enggak cekakak-cekikik rusuh nyablak enggak bisa diem. Aku nggak melihat apa yang mereka bawa, tapi kehadiran mereka, kebersamaan kami. Itu priceless moment sih kalau aku bilang. Masing-masing kami sudah memiliki kesibukan dan rutinkitas, jadinya hari ulang tahun aku dimajukan seenak jidat oleh mereka, hari minggu, hahaha. Tapi aku bahagia, aku sayang mereka dengan segala keanehan mereka. I LOVE US, LUMUT!!!


Itu foto kita kemarin. Dari yang baju putih itu Tini (yang paling cantik proporsional), terus Oca (paling muda tapi badannya paling gede), aku (paling kecil badannya dan paling waras ;p), Tutut (paling lucu dan dewasa), yang terakhir Tina (icon geng Lumut yang paling aneh, cantik tapi jorok, paling sering kita bully, tapi paling tegar). Cantik-cantik bukan, aku aja rada minder deket mereka. Kita punya nama tapi tetep panggilan kita dari SMP itu "nenek" atau "nek". Jadi nama bagus kita ngga guna di geng Lumut.

Nah... sepulangnya mbak-mbak rempong itu dari rumahku, malemnya aku sekeluarga dinner diluar. Aku kira dalam rangka apa, rupanya kata Ayahku dalam rangka hari ulang tahunku. Ih terharu :')

Pagi harinya (hari senin) pas bangun tidur ada 'something' diatas meja dari Ibuku. Semacam kado lah ya, isinya... ada deh. Lahaciyaaa.

Yang paling bikin aku seneng, tadi, beberapa jam yang lalu. Si patjar datang bawa birthday cake sama kado. Aku nggak nyangka dia bakalan datang hari ini. Kirain besok-besok pas hari libur. Ternyata dia nyempetin, pulang ngantor langsung kerumahku. Padahal jarak dari rumah dia kerumahku lumayan jauh. Gimana ngga makin cinta sama doi (duileh). Magrib, aku baru abis mandi, dia sampe rumah bawa-bawa kue udah kayak bang abang Saimen (hihihi). Oh ya dia juga kasih kado. Pas ulang tahunku yang ke 22 dia sempet bungkusin kado plus bonus ulat buat aku, iseng banget karna tau aku phobia sama hewan kenyel-kenyel (errr...) yang satu itu. Tapi kali ini kadonya waras, waras banget. Isinya... lahaciyaa.. yang pasti thats so me. He know me so well lah pokoknya. Aku sukaaa... suka banget. Aku mah anaknya gampang dibahagiain. By the way ini yang ketiga kalinya ngelewatin birthday sama doi. Tapiii... umur aku udah 24, dia masih 22 aja. Walaupun brondong tapi doi dewasa banget, aku nya malah yang rada childish. E tapi ngga masalah dong ya tuaan cewenya dibanding cowok. Baginda Nabi Muhammad SAW aja lebih muda 15 tahun kok dari Siti Khadijah. Ini cuma beda 2 tahu aja, ngga masalah. Lagian kemasan aku kan masih kayak teenagers (HAH). Aku ngomong begitu beralasan loh, percaya ngga percaya aku kalo ke warung atau alfamart dengan wajah bare face tanpa make up plus baju tidur, itu yang ngegodain brondong-brondong seragam putih abu-abu. Emang sih nggak tau diri tuh anak ABG, semena-mena, tante-tante digodain (lah). Makanya aku make up terus kalau keluar sama temen atau pacar

Yah... ujung-ujungnya jadi curhat begitu. Sudah terima sajalah kalau aku bukan lagi gadis ABG belia enerjik dan bertalenta (halah).

.

Itu foto beberapa jam yang lalu :')

Tapi aku juga harus kasih kado untuk diri aku sendiri. Semacam reward gitu lah. Biar aku lebih semangat dalam mengejar sesuatu yang sangat ingin kuraih sesegera mungkin. Sekarang masih mikir mau kasih kado apa buat diriku sendiri. Mm... 2 pcs lipstik not bad lah ya. Hehehe.

Bahagia. Bahagia banget. Terima kasih Tuhan atas segala kenikmatan yang Engkau berikan, aku masih diberi umur hingga detik ini. Terimakasih Ibu, sudah melahirkan dan membesarkan aku. Terimakasih Ayah sudah menyekolahkan, memberi kenyamanan dan fasilitas dari aku lahir sampai sekarang. Terimakasih Asep Norzeha, atas cinta tulus, kasih sayang, waktu, dan pengorbanan yang sudah kamu lakukan untukku. Terimakasih sahabat-sahabat dan saudara-saudaraku sudah mewarnai hidupku sampai sekarang. Terimakasih semuanya. Terimakasih sudah mendoakan. Semoga doa-doa baiknya diijabah Allah SWT, aamiin.

Berasa kayak lagi nulis kata pengantar di skripsi gitu ya, hahaha.

Intinya, aku bahagia. Sangat bahagia :')

Hello twenty four, i'm ready!

Bismilahirrahmanirrahiim...

Senin, 27 April 2015

Untuk Lelaki Tak 'Berhati'

Ini bukan puisi
Hanya rangkaian kata dari hati yang (pernah) kecewa

Hei kau lelaki masa lalu...
Tak bisakah kau cukupkan tingkah lakumu yang seperti itu?
Berapa banyak hati yang sudah kau patahkan?
Berapa banyak perempuan yang kau kecewakan?
Berapa banyak?
Mungkin belasan bahkan puluhan.

Aku yang sudah tidak tau dan tak mau tau tentangmu,
Tiba-tiba terusik (lagi)
Kenapa kau hancurkan hati perempuan tulus yang ku kenal...

Apakah kau setega itu?
Iya, benar, nyatanya kau memang tega.

Kalimat sakral kau obral-obral.
Tak khawatirkah kau?
Doa-doa buruk dari perempuan yang pernah kau kecewakan menyertaimu.
Bagaimana kalau semesta meng-aamiin-kan...?

Apa kau tak punya hati dan perasaan?
Bukankah Ibumu dan saudaramu adalah perempuan?

Hei kau
Sudahilah perbuatanmu yang seperti itu
Sudahlah cukup.

Sabtu, 25 April 2015

Kalau Pasangan Mendua

Sore ini didaerah rumahku hujan cukup lebat. Listrik padam. Kalo listrik padam jadinya mati gaya. Terus aku iseng buka akun ask.fm ku yang udah lama banget nggak aku buka. Ada 3 pertanyaan dari anonim. Dua diantaranya pertanyaan annoying. Nah yang satunya pertanyaannya gini, "Kak pacarku selingkuh, tapi aku aku udah sayang banget sama dia. Gimana donk?". Sebetulnya nggak kujawab sih di ask.fm, aku biarin aja. Paling juga anak ABG tuh yang nanya kayak begitu. 

Jadi, tulisan aku kali ini terinspirasi dari situ.

Baiklah karna batre notebook yang hanya tinggal 7% langsung ajalah.

Pernah selingkuh? Alhamdulillah ngga pernah.
Pernah diselingkuhin? Pernah dulu, dulu banget.
Gimana rasanya? Entahlah... udah lupa.
Yang pasti sakit lah ya, kecewa. Tapi aku bersyukur banget udah diduain sama orang itu. Aku tau itu cara Tuhan agar aku menjauh dari dia, dari orang jahat. Jahat kan, jahat lah. Aku percaya dan selalu percaya kalau wanita baik adalah untuk pria baik juga sebaliknya. Jadi kalau disakitin kayak gitu aku nggak bakalan balas nyakitin pun nggak balas dengan kebaikan juga. Aku lebih ke nggak bakalan peduli lagi selama-lamanya. Ya anggap aja nggak pernah kenal. Tapi orang itu tetep ramah kalau berpapasan.

Jadi ya kalau pasangan udah jelas-jelas dan terbukti mendua, sesayang apapun itu, just stay away from he/she. Ada sebuah survei mengatakan kalau seseorang yang pernah selingkuh itu akan mengulangi lagi perbuatannya dikemudian hari.

Kalau dia nggak selingkuh?
Maksudnya kalau dia punya banyak fans aja gitu yang ngegodain dia duluan (duileh). Ya kalau aku sih, lihat dulu. Seandainya pasanganku digodain cewek lain tapi dia nggak ngerespon sama sekali, tapi si cewe tetep terus godain, ya aku bakalan maju buat menghentikan si cewek itu. Bukan ngelabrak, nggak gitu. Ngomong baek-baek aja dulu. Tapi... seandainya ada cewek ngegodain pasanganku, dan pasanganku kasih respon, ya udah bye. Aku nggak bakalan buang waktu buat ngomong apa-apa ke si penggoda. Cukup menyudahi hubungan dengan si pasangan. Selesai perkara.

Perjuangkan orang yang memang PANTAS untuk diperjuangkan.

Nggak mau nyari tau penyebab dia selingkuh? Bisa jadi itu karna diri kitanya yang bermasalah sehingga membuat dia mendua?
Aku sih nggak mau. Iya, bisa jadi mungkin kita ada 'something trouble' yang bikin dia selingkuh. Tapi bukan gitu juga caranya. Bersikap dewasalah. Bicarakan dengan baik-baik. Bukan main selingkuh-selingkuh aja, itu jahat.

Jadi gitu sih menurutku. Intinya kalau pasangan mendua, ya sudah tinggalkan. Jangan balas dendam, karna itu bukan perilaku yang menunjukkan kedewasaan. Fokus aja berbenah diri menjadi lebih baik luar dan dalam. Insyaallah Tuhan kasih yang terbaik, yang pantas mendampingi.

Bye.

Jumat, 24 April 2015

My Wish...

Jadi, tadi pagi, pagi sekali, aku dibangunkan dengan ucapan "Happy Birthday" dari dua sahabatku, Marisa sama Lita. Aku yang baru aja buka mata dan masih keruntelan dalem selimut baca pesan dari mereka terus spontan ngecek kalender di hape. Ini masih tanggal 24, aku kucek mata dan coba fokus lagi ngeliat kalender. Masih tanggal 24 dan aku yakin tanggal ulang tahunku bukan tanggal 24 tapi 27. Aku tertawa geli sendiri. Mereka merasa malu. Yah wajar lah mereka agak-agak amnesia sama tanggal ulang tahunku, karna 2 temenku ini lumayan sibuk sama pekerjaan mereka. Yang satu mbak-mbak pegawai disebuah bank yang sibuk melayani customer tiap hari, yang satu lagi mbak-mbak suster di salah satu rumah sakit.  Mereka sibuk, tapi aku mengapresiasi itikad baik dari mereka yang udah mau ngucapin, ngedoain, walaupun kecepetan. Hihihi...

Iya, ulang tahunku masih tiga hari lagi. Usiaku akan bertambah, dan aku semakin menua (hiks).

