Minggu, 19 April 2015

Cerita Tentang Pindah Rumah

Selama 23 tahun aku hidup didunia ini (eh bentar lagi 24 ding), dari lahir sampe sekarang aku udah tinggal di 7 rumah yang berbeda. Tiga diantaranya cuma ngontrak sementara waktu. Jadi sekarang aku mau cerita tentang ketujuh rumah tersebut dan suka duka kami (aku dan keluarga) tinggal didalamnya.

Rumah Pertama
Pertama kali aku hadir kedunia ini ya dirumah itu, tepatnya di Pasir Putih Jambi Selatan. Sebetulnya itu rumah yang kedua semenjak Ayah dan Ibuku menikah. Sebelumnya di Kasang, disana kakak aku lahir, terus bangun rumah baru di Pasir Putih, terus aku lahir. Rumah yang lumayan besar karna kami punya 2 rumah dalam 1 pagar, aku nggak tau rumah yang satunya lagi untuk apaan yang jelas cuma diisi konsen pintu dan jendela seingatku. Bertetanggaan dengan sepupuku. Masa kecilku (tepatnya sebelum masuk bangku sekolah) aku habiskan disana. Semak-semak dan got-got yang ada disana adalah saksi bisu gimana nakalnya aku waktu kecil. Jatuh sana jatuh sini. Aku punya banyak temen, sebagian besar temanku adalah laki-laki. Jadi waktu itu aku agak tomboy dan seringkali dipanggil "abang". Disana aku punya kayak orang tua angkat dan abang-abang angkat yang baik banget. Sering beliin aku coklat karna aku suka banget coklat (alhasil gigiku waktu kecil hitam semua). Tapi sekarang udah ngga pernah ketemu sama mereka, pun kalau ketemu udah asing dan aku ngga mengenal mereka. Sekitar umur 7 tahun aku mulai masuk sekolah dasar di SDN 155. Cuma satu tahun disana terus pindah sekolah karna pindah rumah juga. Sedih banget waktu itu ninggalin temen-temen.

Rumah Kedua
Yang ini rumah kontrakan, di Komplek Camat. Padahal yang tinggal disitu bukan camat, ngga tau kenapa namanya Komplek Camat. Kita ngontrak di rumah nomor 5 blok A, dan sementara kita ngontrak, rumah baru sedang dibangun di blok A juga nomer 31. Mulai beradaptasi dengan lingkungan baru yang 180 derajat berbeda dengan tempat tinggal lama yang ramai. Sekitar kurang lebih 1 tahun, rumah baru selesai dan kita pindah.

Rumah Ketiga.
Rumah dengan nomer 31 blok A ini lumayan syerem. Konon katanya tanah ini dulunya bekas kuburan. Rumah kami lumayan besar dengan dapur dan ruang makan terpisah. Seperti yang udah aku bilang, disini keadaannya jauh berbeda dengan tempat tinggal kami yang di Pasir Putih. Sepi, orangnya lu-lu gua-gua. Adalah beberapa tetangga yang kita kenal, selebihnya asing. Aku disitu udah nggak liar lagi. Gimana mau liar rumah dipager tinggi (tapi tetep pernah dipanjatin sama aku) terus tertutup. Eh tapi kata siapa ngga liar, liar kok masih manjat-manjat pohon di lorong depan. Disini adikku dilahirkan. Pada saat itu keluarga kami sedang jaya-jayanya. Ayahku waktu itu masih berprofesi sebagai kontraktor alat berat. Masih sering gonta-ganti mobil pribadi. Punya angkot merah juga buat penghasilan tambahan. Pokonya lagi seneng lah itu. Tapi kalo boleh jujur rumah itu serem buat aku. Mulai dari SD sampai kelas 1 SMA aku tinggal disana, terus kita pindah. Entah apa alasannya, mungkin karna orang-orangnya yang terlalu individualistis, tapi nggak tau juga lah ya. Rumah itu buat Ayahku sama kayak investasi juga sih.