Sebenernya aku lebih excited sama hari ulang tahun temen-temenku dan pasanganku daripada ulang tahunku. Kalo ulang tahunku sendiri aku agak abai. Ya karna kan kalo ulang tahun temen atau pasangan itu biasanya jauh-jauh hari aku udah memikirkan dan mempersiapkan sesuatu. Kalo ulang tahun sendiri ya ngga ada yang perlu aku persiapkan, paling harus siap mental aja nerima umur yang semakin bertambah angkanya (pffft).

Waktu hari ulang tahun pengen apa?

Ada beberapa hal yang sangat aku harapkan, seiring dengan bertambahnya usiaku. Bukan materi atau harta benda. Bukan juga pengen nikah besok pagi. Bukan, bukan itu.

Aku pengen apa yang aku cita-citakan segera terwujud. Doa-doa yang tak lepas terucap dari lubuk hati dan lidah ini dalam setiap lima waktu, kuharap segera diijabah Sang Maha Mengabulkan Do'a. Aku punya beberapa cita-cita, bukan satu.

Aku pengen menjadi novelis. Iya, novelis, bukan penulis. Pengen banget. Bukan karna materi, tapi karna passion. Aku suka menulis cerita dari kecil, dari pertama kali aku bisa menulis. Waktu belum ada teknologi seperti komputer, laptop dan sebagainya, aku menulis dibuku tulis. Menulis cerita fiksi yang tergambar dalam imajinasiku. Waktu SMA aku sering menulis cerita dibuku tulis, udah gitu dibaca sama temen-temenku. Rasanya menyenangkan. Beberapa tahun yang lalu aku pernah mengalami shock dan enggak mau nulis cerita lagi. Karna waktu itu aku mengalami insiden. Tas aku dijambret. Notebook aku ada didalam tas itu. Notebook yang isinya sangat penting bagiku. Disana banyak tulisan-tulisan hasil karyaku. Ada beberapa novel yang kutulis serius, dan aku berencana suatu hari nanti salah satunya akan dikirim ke penerbit. Aku bener-bener shock saat itu. Rasanya pupus sudah. Aku jadi ngga mau nulis cerita lagi. Tapi kemudian dengan susah payah aku bangun semangatku, kembali menulis. Imajinasiku harus dituangkan. Kan sayang kalo lagi banyak inspirasi nggak keburu dituangkan terus jadi lupa. Aku mengidolakan beberapa novelis. Kalo dari Indonesia aku salah satu favoritku itu Habiburahman El Shirazy atau yang sering disapa Kang Abik, penulis novel islami. Aku suka baca novelnya. Kang Abik ini suka menulis novel islami yang latar belakangnya tidak hanya di Indonesia, tapi ada yang di Kairo, Beijing, Rusia, dan lain-lain. Jadi pas baca novelnya itu berasa kayak lagi mengunjungi negara-negara yang ada diceritakan. Aku juga pengen bikin satu novel islami. Mengajarkan nilai-nilai Islam didalam sebuah novel, untuk amal Jariyah. Sebetulnya kalau soal membaca aku bukan cuma suka baca novel. Buku apa aja aku baca, kecuali buku yang didalamnya ada angka-angkanya, bikin migrain, hehe. Lagi pup pun aku bawa buku kekamar mandi. Kadang kalo nggak bawa buku aku iseng baca-baca manfaat dan kandungan zat yang ada dalam shampo, sabun, odol, dll. Hehehe...

Aku juga pengen jadi pengusaha. Sebenernya cita-cita ini aku dapet dari bangku kuliah. Kan aku alumni fakultas ekonomi, jadi tiap hari dijejelin teori-teori ekonomi dan ditanamkan mindset entrepreneur. Dan entah mengapa mindset itu bener-bener tertanam diotakku. Jadi pengusaha apa? Nah itu masih rahasia, hehe. Sebetulnya menjadi pengusaha bukan cuma mencari materi semata. Tapi lebih dari itu, aku punya misi khusus yang sesuai dengan ajaran yang aku dapat dibangku kuliah. Yaitu mengurangi pengangguran, hehe. Menyediakan lapangan kerja seluas-luasnya. Sekarang memulai dari skala kecil aja dulu, menabung, bertahap step by step. Aku ngga berani langsung jederr minjem uang ke Bank sekian juta buat buka usaha kayak di film Billionaire, nggak. Aku nggak berani ngutang, karna pasti hidup nggak tenang dan tidur nggak nyenyak kalo punya hutang. Kalo bisa jangan sampe lah ngutang-ngutang.

Terus selanjutnya aku pengen jadi Guru. Bukan Guru TK, SD, SMP, SMA yang resmi seperti itu, bukan. Aku cuma mau menjadi pengajar, mengajarkan sesuatu atau ilmu yang aku punya ke orang lain. Kan kalo kita berbagi materi maka akan berkurang, tapi kalau berbagi ilmu maka akan bertambah. Sebenernya cita-cita aku dari kecil, pertama kali ditanyain disekolah "Mau jadi apa?" itu aku jawabnya mau jadi Guru. Tapi semakin besar semakin dewasa pola pikir aku mulai berubah. Aku tidak bisa menjadi guru yang disekolah-sekolah karna aku tidak berkompeten, aku juga bukan lulusan fakultas keguruan kan. Aku mau menjadi seorang pengajar, biar bisa jadi Amalan Jariyah juga.

Ada terbersit sedikit pengen jadi fashion designer, karna aku suka merombak pakaian yang aku beli. Pas aku beli modelnya berbeda, terus aku ubah modelnya sendiri sesuai dengan keinginan. Tapi aku harus tau diri dong ya, gambar aja nggak bisa segala mau jadi fashion designer (pffft). Tapi tetep dalam waktu dekat aku harus kursus menjahit, and sewing machine still in my wishlist. Bukan mau serius-seriusan jadi perancang busana kayak Dian Pelangi, bukaaaan (da aku mah apa atuh)... Aku mau kursus jahit biar bisa bikin baju yang sesuai dengan keinginanku, yah setidaknya aku yang pake sendiri hasil rancanganku, dan keterampilan menjahit itu menurutku penting dimiliki seorang wanita ;)

Kadang juga terbersit pengen jadi make up artist. Karna suka banget dandan, dan pernah ada yang minta dimake up tapi aku tolak karna perintilan make up ku belum memadai dan takut juga kalo nggak cocok sama muka nya dia terus jadi break out. Dan menjadi makeup artist kayaknya sama kayak fashion designer diatas, bukan menjadi prioritas, tapi lebih ke pengen belajar buat kepentingan diri sendiri aja.

So, thats my wish... Semoga bisa tercapai semua (aamiin). Pokoknya usia 24 dan seterusnya nanti bener-bener dipake buat mengejar karir. Berjuang sekuat tenaga karna yang namanya pencapaian dan kegagalan itu satu paket yang harus dihadapi. Gagal kan bukan alasan untuk berhenti, masih ada kesempatan untuk nyoba lagi. Karir aja nggak nikah? Ya nggak gitu juga... Aku nggak terlalu mengkhawatirkan urusan jodoh atau menikah, itu Tuhan udah memberi ketetapan. Yang pasti aku memantaskan diri aja untuk jodoh yang baik. Nggak mesti pas lihat temen-temen mulai pada nikah terus jadi latah pengen ikutan cepet nikah, nggak gitu. Intinya ya... setiap orang pasti akan menikah pada waktunya, waktu yang sudah ditetapkan Allah. Hehehe..


Rabu, 22 April 2015

TREND.

Sekarang ini apasih yang lagi trend?

Yang aku tau, sekarang lagi demam batu akik, botol penyedot bibir (entah apalah namanya), "alis", bleaching gigi, ganteng-ganteng srigala (eh enggak ding) dan masih banyak lah lagi pokoknya...

Kali ini aku mau bahas beberapa, khusus buat perempewong aja (ga bahas batu akik, nggak ngerti).

"Pantang pergi sebelum alis jadi" ada quote kayak gitu aku baca di instagram. Apa bener seperti itu? Aku pribadi sih enggak juga, kalo lagi buru-buru ya mana sempet mikirin alis. Sekarang banyak banget kosmetik-kosmetik buat ngegambar alis kayak; pensil alis, eyebrow powder, eyebrow pomade, dan lainlain dengan harga bervariasi. Dan banyak banget tutorial-tutorial cara gambar alis di sosial media. Aku sendiri pake pensil alis sebelum ritual "ngalis" ini booming. Alis asli aku tebel banget waktu itu, terus ditambah lagi pensil alis item. Iya, kayak Shincan. Beruntungnya itu terjadi sebelum trend ngalis sekarang ini. Kalo sekarang alisku udah dirapihin (bukan dicukur), terus cuma pake eyebrow powder aja biar keliatan natural. Eh tapi ada lho orang yang nyukur abis alisnya untuk kemudian digambar lagi, ada. Kedengerannya ribet ya. Tapi ya udahlah terserah orang itu, toh alis alis mereka. Aku nggak mau munafik, aku ngikutin fenomena trend alis ini. Tapi kalo boleh jujur aku lebih suka tatanan alis cewek-cewek Korea atau Thailand, kesannya natural dan rapi.

Eh dulu juga pernah waktu aku masih sekolah, dulu itu waktu rambut rebonding lagi jadi trendsetter. Aku mau bergunjing sedikit. Jadi aku punya temen, tapi bukan temen juga sih, intinya kenal lah ya, dia (cewek) punya rambut cantik banget. Rambutnya item, panjang, lurus, tebel, halus, lembut, pokoknya udah bagus banget. Aku aja pengen punya rambut kayak dia. Tapi karna mau ikutin trend saat itu, rambutnya yang udah lurus direbonding lagi. Katanya dia sih biar punya rambut mahal. Padahal rebonding itu kan tujuannya meluruskan rambut yang keriting. Terus, masih orang yang sama, waktu itu lagi booming Hair Extension. Dia kan rambutnya udah panjang, terus katanya mau dipotong pendek untuk kemudian di extension (disambung rambut baru). Padahal rambutnya dia jauh lebih bagus dari rambut extension yang 11 12 kayak sapu ijuk karna ekstensionnya bukan disalon professional. Lah ekstension kan tujuannya buat manjangin rambut secara instan. Dia udah punya rambut panjang padahal. Ini aku nggak habis fikir sih. Tapi ya udah kembali lagi, rambut-rambut dia duit-duit dia.

Ada lagi yang agak nyeleneh terjadi baru-baru ini. Shading dada (buat cewek). Katanya sih biar payudaranya keliatan agak besar dan berbentuk/indah. Aku liat tutorialnya di instagram. Dan aku nggak mungkin nyobain atau ngikutin, nggak mungkin banget. Itu buat cewek-cewek Barat yang kalo berpakaian keliatan cleavagenya, atau buat model untuk keperluan waktu photoshoot biar dadanya keliatan lebih indah. Lah aku berhijab segala mau shading-shading dada, nggak guna : /

Ini sih yang lebih nyeleneh, trend botol penyedot bibir. Aku nggak tau apa namanya. Itu juga dipopulerin orang-orang Barat sana. Jadi bibirnya kayak dimasukin kedalam suatu benda mirip botol gitu, terus dibiarin beberapa saat, pas udah dilepas bibirnya jadi tebel. Biar kayak bibirnya Kylie Jenner katanya. Tapi aku pribadi liatnya serem. Alat itu udah makan korban. Ada yang bibirnya robek gara-gara itu. Tertarik? Aku sih enggak...

Aku pernah dibilang berhijab karna ikutan trend. Nope, not like that. Aku berhijab kalo nggak salah waktu semester 2, karna "disentil" dosen pembimbing akademik. Itu jauh sebelum adanya hijabers-hijabers muncul kepermukaan. Lagian kok berhijab dibilang trend. Ck.

Menurut aku pribadi nih ya, sah-sah aja mau ngikutin trend atau segala macam. Aku ngikutin trend kalo emang itu menarik buat aku dan aku mampu. Kalo enggak menarik buat aku atau nggak cocok atau nggak pantes ya nggak aku ikutin. Kalaupun aku tertarik juga, tapi aku nggak mampu, ya nggak akan aku paksain. Tapi ada nih ya orang yang sampe pinjem barang/uang sama orang lain biar gaya dan kekinian. Kalo alasannya itu, lebih baik nggak usah lah ya, terlalu memaksakan diri sendiri dan orang lain. Kecuali kalo emang lagi butuh, bukan buat gegayaan ya boleh-boleh aja. Asalkan yang minjemin juga nggak merasa dipaksa.

Tapi kadang orang-orang ngikutin trend biar dapet pengakuan dilingkungan pergaulannya. Biar nggak didiskriminasi. Kalo nggak ngikutin bisa dibully. Kalo kayak gitu sih pergaulannya yang salah. Mending bergaul sama orang-orang yang bisa menularkan kebaikkan ajalah, sama orang-orang yang tulus. 

Intinya menurutku, boleh-boleh aja ngikutin trend, yang pasti harus selektif dan bijak.

Ya udah sih segitu aja.


Senin, 20 April 2015

Sepenggal Cerita Hati yang Pernah Patah

Malam di bulan Oktober tahun 2009. Pertama kali aku mendengar suaranya via telepon. Dia memperkenalkan dirinya singkat. Seorang mahasiswa semester 5. Atas rekomendasi seorang teman, dia mendapatkan nomor ponselku dan menghubungiku. Malam itu, kami bercerita panjang lebar, sesekali kami bernyanyi duet, seolah sudah kenal akrab dan lama. 

"Janji ya, besok pagi kita ketemu. Inget, jangan pake mandi. Biarin aja muka bantal baru tidur. Oke Yak..."

Pagi itu seusai mengantar sekolah adikku, kami bertemu dipinggir jalan disuatu tempat. Kami berkenalan secara resmi setelah sebelumnya berkenalan ditelpon.

"Eh bener kan nggak mandi. Apa jangan-jangan udah nih..."
"Belum. Serius"
"Tapi belum mandi kok cantik sih"
"Errr..."

Tidak lama setelah pertemuan pertama yang agak absurd itu, kami resmi menjalin hubungan. Entah kenapa aku begitu cepat jatuh cinta padanya. Aku merasa nyaman. Dia berhasil membuatku move on dari mantan lama yang membuatku beku bertahun-tahun. Seringkali aku diajak jalan bersama dengan teman-temannya. Jarang sekali kami jalan berdua saja.

Malam minggu itu kami berjanji akan kencan berdua saja. Dia tahu aku merasa tidak nyaman jika setiap kali jalan harus bersama teman-temannya. Malam itu dia minta ditemani futsal, setelah selesai futsal baru kita jalan. Sebetulnya aku kurang nyaman, karna aku satu-satunya perempuan yang ada disana. 

Selesai futsal handphone miliknya berdering. Dia menjauh untuk mengangkat telpon, tapi tetap saja aku mendengar pembicaraannya.

"Oh ya. Dimana? Oh oke oke, aku nyusul kesana..."

Setelah menutup telpon dia kembali menghampiriku.

"Yak, kayaknya kita pending dulu ya jalan-jalannya. Kakak cape nih abis main futsal, mau istirahat. Gapapa kan yak..." katanya sembari mengacak-acak rambutku.

"Oh... iya gapapa kok kak gapapa"

Itu adalah kebodohanku yang pertama...

Keesokan harinya dia datang kerumah dengan tiba-tiba. Aku tidak menyinggung kejadian semalam, tetapi dia membicarakan sesuatu tentang penampilanku semalam.

"Yak, kalo jalan sama kaka jangan pake hak tinggilah. Terus nggak usah pake-pake bando, kesannya kekanakan. Baju juga jangan pake yang ketat, terus jangan sampe keluar rumah pake celana pendek, kakak ngga suka lihat cewek pake celana-celana pendek..."

Bla bla bla.. dia bicara panjang lebar mengkritik penampilanku semalam. Malam itu aku mengenakan hareem pants dibawah lutut (sama sekali bukan celana pendek), baju lengan panjang yang memang agak ketat dan bando pita putih. Lagi-lagi aku mengangguk mengiyakan ucapannya.

Beberapa hari kemudian. Sore itu aku mengirimkan message ke nomor ponselnya.

"Lagi dimana kak, lagi apa?"
"Lagi mau tidur nih, ngantuk banget sumpah"
"Oh, ya deh tidur aja kak. Maaf ganggu ya"

Tidak ada balasan lagi setelah itu. Sekitar 30 menit kemudian dia melintas didepan mataku bersama teman-temannya. Lantas dia membawaku berjalan-jalan sebentar.

"Tadi kakak ngantuk banget yak. Tadi itu sampe ketiduran didalam kelas, hehe, ini baru pulang ngampus..."

Aku cuma mengiyakan. Aku sama sekali tida sreg membahas hal itu. Sejak saat itu aku berjanji tidak akan memulai duluan percakapan basa-basi atau memberi kabar melalui pesan singkat. Tidak lagi, kecuali jika benar-benar penting.

Sore itu aku kencan berdua dengannya. Makan ditempat biasa yang sering kami kunjungi.

"Bentar lagi tahun baru, 3 hari lagi. Kita jalan ya yak, jangan bikin acara sama teman-teman, sama kakak aja..."

Ingat sekali dia bilang seperti itu. Tapi nyatanya malam itu bahkan dia tidak memberi kabar. Karna aku sudah berjanji tidak akan menghubungi dia terlebih dahulu, jadi aku biarkan. Malam itu hujan, fikirku dia tidak keluar kemana-mana.

Keesokan harinya dia datang membawa cerita tahun barunya, tanpa dosa...

"Semalem kakak keluar sama temen yak. Kita kesini kesini abis itu kesitu sampe..." Bla bla bla dia cerita panjang lebar. Aku cuma bisa diam dan berusaha memaafkan, untuk yang kesekian kali. Mungkin prioritas utama dalam hidupnya adalah teman-temannya. Dan aku tidak lebih penting dari mereka.

Setelah hari itu aku sempat datang kerumahnya untuk membantunya mengerjakan sesuatu. Kami masih bicara di telpon untuk beberapa malam, setelah itu dia menghilang. Tanpa ada kabar...

Berminggu bahkan berbulan-bulan tak ada kabar. Dan aku tidak akan mengingkari janji pada diriku sendiri untuk tidak menghubunginya terlebih dahulu, apalagi untuk datang kerumahnya untuk mencarinya. Tidak. Aku tidak akan melakukan hal itu. Meskipun aku harus menangis setiap hari karna merindukan dia. Tapi aku tak akan pernah mencarinya. Aku anggap hubungan ini berakhir...

Waktu berlalu. Aku memasuki dunia kampus. Berkutat dengan tugas-tugas kuliah membuatku sedikit melupakannya. Disela-sela mencari tugas kampus diinternet, aku membuka facebook. Secara tidak disengaja aku menemukan akun facebook dengan foto profil dia, tetapi nama yang berbeda. Aku add akun itu, tidak lama ia mengkonfirmasi.

"Apa kabar Dek? Kirimin nomor handphone boleh..."

Dia menginbox ku dengan pesan diatas. Aku mengiyakan permintaannya, mengirim nomor hapeku.

Itu kebodohanku yang kesekian kalinya...

Kami lumayan sering mengobrol via sms. Seringkali dia memberi perhatian dan memakai panggilan "sayang" yang membuat senang bukan main. Dia mengajak aku jalan. Aku ingat, dia mengajakku jalan pada hari Sabtu. Aku cukup happy dan langsung menerima ajakannya. Saat itu aku memang merindukannya, dan berharap dia menjelaskan sesuatu tentang hubungan kita.

Tapi lagi-lagi dia ingkar janji. Tak ada kabar, tak ada alasan. Hari itu kami tidak jadi jalan.

Hingga beberapa hari kemudian dia datang kerumah, aku senang bukan kepalang. Ingin rasanya menghambur kepelukannya melepas rasa rindu yang bergejolak selama ini. Tapi aku tidak akan melakukan itu, mengingat status kita yang tidak jelas.

Hari itu kami jalan kerumah salah satu temannya (perempuan). Aku sudah mengenal perempuan itu sebelumnya, teman kuliah dia. Hari itu aku menyesal bertemu dengannya. Dia bahkan merayu temannya sendiri tepat dihadapanku.

"Sudahlah sob, putusin aja dia. Bukan jodohmu tuh. Lupain dia, buka pintu hati untuk yang lain. Lagian siapa tau kalo jodoh kamu itu ternyata teman kamu sendiri, ya nggak..."

What the hell... apa-apaan ini. Kenapa aku bisa masuk dalam obrolan mereka. Aku menyesal kenapa mau aja diajakin kesini.

Sejak hari itu aku berniat benar-benar melupakan dia. Aku jadian dengan pria yang satu kampus denganku.
Tapi lagi-lagi dia muncul.

"Kakak kangen banget sama kamu yak, ayolaaah kita jalan. Pliissss..."
"Maaf kak, tapi aku nggak bisa. Aku ngga mau bikin pacarku salah paham"
"Pliss yak plisss kita cuma jalan, ngga ngapa-ngapain. Ya pliss ya, sekali aja. Kakak pengen ketemu Iyak"
"Maaf aku nggak bisa kak..."

Aku memutuskan percakapan via telpon tersebut. Entah kenapa dia seakan tidak rela saat aku dekat dengan pria lain. Tidak sampai seminggu hubunganku dengan pacar baruku kandas. Dia mengetahui berita tersebut, mungkin dari status hubungan difacebookku yang semula "In relationship with..." menjadi "Lajang".

Setelah beberapa lama akhirnya dia muncul lagi. Dan kebodohanku kembali terulang. Aku menerima ajakannya untuk jalan. Mulanya aku merasa senang. Aku bisa kembali duduk diboncengan sepeda motornya seperti dulu. Aku bisa merasakan aroma parfumnya yang khas dari dekat. Pada hari itu kami menonton film Men In Black di twentyone. Setelah itu kita duduk-duduk di coffe shop. Dia bercerita tentang pacarnya yang membuat aku sedikit shock.

"Ciee yang baru abis putus, belum bisa move on dari kakak tuh. Oh, kakak sekarang lagi berantem sama cewek kakak. Dia tu kekanakan yak, udah gitu cemburuan, kakak males kayak gitu. Udah kakak cuekin aja, dia telpon-telponin kakak terus nih tapi nggak kakak angkat..."
"Kakak nyuekin pacar kakak terus jalan sama aku?"
"Iya abis kakak bosen. Lagian kenapa emangnya, kakak kan nggak selingkuh. Kakak kan jalan sama adek kakak sendiri, kita kan kakak adeeek, ya kan yak..."
"Oh... iya kak"

Aku tersenyum getir. Hatiku benar-benar hancur. Masuk ke "kakak-adek-zone" yang sama sekali tidak aku inginkan. Dia sama sekali tidak tau seberapa besar perasaan yang aku miliki untuknya. Berharap bisa mendapatkan kembali kejelasan hubungan kami yang selama ini menggantung, tapi kenyataan pahit seperti ini yang aku terima. Cinta dan bodoh itu beda tipis.

Kakak-adek... Well... Tapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa.

Kali ini aku berniat benar-benar ingin menghapusnya dari hidupku. Aku ganti nomor ponselku dengan yang baru. Sebisa mungkin aku habiskan waktu bermain dengan teman-teman kampusku. Aku harus bisa melupakan dia yang seenaknya datang dan pergi di hidupku begitu saja.

Tapi lagi lagi dan lagi dia mengirim pesan melalui inbox facebook.

"Dek, kirim pin bbm nya ya, plisss..."

Dan aku mengikuti pintanya seperti biasa, aku kirim pin blackberry messengerku. Kami kembali menjalin komunikasi via bbm. Dia masih memanggilku dengan kata "sayang" yang mulanya membuat hatiku sedikit luluh, tapi kembali hancur berkeping-keping karna curhatannya. Harusnya aku tahu diri, aku cuma "adik" baginya, tempat dia membuang segala uneg-uneg dikepalanya.

"Iya itu foto cewek kakak yang sekarang. Cantik kan, Dek?"

Aku melihat foto seorang wanita dengan tubuh proporsional, cantik, putih, berambut panjang, dan... mengenakan hotpants plus higheels. Bukankah dia pernah melarangku mengenakan heels dan juga hotpants. Tapi kok sekarang... ah sudahlah. Aku menepis ingatanku tentang masa lalu itu.

Yang jelas wanita itu jauh lebih cantik dari aku. Aku cuma bisa mendoakan dia...

"Semoga langgeng ya... jangan sampe disakitin ya Kak. Sayang soalnya cantik banget.."

Air mataku mengalir ketika menuliskan message itu.

Hingga beberapa waktu kemudian dia curhat lagi. Dia putus dengan wanita itu. Fikirku dialah yang menyakiti wanita itu. Tapi dia menjelaskan sesuatu padaku (melalui bbm).

"Cantik sih cantik, Dek. Tapi materialistis. Kakak udah habis-habisan ngasih apa yang dia mau. Uang gaji kakak nyaris ke dia semua. Hehehe... Udah gitu kakak ditinggalin. Dia udah punya pacar baru. Kasian kakak ya..."
"Sabar ya Kak... Bukan jodoh. Orang baik pasti jodohnya orang baik juga..."
"Hehe amin Dek. Tapi sekarang udah ada yang gantiin kok. Ada adik tingkat kakak dulu waktu dikampus..."

Secepat itu dia mengganti perempuan demi perempuan dihatinya. Sementara aku masih terjebak pada perasaan yang sama.

Waktu berlalu, kita mulai jarang berkomunikasi. Ini adalah kesempatanku untuk "move on". Aku mendelete kontak bbm nya. Berusaha untuk tidak membuka facebook, agar tidak melihat statusnya yang membuat hatiku terbakar. Sedikit demi sedikit aku mulai lupa. Hingga aku jadian dengan pacarku yang sekarang.

Iya, aku sudah mulai lupa. Pria yang ada disampingku saat ini benar-benar memulihkan luka parah yang ada dihatiku. Mengumpulkan puing-puing hati yang hancur lebur untuk kemudian disatukan kembali. Sakit dan airmata menjadi bahagia sejak kehadiran pria itu.

Lama tak membuka facebook, iseng aku buka, mengganti foto profilku dengan fotoku berdua dengan pacarku yang sekarang (foto waktu aku dan pacarku wisuda).

"Itu siapa Dek, cowok baru? Atau cuma temen kuliah..."

Dan... dia muncul lagi di inbox facebook.

"Bukan cowok baru kak, udah lama, udah 2 tahun..."
"Serius? Ah bohong adek nih. Emang bisa move on dari kakak... Hahaha..."
"Alhamdulillah bisa :)"

Buru-buru aku log out dari facebook. Membaca pesannya membuat kepalaku pusing. Aku sudah tidak mau tau apa-apa lagi tentangnya.

Selang beberapa bulan aku buka facebook lagi, iseng karna insomnia. Ada pesan dari dia (lagi) dan lumayan panjang...

"Dek, tolonglah kasih pin/nomor atau apalah yang bisa dihubungi. Kakak butuh adek. Bukan sebagai "adek" lagi, tapi sebagai pacar atau pendamping. Cewek-cewek lain ngga ada yang cocok, nggak sebaik adek. Sekarang, kalau bisa dibilang mapan kakak udah mapan, dek. Kakak minta tolong, kembalilah. Kakak serius, betul-betul serius. Tolong kasih kakak nomor yang bisa dihubungi, atau kasih tau alamat adek yang sekarang. Biar kakak cari..."

Kali ini hatiku tidak luluh sama sekali. Aku sudah mengubur cinta untuknya dalam-dalam bersama dengan rasa sakitku. Kali ini aku akan tegas.

"Maaf Kak. Tapi kali ini aku sudah menemukan apa yang aku cari. Aku sayang dengan pria yang ada disampingku saat ini. Tidak ada alasan dan tidak ada seujung kuku pun niat untuk meninggalkannya. Aku tidak akan menyakitinya apalagi menyia-nyiakannya. Aku tidak benci kakak, hanya saja aku tidak akan memberi kesempatan orang yang sudah menyakiti masuk kembali kedalam hidup aku, dan memberi cerita lagi, tidak akan kuizinkan. Sekarang ini, sepertinya menjadi tidak saling mengenal adalah yang terbaik. Kita saling memaafkan ajalah, untuk seterusnya kita jalan masing-masing. Maaf ya kak :)"

Kira-kira kurang lebih seperti itulah balasan dariku (tentunya dengan menggunakan bahasa daerahku ya). Itu terakhir kali kita berkomunikasi. Aku hapus semua pesan-pesannya dan me remove akun facebooknya dari daftar petemananku.

Aku sangat berterima kasih pada Tuhan atas segala pelajaran yang Dia berikan. Aku tahu persis bagaimana rasanya sakit dan patah hati, sehingga aku tidak tega berbuat hal yang sama pada orang lain. Sekarang aku sudah melupakannya, aku tidak ingat wajahnya lagi, hanya yang kuingat sepenggal cerita kami yang akan kujadikan pelajaran berharga untuk kedepannya.

Minggu, 19 April 2015

Cerita Tentang Pindah Rumah

Selama 23 tahun aku hidup didunia ini (eh bentar lagi 24 ding), dari lahir sampe sekarang aku udah tinggal di 7 rumah yang berbeda. Tiga diantaranya cuma ngontrak sementara waktu. Jadi sekarang aku mau cerita tentang ketujuh rumah tersebut dan suka duka kami (aku dan keluarga) tinggal didalamnya.

Rumah Pertama
Pertama kali aku hadir kedunia ini ya dirumah itu, tepatnya di Pasir Putih Jambi Selatan. Sebetulnya itu rumah yang kedua semenjak Ayah dan Ibuku menikah. Sebelumnya di Kasang, disana kakak aku lahir, terus bangun rumah baru di Pasir Putih, terus aku lahir. Rumah yang lumayan besar karna kami punya 2 rumah dalam 1 pagar, aku nggak tau rumah yang satunya lagi untuk apaan yang jelas cuma diisi konsen pintu dan jendela seingatku. Bertetanggaan dengan sepupuku. Masa kecilku (tepatnya sebelum masuk bangku sekolah) aku habiskan disana. Semak-semak dan got-got yang ada disana adalah saksi bisu gimana nakalnya aku waktu kecil. Jatuh sana jatuh sini. Aku punya banyak temen, sebagian besar temanku adalah laki-laki. Jadi waktu itu aku agak tomboy dan seringkali dipanggil "abang". Disana aku punya kayak orang tua angkat dan abang-abang angkat yang baik banget. Sering beliin aku coklat karna aku suka banget coklat (alhasil gigiku waktu kecil hitam semua). Tapi sekarang udah ngga pernah ketemu sama mereka, pun kalau ketemu udah asing dan aku ngga mengenal mereka. Sekitar umur 7 tahun aku mulai masuk sekolah dasar di SDN 155. Cuma satu tahun disana terus pindah sekolah karna pindah rumah juga. Sedih banget waktu itu ninggalin temen-temen.

Rumah Kedua
Yang ini rumah kontrakan, di Komplek Camat. Padahal yang tinggal disitu bukan camat, ngga tau kenapa namanya Komplek Camat. Kita ngontrak di rumah nomor 5 blok A, dan sementara kita ngontrak, rumah baru sedang dibangun di blok A juga nomer 31. Mulai beradaptasi dengan lingkungan baru yang 180 derajat berbeda dengan tempat tinggal lama yang ramai. Sekitar kurang lebih 1 tahun, rumah baru selesai dan kita pindah.

Rumah Ketiga.
Rumah dengan nomer 31 blok A ini lumayan syerem. Konon katanya tanah ini dulunya bekas kuburan. Rumah kami lumayan besar dengan dapur dan ruang makan terpisah. Seperti yang udah aku bilang, disini keadaannya jauh berbeda dengan tempat tinggal kami yang di Pasir Putih. Sepi, orangnya lu-lu gua-gua. Adalah beberapa tetangga yang kita kenal, selebihnya asing. Aku disitu udah nggak liar lagi. Gimana mau liar rumah dipager tinggi (tapi tetep pernah dipanjatin sama aku) terus tertutup. Eh tapi kata siapa ngga liar, liar kok masih manjat-manjat pohon di lorong depan. Disini adikku dilahirkan. Pada saat itu keluarga kami sedang jaya-jayanya. Ayahku waktu itu masih berprofesi sebagai kontraktor alat berat. Masih sering gonta-ganti mobil pribadi. Punya angkot merah juga buat penghasilan tambahan. Pokonya lagi seneng lah itu. Tapi kalo boleh jujur rumah itu serem buat aku. Mulai dari SD sampai kelas 1 SMA aku tinggal disana, terus kita pindah. Entah apa alasannya, mungkin karna orang-orangnya yang terlalu individualistis, tapi nggak tau juga lah ya. Rumah itu buat Ayahku sama kayak investasi juga sih.

Rumah Keempat
Lokasinya di Beringin, di gang Mitra, kita ngontrak (lagi). Rumah yang cukup gede tapi nggak berpagar ini lumayan menyeramkan. Serius. Aku pernah nyobain tidur sendirian tapi baru bisa tidur jam 6 pagi karna suatu hal... oke lupain. Dirumah ini kakakku nikah. Dirumah ini juga pertama kalinya ngerasain gempa bumi yang waktu itu terjadi di Sumatra Barat dan Kerinci. Inget banget waktu itu bulan puasa magrib menjelang buka ngerasain gempa lumayan kuat, sampe air kolam renang tetangga sebelah tumpah. Seperti biasa, kita ngontrak sementara disini dan sekitar 300 meter rumah baru sedang dibangun. Disini kondisi perekonomian keluarga kami mulai menurun. Sekitar setahun kita tinggal disini kemudian... pindah.

Rumah Kelima
Masih di Beringin, masih dengan konsep seperti rumah yang lama yaitu dapur terpisah (entah kenapa Ayahku suka mendisain rumah dengan dapur terpisah). Dirumah inilah aku tepatnya kami benar-benar merasakan kesulitan bahkan kepedihan dalam hidup. Kami berada dititik terendah. Kami ditimpa musibah yang cukup berat menyangkut Ayahku. Aku tidak bisa cerita dengan detail karna akan membuka luka lama keluarga kami. Yang jelas kami merasa terpukul. Selama kurang lebih 3 atau 4 tahun (aku sudah lupa), Ayahku meninggalkan rumah. Waktu itu detik-detik aku akan lulus SMA. Seperti sedang bermimpi buruk. Dirumah ini, keponakanku tersayang (Nadia) dilahirkan dan dia adalah anugerah yang diberikan Tuhan untuk menghibur kami ditengah kekalutan dan kesedihan. Oh ya, aku pernah bercita-cita kuliah di Bandung, di STSI, aku ingin mempelajari dan mengembangkan bakat menariku. Tapi impian itu harus kukubur dalam-dalam. Aku ikut tes masuk perguruan tinggi negeri mengambil jurusan Bahasa Inggris atau Bahasa Indonesia karna latar belakangku dulu waktu SMA adalah Bahasa, tapi aku tidak lulus. Ibuku sempat menawariku masuk perguruan tinggi swasta, tapi aku sadar kami sedang susah. Belum lagi adikku yang akan melanjutkan ke SMP. Aku harus mengalah untuk sementara waktu. Tidak mungkin aku membiarkan Ibuku berhutang untuk memasukanku ke perguruan tinggi. Aku mengalah, menunda kuliah selama satu tahun. Aku mencari pekerjaan kesana-sini. Pernah nyaris menjadi sales door-to-door tapi Ibuku tidak mengizinkan aku bekerja seperti itu. Sempat bekerja disuatu tempat tapi tidak sampai sebulan. Saat itu aku mendapat shift siang dari jam 1 sampai jam 10 malam dan saat itu bulan puasa, aku tidak sanggup dan menyerah, aku merasa sedih tidak bisa melaksanakan moment berbuka puasa dengan keluarga dirumah. Aku keluar bahkan tanpa mengambil gaji sepeserpun. Ayahku sempet pulang beberapa bulan lalu kemudian pergi lagi, tapi kali ini meninggalkan uang di tabunganku untuk bekalku kuliah. Saat itu aku berhasil masuk Universitas Jambi Fakultas Ekonomi. Ya, pada akhirnya aku adalah mahasiswi salah jurusan. Sudah terlanjur terjebak disana ya sudah lanjutkan sampai tamat. Pasti ada hikmah yang akan diberikan Allah padaku. Pada saat kuliah aku mencari uang jajan sendiri disamping uang jajan yang sudah diberikan Ibuku yang sebenarnya tidak cukup untuk kebutuhan kuliah, belum lagi uang transportasi, karna kampusku lumayan jauh. Aku berjualan. Aku menjual garment, coklat, makanan, aksesoris, dan lain-lain. Aku ikut beberapa MLM, malu? enggak... Aku ngga pernah malu ikut MLM. Aku merasakan kok hasilnya. Beruntungnya Ayahku menyimpan uang beberapa juta di rekeningku untuk kebutuhan kuliah (uang semester), jadi uangnya bisa aku putar-putar. Rencana Allah kita tidak pernah tahu. Seperti yang Allah katakan, Dia tidak akan membebani kita dengan sesuatu yang tidak kita sanggupi. Pedih memang, sakit, tidak ada menoleh kami saat kami berada dititik terendah. Belum lagi dirumah tersebut ditinggali seseorang yang waktu itu masih menjadi bagian dari keluarga kami. Tapi sejujurnya, aku kurang menyukai orang tersebut. Dia terlalu sering menyakiti hati Ibuku. Dia yang seharusnya menggantikan figur Ayah kami yang saat itu sedang tidak ada, malah berbuat semena-mena dirumah kami. Memang benar, doa orang teraniaya diijabah oleh Allah. Orang itu keluar dari rumah kami dan tidak lagi menjadi bagian dari keluarga kami lagi, walaupun saat ini kadang masih bertemu karna kepentingannya menemui keponakanku. Banyak sekali hal-hal yang menyedihkan terjadi dirumah itu. Tangis dan air mata bukanlah hal asing disana. Tapi kami memiliki tetangga yang baik, yang sedikit banyak membantu kami. Juga rumah itu adalah rumah pertama yang didatangi pacarku yang sekarang (Mr. AN) untuk aktifitas apel. Dia yang menggantikan figur ayahku untuk menjaga dan melindungiku, mentransfer kekuatan untukku. Kami berhasil melewati masa-masa menyedihkan itu, Desember 2013 Ayahku pulang. Barang-barang dirumah itu sudah banyak yang terjual untuk memenuhi kebutuhan kami. Ayahku menjual rumah itu. Kami ingin meninggalkan segala luka perih dan kepahitan yang terjadi disana. Kami ingin membuka lembaran baru. Rumah terjual, April 2014 kami pindah.

Rumah Keenam
Sebuah ruko 2 lantai, iya... ngontrak lagi. Ibuku melanjutkan usaha skala kecil yang telah dibukanya sejak 2006. Ayahku membeli angkot (lagi) sebagai sumber rezeki kami, kali ini 2 buah. Ruko yang terletak dikawasan Panca karya Talang Banjar itu sangat ramai dengan hiruk pikuk keadaan sekitarnya. Ruko sebelah kiri ada bengkel las yang kadang beroperasi sampai tengah malam. Sementara sebelah kanan ada bengkel dan cucian motor. Suasana yang ramai dan berisik. Banyak anak kecil. Aku pernah punya resolusi yaitu berani tidur sendirian (iya, aku penakut) dan terlaksana di ruko tersebut. Bahkan aku ditinggal sendirian beberapa hari dirumah itu karna yang lainnya berangkat kerumah keluarga di Sabak. Aku merasa menang, hehehe. Dan satu lagi, aku tidur sendirian dengan lampu dipadamkan! (bangga). Tapi disana kurang aman. Tape dan aki mobil Ayahku dicuri maling. Ada insiden Ayahku dan si maling duel, dan akhirnya si maling salim tangan Ayahku, minta maaf (ppffft). Jadi Ayah dan Ibuku harus tidur dilantai bawah dengan atribut tidur seadanya karna takut ada maling lagi, disana banyak tikusnya, itu bikin aku sedih. Tapi yang bikin senengnya aku sama patjar suka naek keatas loteng, berpelukan dibawah cahaya bulan dan gemerlap bintang, how sweet :'). Setelah itu Ayahku cari-cari tanah kosong untuk bangun rumah lagi. Dapet di Kasang Pudak, pertama kali kesana lihat-lihat jujur aku sedih. Jauh banget Ya Allah, aku nggak tega sama pacarku yang bakalan jauh banget kalo mau berkunjung. Aku berdoa dalam hati, jangan disini ya, Ya Allah, jangan disini. Nah, pas udah mau mulai bangun ternyata tanahnya bermasalah, sertifikat tanah nggak ada. Uang udah dibayar Ayahku. Dibalikin dan Alhamdulillah nggak jadi pindah kesana. Terimakasih Ya Allah doaku dikabulin lagi. Jadi cari-cari-cari tanah, dapatlah di Eka Jaya. Lumayan, ngga begitu jauhlah dibanding Kasang Pudak. Bangun rumah sederhana disana, bulan Maret 2015 pindaaaah lagiiiii.

Rumah Ketujuh
Rumah yang aku tinggali saat ini. Rumah sederhana bercat abu-abu terus warna orange dibagian depan atas (sumpah ngga matching banget). Rumah ini ngga sebesar rumah yang udah-udah, dan kali ini dapurnya tidak terpisah (yay! jadi ngga takut kalo mau kedapur malem-malem). Gapapa ngga besar, biar gampang beresin dan bersihinnya. Rumah ini sebetulnya didalam gang, ngga ada jalan didalam gang itu alias buntu. Cuma ada 4 rumah didalam gang. Nggak ada suara hiruk pikuk kendaraan lewat, paling sehari cuma ada 2 atau 3 motor yang lewat. Suasana hening kontras dengan suasana ruko. Tapi jujur aku suka. Kita baru sebulan tinggal disini. Ayahku dan aku mulai merintis karir. Banyak doa dan harapan kami dirumah ini. Semoga lebih baik kedepannya baik itu kehidupan, rezeki, maupun ibadah kami. Aamiin :')

Gentala Arasy, I'm in love!

(Khanmaen judul blog aku kali ini, kayak judul film layar lebar yang dibintangi Samuel Rizal sama Shandy Aulia, tapi versi lokal. Duileh)

Sebenernya ini cerita-cerita random aja sih, tepatnya cerita kencan aku sama patjar...

Jadi minggu lalu kan kita kencan gitulah, saturdate. Rencana awal mau nonton film Fast and Furious 7, tapi... kita kehabisan tiket. Padahal kita datangnya siang sekitar jam 1, tapi udah sold out buat hari itu (kecewaaa). Ya udah, lihat-lihat film lain, semuanya film Indonesia dan ngga ada yang bikin kita tertarik. Dipikir-pikir-dipikir-pikir cancel aja dulu nontonnya.

Ya udah kita nongkrong di food court sambil ngelunch sambil ngeliatin pemandangan sungai Batang Hari. Terus si doi nyeletuk ngajakin ke jembatan Gentala Arasy yang baru saja diresmikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla beberapa minggu yang lalu. Aku ngelihat cuacanya ya ampun panas gile. Bukannya mau sok-sokan ngga mau panas-panasan, tapi cuaca sekarang-sekarang ini agak ekstrim. Siangnya panas banget, terus sorenya tiba-tiba ujan deres. Dan dari pengalaman yang udah-udah sih aku kalo udah ketemu panas terus ujan kedinginan langsung gatal-gatal kulitnya, bentol-bentol merah atau kaligata. 

Akhirnya agak sorean dikit kita kejembatan itu, untungnya cuaca udah agak adem. Jadi, jembatan yang membelah sungai Batang Hari itu memiliki lebar 4,5 meter dan panjang 503 meter (dan aku berjalan menggunakan heels setinggi 8 cm, Dont try this at home!). Jembatan itu berliku-liku membentuk huruf S. Jembatan ini khusus untuk pejalan kaki, kalau yang motoran boleh lewat sini kasian sama tukang-tukang getek kehilangan mata pencaharian. Kita berjalan dimulai dari Tanggo Rajo menuju ke Kota Seberang sekitar 20 menitanlah kira-kira, yang pasti ngga nyampe setengah jam. Sampai di kota Seberang disambut dengan Menara Gentala Arasy dan museumnya yang menampilkan kearifan lokal Provinsi Jambi. Terus ada juga payung-payung ala-ala mesjid Nabawi. Aku ngga sempet masuk ke dalam museumnya karna hari itu museum nya lagi closed. Terus di Kota Seberang itu ada tulisan gede Gentala Arasy yang kalo malem hari dilihat dari Tanggo Rajo itu cantik banget.


Itu kita berfoto di deket payung-payung itu, ada kayak lukisan Sungai Batanghari gitulah (tapi itu bukan lukisan sih ya). Kita minta difotoin sama orang yang lagi foto-foto disitu, hehe.

Serius, sebenernya ini adalah kali pertama aku menginjakkan kaki di Kota Seberang (maklum anak rumahan, ga pernah main jauh). Excited banget. Norak ya, iya biarin. Yang penting aku happy sekarang.


Nah kalau yang foto diatas ini kita baru nyampe di Seberang dan kecapean. Kaki pegel banget sumpah. Dibelakang kita itu Menara Gentala Arasy. Disitu rame banget, rame orang foto-foto. Udah duduk-duduk ngeliat-liat kanan kiri atas bawah kita balik lagi (jalan kaki lagi). 

Sampe rumah langsung pijit-pijitan kaki sama patjar. Kalo tau mau jalan kesana aku ngga bakalan pake heels :') Tapi untungnya karna udah biasa pake heels jadi ngga nyiksa-nyiksa banget, dipijitin doi udah langsung ilang pegelnya. Yang pasti buat makhluk mungil kayak aku yang mesti ditunjang penampilannya dengan heels/wedges cari nya yang nyaman dipake biar ngga bikin lecet kaki (Lah malam curhat!)

Oke, segitu aja cerita panjang lebarnya. Itu udah seminggu yang lalu dan sekarang kita baru aja abis nonton Fast and Furious 7 yang sempet ketunda (lah pamer). I'm so happy!

Selasa, 14 April 2015

Socmed Fever

Kita hidup dijaman dimana pergi ke suatu tempat bukan untuk bersenang-senang, tapi untuk sekedar update di Path, Four Square, atau sosial media lainnya. Di tempat makan (baik itu cafe, resto, dsb) sebelum makan, makanannya difoto dulu untuk diupload ke sosial media. Biar kekinian.

Fenomena sosial media yang unik ini tidak dapat terelakkan. Membuat orang-orang cenderung antisosial. Tidak bisa hidup tanpa gadget. Tetapi tetap saja, kalau ada minus pasti ada plusnya. Memang ada orang-orang penggiat sosial media, mereka mencari rezeki dari sana. 

Sosial media bagiku cukup penting. Disana aku bisa memperoleh informasi terkini baik itu informasi domestik maupun berita dunia. Selain itu juga bisa menjaga tali silaturahmi dengan teman-teman lama dan mengetahui kabar mereka dari sosial media. Aku pengguna beberapa sosial media. 

Aku pernah punya Friendster. Sounds lawas. Aku udah lupa itu jaman kapan, yang pasti itu adalah media sosial pertama yang aku punya. Kalau nggak salah waktu masih SMA. Aku udah ngga inget apa-apa tentang Friendster.

Aku punya akun facebook, tapi saat ini tidak pernah aku buka. Kenapa? Karna menurutku facebook itu penuh dengan orang-orang yang drama. Membaca status-status mereka yang sedemikian galau seolah-olah hidup mereka paling menyedihkan, itu tidak baik untuk kesehatan hati. Menebar aura negatif. Memang sih mereka punya hak untuk update status apapun, tapi aku males aja setiap buka facebook muncul keluhan-keluhan kadang malah caci maki dan kata-kata kasar. 

Aku juga punya akun Twitter. Sejauh ini akun inilah yang rutin aku buka ketika ada waktu senggang atau saat sedang menunggu sesuatu. Didalamnya banyak informasi-informasi penting. Lumayan untuk menambah wawasan. Walaupun terkadang masih ada drama didalamnya tapi tidak separah difacebook. Dramanya masih yang wajar-wajar saja. Sebenernya simple ya, kalau kita tidak mau membaca update twitternya kan tinggal unfollow saja, atau kalau tidak enak meng-unfollow masih ada fasilitas mute. Tapi sejauh ini akun yang aku follow tidak ada masalah pun tidak ada yang ngeshare kata kasar. Selama mereka (yang ku follow) tidak merugikanku dengan update-an nya ya ngga ada masalah. Sah-sah aja karna mereka berhak mengupdate apapun dengan akun mereka. Twitter kan emang tempat untuk berkicau menuangkan isi kepala dengan menggunakan 140 karakter. Twitter juga tempat untuk meringankan sedikit beban atau stress dengan berbagi kepada follower. So far this is my favorite social media. Yay!

Aku punya akun Path. Tapi aplikasinya udah aku hapus dari smartphoneku. Kenapa? Karena menurutku nggak penting aja. Isinya cuma update-an dari temen-temen Path ngejelasin mereka lagi dimana, lagi dengerin/nonton apa, lagi sama siapa, dan lain sebagainya. Menurutku didalamnya tidak ada informasi yang penting. Pun aku juga jarang menggunakannya karna kenapa juga tiap pergi kesuatu tempat mesti update dulu. Ribet bok. Aku pergi ya pergi aja, ngga ingat mau update atau share apapun. Mungkin ya pengguna Path merasa itu penting untuk mereka ngeshare aktifitas mereka dan membuat hati mereka bahagia bisa berbagi status. Ya monggo aja sih sejauh tidak merugikan orang lain. Tapi aku memilih pensiun dari Path.

Aku punya akun Instagram. Masih aku gunakan sampai sekarang. Instagram bagiku adalah Diaryku yang ketiga. Kita kan sering mengabadikan momen-momen penting berupa foto. Di Instagramlah aku menyimpan dan juga berbagi momen penting tersebut. Followersku sedikit sih, mungkin karna kualitas fotoku kurang bagus atau kurang menarik. Hehe. Tapi tidak masalah buat aku, aku bukan orang yang kekeuh berusaha keras memaksakan diri agar mendapat followers banyak dan mendapat puja-puji. Aku tetep happy dan enjoy menggunakannya. Instagram buat aku untuk sharing foto dan melihat foto-foto menarik dan menginspirasi.  

Aku punya akun Ask.fm tapi sekarang udah jarang dibuka. Niat awal bikin ask.fm itu buat bertanya-tanya sesuatu yang penting dengan orang yang mumpuni. Aku seringnya bertanya tentang make up. Disana kan bebas bertanya dengan pertanyaan dari anonim. Tapi jadi geleuh karna aku ditanyain pertanyaan yang bikin sebel kayak "Berhijab kok pacaran sih?". Terus banyak juga pertanyaan dari dedek-dedek gemes galau yang lumayan genggeus cyin. Jadinya ya sekarang jarang aku buka.

Yang terakhir, Blog. Sebenernya ini blog aku yang ketiga. Blog yang pertama aku hapus, terus yang kedua lupa password. Tujuannya aku ngeblog ya seperti yang tertera di Headernya, this is my second diary. Aku suka banget bercerita melalui tulisan, dari aku masih kecil, walaupun isinya awur-awuran, hehe. Aku bukan orang yang pandai bermain kata-kata atau merangkai puisi yang indah. Tapi aku suka menulis cerita. Aku suka dan menikmatinya. Aku happy kalau bisa menceritakan sesuatu melalui tulisan. Kalau disuruh menulis karya ilmiah sih aku No, hehe. Dari pertama kali bisa menulis ketika masih kecil, aku suka cerita sesuatu. Menggambar kuburan lengkap dengan setan-setannya (sebenernya aku sama sekali ngga bisa gambar), kemudian ada story dibawahnya. Aku juga suka menulis buku harian. Dulu sering banget dikasih kado sama temen-temenku buku harian yang ada gemboknya. Waktu jaman sekolah masih rutin ngisi diary tiap malem, tapi sekarang udah jarang banget karna punya kesibukan. Mungkin buat orang lain blog ini nggak penting atau nggak worth to read, tapi selama aku ngga merugikan orang lain dan bikin aku happy, kenapa aku harus stop ngeblog :)

Sebenernya ada banyak lagi media sosial, tapi sejauh ini yang aku gunakan cuma itu. Itupun aku lumayan ribet sama password nya yang kadang aku suka lupa. Kadang sosial media membuat hati kita menjadi tidak sehat. Kalau kamu melihat postingan foto orang lain disosial media, dan dia kelihatan cakep, terus kamu nyeletuk "Halah paling juga pake kamera 360", Itu berarti ada yang salah dengan kamu. Itu wajar dan manusiawi, semua orang ingin terlihat "bagus". Atau melihat postingan orang lain yang menshare materi yang dia miliki (uang, mobil, gadget, dsb) terus kamu nyeletuk "Pamer!". Jelas sekali ada yang salah didiri kamu. Itu hak mereka, mereka bebas memposting apapun di akun mereka. Ayok kita berbenah hati, jangan sampai kedengkian dan kebencian menguasai hati gara-gara postingan orang lain disosial media. 

Nah, jadi menurutku gunakanlah sosial media dengan bijak. Jangan disalahgunakan. Ambil manfaat dan positifnya aja. Juga jangan sampai kita jadi gadget freak dan nggak memperdulikan orang-orang disekitar kita seperti keluarga, sahabat, dan pasangan. Juga jangan membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain yang ada disosial media sehingga kita jauh dari rasa syukur ;)  


Aku Rindu

Sore itu, aku membereskan beberapa kardus yang masih tertumpuk dikamar pasca pindah rumah beberapa minggu yang lalu. kardus yang berisi buku-buku bacaan dan beberapa album foto. Didalam salah satu album foto terselip CD dari Sanggar Tari Aulia. Hati ini terpancing melihat video didalamnya. Ah... waktu itu aku masih kelas 2 SMA.

Mata ini mulai berkaca-kaca.

Aku rindu masa-masa itu...

Aku rindu pada dunia itu. Dunia yang sudah aku tinggalkan sejak 6 tahun terakhir. Sejak masuk ke universitas dan berhijab, aku berkomitmen untuk meninggalkan dunia itu. Tapi tetap saja aku rindu.

Sejak sekolah dasar aku menggeluti dunia itu. Aku ingat saat itu kami tidak difasilitasi guru atau siapapun. Kami berlatih tari sendiri, membuat gerakan sendiri, bahkan mencari dan menyewa baju tari sendiri. Demi bisa tampil di acara perpisahan yang diadakan setiap tahun.

Kemudian waktu remaja aku mulai masuk ke sanggar tari. Sanggar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jambi, Sanggar Aulia atau Sanggar Ibu Dian, Sanggar Tari Sekintang Dayo. Aku rindu tempat-tempat itu...

Waktu SMA aku pernah mengajar tari dengan bayaran dua puluh ribu per jam. Tidak seberapa memang, tapi aku senang bukan main. Kemudian mengikuti Tarian Masal dengan ratusan bahkan ribuan orang. Pernah juga "ngamen", menari di acara-acara resepsi pernikahan. Meskipun dibayar tak seberapa tapi aku sangat menikmatinya dan ada kepuasan tersendiri yang aku rasakan.

Tidak terasa butiran air hangat menetes dipipi.
Aku Rindu... :')



Senin, 13 April 2015

REVIEW: Wardah Long Lasting Lipstik (02, 05, 12)

Lagi pengen banget posting something tapi lagi minim inspirasi. Ya udah aku review lipenstik aja...

Siapa sih yang ngga kenal brand kosmetik Wardah, pasti udah tau semua ya. Wardah itu pelopor kosmetik halal di Indonesia. Halal udah pasti bahan-bahan yang terkandung didalamnya safe untuk digunakan. Aku termasuk salah satu wanita yang ngefavoritin banget beberapa kosmetik Wardah. Salah satu andalanku adalah lipstiknya. Dari mulai seri matte lipstik, exclusive, hydrogloss, dan long lasting lipstiknya udah aku cobain. Favorit aku itu seri long lasting lipstiknya. 

Long lasting ini warnanya cakep-cakep banget sih menurut aku. Matte finish, matte nya bener-bener deadmatte tapi nggak kering kalo di bibir aku. Beda sama yang seri matte yang malah satin finish bukan matte. Harganya murah bok, sekitar 40k aja. Aku pernah cobain lip cream yang lagi booming itu tuh yang harganya 2 sampai 3 kali lipat dari Wardah ini, tapi hasilnya bikin nyesek. Bagusnya cuma 10 menit, abis itu bibir aku kering kerontang terkelupas-kelupas kayak orang kena panas dalam akut. Long lasting ini warnanya juga lumayan pigmented, walaupun memang harus beberapa kali ulas. Kalau soal ketahanan sih relatif ya, kalo dibawa makan minum warnanya jadi agak pudar. So far kalau buat aku dengan harga segitu kualitasnya lumayan oke, worth to buy lah. Nah, sekarang aku mau review 3 dari 12 warna long lasting lipstiknya Wardah.


Wardah Long Lasting Lipstik Nomor 2 (Pink Sorbet)
Namanya Pink Sorbet tapi sebenernya warnanya lebih ke nude dan menurut aku nggak ada pink-pink nya sama sekali. Menurut aku sih warna ini cocok untuk perempuan berkulit putih. Kulit aku rada gelap jadi kurang cocok aja kayaknya. Bikin wajahku jadi pucet kayak orang anemia.

Me using pink sorbet (agak pucet).

Wardah Long Lasting Lipstik Nomor 5 (Fuchsia Fever)
Nah kalo yang ini baru sesuai sama namanya. Warna nya emang warna pink fuchsia. Aku lumayan sering pake ini kalo lagi kencan sama babang atau hang out bareng temen.

Me using fuchsia fever.

Wardah Long Lasting Lipstik Nomor 12 (Lustrous Red)
Kalo menurut aku lustrous red ini warnanya oke banget buat semua warna kulit. Dark red ya bukan warna merah-merah cabe. Mungkin ada yang kurang PD atau ngga berani pake warna-warna merah gini, tapi girls... life is too short to wear boring lipstick. Pakenya juga jangan sembarang pake, mix and match sama warna pakaian dan juga jilbab (bagi yang hijaban). Jangan pake lipstik ini terus bajunya warna ijo gonjreng atau warna-warna dan motif ekstrim lainnya. Jangan. Aku jarang sih pake lipstik ini, paling kalo mau kondangan atau sekali-kali buat kencan.

Using Lustrous Red.

Naaah... begitulah kira-kira. Pokoknya aku cinta banget sama long lasting ini. Matte nya beneran juara (kalo dibibir aku). Aku juga kurang suka lipstik yang agak-agak glossy, rasanya tebel aja kayak abis makan gorengan plus minyak gorengnya. Tapi kalo pake long lastingnya wardah ini rasanya biasa aja berasa ngga pake apa-apa. Pokoknya aku harus punya ke12 varian warna wardah long lasting ini!

Jumat, 10 April 2015

Dear My Future Husband

Teruntuk lelaki yang masih menjadi misteri, yang suatu hari nanti akan menjadi imam untukku dan menjadi Ayah bagi anak-anakku...

Aku tidak secantik Luna Maya, tapi insyaallah aku tidak akan membuatmu malu ketika kamu ajak pergi ke pesta. Kamu tidak perlu menyediakan budget khusus untuk mempercantik diriku kesalon. Aku tidak cantik, tapi aku cukup piawai mendandani diriku sendiri.

Aku tidak sepintar dan secerdas Dian Sastro, tapi insyaallah aku bisa mendidik anak-anak kita kelak dengan baik. Aku menyukai anak kecil. Aku membekali diri dengan ilmu parenting sejak aku memiliki keponakan, pun turut serta mengasuhnya. Insyaallah aku akan menjadi ibu yang baik. Dan aku akan terus belajar.

Aku tidak pandai memasak seperti Farah Quinn. Tapi tidak pandai bukan berarti tidak bisa bukan? Bisa, tapi aku harus mengkaji seleramu suatu hari nanti jika kita telah berada dalam satu rumah. Kamu tidak perlu memuji masakanku, cukup dihabiskan.

Aku tidak sesholehah Umi Pipik. Tapi aku berhijab meski belum sempurna. Aku shalat, meskipun kadang masih ada yang tertinggal. Aku bisa membaca Al-Quran, meskipun tidak tartil dan merdu. Aku masih terus memantaskan diri untuk imam yang baik. Bimbinglah aku agar bisa menjadi perhiasan terindah untukmu.

Suaraku tidak sebagus dan semerdu Raisa (bahkan bernyanyi pun tidak bisa), tetapi aku bisa melantunkan shalawat untuk meninabobokan anak kita. Atau kamu saja yang menggantikannya :')

Dear my future husband... 
Aku hanyalah seorang wanita akhir zaman dengan segudang kekurangan, namun aku akan terus belajar, aku akan terus berbenah diri. Dan aku ingin kamu menyempurnakan :") 

Kamis, 09 April 2015

Saya pendiam, salah?

Ria kecil (waktu belum sekolah) itu rambutnya tidak pernah panjang (cepak), periang, lincah, main disemak-semak, suka mandi hujan, kalau main tidak pernah pakai baju dan sandal. Seringkali telapak kaki saya tertusuk pecahan kaca. Pernah juga manjat pagar tetangga kemudian jatuh, hingga celana yang saya kenakan robek dan berubah wujud menjadi rok. Tomboy, tapi kalau sudah ketemu alat 'make up' langsung memoles-moles wajah sedemikian menornya, mengganti pakaian menjadi dres, lalu memaksa menguncir rambut yang sebenarnya tidak bisa dikuncir.

Semasa sekolah (SD sampai SMP) saya masih cukup periang, dan banyak teman. Waktu SMA karakter saya mulai sedikit berubah. Agak pendiam, pemalu, dan suka sekali menyendiri. Tidak tahu persis kenapa, yang pasti saya suka sekali menyendiri, ada perasaan nyaman. Saya suka berbelanja ke mall sendirian. Membaca buku dipojokan toko buku sendirian. Mengerjakan sesuatu dikamar sendirian. Tetapi sejauh ini yang saya belum pernah lakukan sendirian adalah menonton bioskop.

Saya tidak banyak bicara pun tidak pandai bergaul. Saya punya beberapa sahabat yang memang itu-itu saja. Karna memang saya sudah nyaman dengan mereka, dan mereka sudah mengenal watak saya.

Iseng-iseng saya ikutan tes kepribadian yang ada di internet. Ternyata saya seorang introvert. Kebanyakan orang pasti berfikir, apa enaknya jadi introvert. Hidupnya seperti memiliki beban masalah, penyendiri, dan pendiam. Lebih baik jadi ekstrovert, supel, pandai bergaul, ceria, dll. Kalau menurut saya, baik itu introvert ataupun ekstrovert punya nilai plus dan minus masing-masing.

Saya juga pernah berfikir ingin menjadi seperti ekstrovert, tapi saya tidak nyaman. Seperti memakai topeng dan tidak menjadi diri sendiri. Saya sadar menjadi introvert bukanlah sebuah kesalahan. Bahkan tokoh dunia seperti Albert Einstein, Bill Gates, dan JK Rowling saja introvert. Jadi kenapa saya harus merasa bersalah dan rendah hati.

Pernah suatu hari dilingkungan kampus, saya sedang duduk sendirian memperhatikan tingkah segerombolan junior yang menarik perhatian saya. Sekitar 4 meter dibelakang saya ternyata ada beberapa cewek yang menyebut nama saya:
Cewek 1 : Oh ria yang itu anak 2010 kan
Cewek 2 : Iya, dia itu semacam mental disorder kali ya.
Cewek 3 : Iya benar, nggak pernah ngomong. Bisu kali ya haha.
Cewek 2 : Kayak punya dunia sendiri
Bla...bla...blaa...
Saya sadar dan mendengar dengan jelas, rasanya pengen nyamperin mereka sambil tepuk tangan dan bilang "Wah... kayaknya elo elo kenal banget ya sama gue yang bahkan gue nggak tau dan ngga pernah mau tau siapa elo, hebat!"
Tapi itu cuma terlintas dikepala, kejadian yang sebenarnya saya cuma bisa tersenyum geli. Alhamdulillah, transfer dosa. Lumayan dosa saya berkurang.

Atau pada kesempatan yang lain. Saya sering mendengar kalimat "Ngomong donk ia, jangan diam aja...". Itu kejadian kalau lagi berkumpul ramai-ramai dengan orang-orang yang tidak terlalu dekat. Saya cuma bisa senyum, bagaimana saya bisa bicara kalau yang lainnya tidak berhenti bicara, lantas siapa yang mendengar.

Pernah juga mendengar yang seperti ini "Ah ria sombong, ketemu di situ kemarin ngga nyapa, dia cuek aja". Klarifikasi dari saya, "Ya kenapa enggak situ aja yang nyapa duluan, kan situ liat saya, saya nggak liat situ. Ribet." Tapi itu ungkapan saya dari dalam hati. Kenapa saya jadi disalahkan karena tidak menyapa orang. Padahal saya tidak "ngeh" dengan keberadaannya. Sementara dia melihat saya dan tidak menyapa saya. 

Dan masih banyak lagi kejadian-kejadian yang menyudutkan saya hanya karna saya diam. Saya bingung, apakah diam adalah perbuatan kriminal? Tidak kan...
Saya lumayan selektif memilih kata apa yang mau saya lontarkan, pun siapa lawan bicara saya. Kalau cuma dengan orang-orang yang tidak terlalu dekat, saya cuma bisa senyum. Saya tidak pandai basa-basi. Kalau orang bertanya ya saya jawab. Biasanya memang tidak ada umpan balik. Karena saya akan bertanya yang menurut saya penting untuk ditanyakan.

Lagipula mengapa saya harus hidup sesuai dengan ekspektasi orang lain, apalagi orang yang tidak terlalu saya kenal. Mereka menginginkan saya ramah kepada mereka. Lah, mereka siapa?

Saya suka menyendiri, tidak berarti saya menyepi saja tidak pernah melihat dunia luar. Bukan seperti itu. Saya suka nonton konser kok. Saya juga wellcome dengan siapapun yang ingin berteman. Saya tidak pilih-pilih teman. Lagipula saya banyak menyimpan rahasia orang (bukan sahabat). Mereka merasa nyaman curhat kepada saya.

Lantas apa bahagianya menjadi pribadi introvert? Saya bahagia kok. Saya happy dengan hidup saya sekarang. Dengan hal-hal kecil saja saya bisa happy. Seperti melihat anak bayi, saya happy. Dibawain eskrim & coklat sama pasangan, saya happy. Beli lipstik baru, saya happy. Dan lain-lain. Memang kebahagiaan tidak saya ungkapkan seperti kebanyakan orang dengan tertawa, nyanyi-nyanyi, dan terlihat sangat berapi-api bersemangat dan excited. Saya bahagia ekspresi saya tetap sama saja seperti biasa, hanya saja hati saya yang berbunga. Sedih juga seperti itu. Kalau kebanyakan orang mengungkapkan kesedihan dengan bercerita (curhat) dengan orang lain sembari menangis, saya tidak demikian. Mungkin saya tidak akan bercerita kepada siapa-siapa kecuali Tuhan.

Jangan terburu-buru menghakimi. Saya tidak minta dimaklumi kok, hanya saja jangan "ganggu" saya, karna saya tidak mengganggu orang.

Mungkin bukan hanya saya yang mengalami hal yang serupa. Untuk orang-orang introvert lainnya, mari kita berpegangan tangan. Selama kita tidak berbuat salah dan tidak merugikan orang lain, ya santai saja. Lakukan apa yang membuat kita happy dan nyaman. Life must go on. Abaikan suara-suara yang mengusik hidup kita. Kita berhak bahagia dengan cara kita sendiri :) 

Selasa, 07 April 2015

Hey Kamu!

Hey kamu...! 
Sedikit flashback. Dulu aku pernah susah payah “move on” bertahun-tahun dengan sesosok pria. Sosok yang aku rasa begitu sempurna. Yang sangat aku sesali kepergiannya. 31 maret, tanggal yang aku anggap begitu bersejarah. Aku merayakannya seorang diri dengan khidmat disertai untaian do’a dan air mata. Itu terjadi selama beberapa tahun. Hingga aku benar-benar lupa dia dan lupa rasanya bahagia. Kemudian aku menangisi punggung-punggung yang beranjak pergi menjauhiku yang dingin dan beku. Menjalin hubungan-hubungan yang bahkan tanpa rasa. Karena aku pikir mereka takkan lama masanya. Hingga kemudian kamu datang, dan kehadiranmu sempat aku remehkan…

Hey kamu...! 
Time flies fast. Kita bisa apa kalau Tuhan berkehendak. Dia Maha Membolak balikkan hati manusia. Sosokmu yang pada awalnya aku fikir sama saja dengan sebelumnya, kini namamu tak pernah luput kusebut dalam doa. Aku tak pernah menyesali apa yang telah terjadi kepadaku sebelumnya. Aku belajar dan aku bersyukur. Aku pernah dengan besar kepala meninggalkan kamu. Namun saat itu aku seperti kehilangan separuh jiwa. Aku berjanji takkan melakukan hal bodoh itu lagi. Kamu berharga…

Hey kamu...! 
Kamu yang saat ini mendampingiku, jadikanlah aku satu-satunya. Cintai aku apa adanya. Bimbinglah aku agar bisa menjadi wanita sederhana namun sempurna dimatamu. Bersabarlah, hingga suatu hari nanti kita pulang kencan dan menuju rumah yang sama. 

Hey kamu...! 
Iya kamu...
Aku mencintaimu :')



Senin, 06 April 2015

Bye Jerawat!

Jerawat, sebuah kata benda yang sangat tidak asing buat aku. lumayan akrab sama kata itu. Oke sebelumnya, let me introduce my skin type. jadi kulit wajah aku tuh verry verry oily. berminyak stadium akhir. kulit berminyak kan rentan jerawatan. jadi dari SMP aku udah akrab banget sama yang namanya jerawat. kalo pas SMP tuh jerawatnya masih di area jidat aja. ngga satu dua lho, tapi full sejidat-jidat. mungkin karna hormon juga kali ya. Lagian itu masih masa transisi, lagi puber ya. Pas SMA pernah pake krim abal-abal karna ikutan temen. Itu lho, krim yang bisa bikin putih cling dalam beberapa hari aja. iya sih putih, tapi kontras sama warna leher. Udah gitu ketergantungan. Aku coba lepas krim itu, alhasil jerawatan lagi. kali ini sampai ke pipi. Nah waktu kuliah awal-awal oke oke aja. Entah pas semester berapa pake krim yang ternyata satu spesies sama krim abal-abal diatas. Cuma beda merk aja. Yaudah putih sih wajah. Udah gitu karna di televisi udah mulai banyak pemberitaan bahaya krim abal-abal kayak gitu, aku coba berhenti. Alhasil jerawatan lagi. Parah banget. Apalagi waktu baru-baru pulang Kukerta. Muka udah ngga keurus. Belum lagi stres ngurusin skripsi. Jerawat full semuka-muka. Stres banget, belum lagi dengerin komentar-komentar orang yang mulutnya ngga bisa jaga perasaan orang. Oke sabar. Aku ngga punya foto selfie aku waktu lagi jerawatan parah saat itu, karna emang ngaca aja males apalagi foto.

Pas udah selesai sidang udah fix lulus dan bakalan wisuda, aku mulai concern ngerawat muka. Ngga langsung dapetin skincare yang klik di wajah aku, tapi cobain ini itu dulu. Ada beberapa paket acne care yang malah bikin breakout parah. Tapi kan kalo ngga dicobain dulu kita ngga akan tau hasilnya. Jadi ya, mesti sabar. Nyiapin budget khusus buat muka. Aku baca review orang. Nyobain satu persatu merk skincare. Ada yang memperparah, ada juga yang ngga ada hasil sama sekali. Sampai akhirnya aku nemuin beberapa benda simpel pembasmi jerawat:

Salep Dari Dokter
Jadi itu salep beli di apotik pake resep dari Dokter. Harganya ngga mahal, konsultasi ke dokternya yang mehong kali ya cyin. Satu jar itu harganya sekitar kurang lebih 70 ribu saja. Kalau di aku 1 jar itu bisa tahan sampai 4 bulan. Ya kan itu dipake pas malem hari aja waktu mau tidur. Baunya obat banget, lumayan annoying. Tapi aku suka cara kerjanya, dia ngga yang ngeluarin jerawat gitu terus ninggalin bekas. Tapi salep ini kalo dipakein ke calon jerawat malem hari, besokannya calon jerawat itu hilang. Dia ngempesin, bukan ngeluarin.Aku udah sekitar 6 bulan pake itu dan alhamdulillah udah ngga ada jerawat lagi. Paling-paling ya kalo lagi menstruasi nongol 1 atau 2. Udah gitu hilang kok. Mulus banget sih belum yah, masih ada scar, noda-noda bekas jerawat dimuka aku. Yang jelas nyembuhin jerawat itu sebenernya lebih mudah dibanding ngilangin bekasnya. Sabar aja. Nah, kayak gini wujud salepnya.



Facial Wash Himalaya
Aku pake facial wash himalaya yang warna hijau. Untuk mencegah jerawat. Kalo di Kota ku, di Jambi, Himalaya masih jarang ditemuin. Dia ngga available disemua drugstore, hanya mall-mall tertentu aja. Harganya murah aja kok. Kemasan kecil (50 ml) cuma kurang lebih 12 ribu aja. Aku tau benda ini juga dari reviewnya orang-orang di blog. Facial wash ini 100% berbahan herbal aktif. Kalau yang hijau dari nimba dan kunyit. Bebas sabun (free from parabens, SLS, Phthalates). Teksturnya agak licin yah, jadi hati-hati pas mau dikasihin air ditelapak tangan, kadang suka meleset kebawah. Dia ngga terlalu berbusa. Facial wash ini kalo dimuka aku cocok sih dikolaborasiin sama salep diatas. Aku udah repurchase berkali-kali. It works. Oh ya, aku pake ini sehari 4 kali. Waktu mandi pagi, waktu wudhu shalat zuhur, mandi sore, terakhir sebelum tidur. Seperti ini bentuknya:



Tissu
Yang pasti tisu buat wajah ya. Kenapa tisu? soalnya kalo abis cuci muka aku selalu ngelap muka pake tisu bukan pake handuk. Kan handuk bekas lap badan ya. Jadi emang harus stok tisu banyak-banyak.

Jadi seperti itulah kira-kira beberapa benda simpel tapi berjasa banget buat basmi jerawat aku. Kalo lagi dirumah aku cuma templokin bedak babby aja buat nyerap minyak. Kalo lagi keluar aku pake cover foundation La Tulipe. Aku cocok pake itu, karna bener-bener ngecover noda bekas jerawat. Wajah aku ngga betah dikasih bb krim ataupun liquid foundation, berminyak parah. Udah pake foundation itu terus aku teplokin bedak tabur revlon yang touch and glow. Karna wajah berminyak itu setau aku ngga cocok pake compact powder atau bedak padat, jadi pake yang taburlah yaa. Udah paling gitu aja, kondangan juga pake itu. Oh ya, face paper juga penting banget. Sediain face paper selalu di makeup pouch buat yang kulitnya berminyak. Buat touch up, aku biasanya 2 jam sekali touch up, ngeblot minyak. Aku pake face paper merk Clean And Clear, karna dia bener-bener nyerap minyak dan bikin wajah matte.

Nah itu sekelumit cerita aku tentang si jerawat. Memang butuh kesabaran tingkat tinggi buat ngilangin benda itu. Berdo'a jangan lupa. Terus kebersihan wajah juga bener-bener harus dijaga. Ini foto selfie aku terbaru, masih ada noda bekas jerawatnya.


Terimakasih yang sudah membaca. Semoga bermanfaat ;)