Rumah Keempat
Lokasinya di Beringin, di gang Mitra, kita ngontrak (lagi). Rumah yang cukup gede tapi nggak berpagar ini lumayan menyeramkan. Serius. Aku pernah nyobain tidur sendirian tapi baru bisa tidur jam 6 pagi karna suatu hal... oke lupain. Dirumah ini kakakku nikah. Dirumah ini juga pertama kalinya ngerasain gempa bumi yang waktu itu terjadi di Sumatra Barat dan Kerinci. Inget banget waktu itu bulan puasa magrib menjelang buka ngerasain gempa lumayan kuat, sampe air kolam renang tetangga sebelah tumpah. Seperti biasa, kita ngontrak sementara disini dan sekitar 300 meter rumah baru sedang dibangun. Disini kondisi perekonomian keluarga kami mulai menurun. Sekitar setahun kita tinggal disini kemudian... pindah.

Rumah Kelima
Masih di Beringin, masih dengan konsep seperti rumah yang lama yaitu dapur terpisah (entah kenapa Ayahku suka mendisain rumah dengan dapur terpisah). Dirumah inilah aku tepatnya kami benar-benar merasakan kesulitan bahkan kepedihan dalam hidup. Kami berada dititik terendah. Kami ditimpa musibah yang cukup berat menyangkut Ayahku. Aku tidak bisa cerita dengan detail karna akan membuka luka lama keluarga kami. Yang jelas kami merasa terpukul. Selama kurang lebih 3 atau 4 tahun (aku sudah lupa), Ayahku meninggalkan rumah. Waktu itu detik-detik aku akan lulus SMA. Seperti sedang bermimpi buruk. Dirumah ini, keponakanku tersayang (Nadia) dilahirkan dan dia adalah anugerah yang diberikan Tuhan untuk menghibur kami ditengah kekalutan dan kesedihan. Oh ya, aku pernah bercita-cita kuliah di Bandung, di STSI, aku ingin mempelajari dan mengembangkan bakat menariku. Tapi impian itu harus kukubur dalam-dalam. Aku ikut tes masuk perguruan tinggi negeri mengambil jurusan Bahasa Inggris atau Bahasa Indonesia karna latar belakangku dulu waktu SMA adalah Bahasa, tapi aku tidak lulus. Ibuku sempat menawariku masuk perguruan tinggi swasta, tapi aku sadar kami sedang susah. Belum lagi adikku yang akan melanjutkan ke SMP. Aku harus mengalah untuk sementara waktu. Tidak mungkin aku membiarkan Ibuku berhutang untuk memasukanku ke perguruan tinggi. Aku mengalah, menunda kuliah selama satu tahun. Aku mencari pekerjaan kesana-sini. Pernah nyaris menjadi sales door-to-door tapi Ibuku tidak mengizinkan aku bekerja seperti itu. Sempat bekerja disuatu tempat tapi tidak sampai sebulan. Saat itu aku mendapat shift siang dari jam 1 sampai jam 10 malam dan saat itu bulan puasa, aku tidak sanggup dan menyerah, aku merasa sedih tidak bisa melaksanakan moment berbuka puasa dengan keluarga dirumah. Aku keluar bahkan tanpa mengambil gaji sepeserpun. Ayahku sempet pulang beberapa bulan lalu kemudian pergi lagi, tapi kali ini meninggalkan uang di tabunganku untuk bekalku kuliah. Saat itu aku berhasil masuk Universitas Jambi Fakultas Ekonomi. Ya, pada akhirnya aku adalah mahasiswi salah jurusan. Sudah terlanjur terjebak disana ya sudah lanjutkan sampai tamat. Pasti ada hikmah yang akan diberikan Allah padaku. Pada saat kuliah aku mencari uang jajan sendiri disamping uang jajan yang sudah diberikan Ibuku yang sebenarnya tidak cukup untuk kebutuhan kuliah, belum lagi uang transportasi, karna kampusku lumayan jauh. Aku berjualan. Aku menjual garment, coklat, makanan, aksesoris, dan lain-lain. Aku ikut beberapa MLM, malu? enggak... Aku ngga pernah malu ikut MLM. Aku merasakan kok hasilnya. Beruntungnya Ayahku menyimpan uang beberapa juta di rekeningku untuk kebutuhan kuliah (uang semester), jadi uangnya bisa aku putar-putar. Rencana Allah kita tidak pernah tahu. Seperti yang Allah katakan, Dia tidak akan membebani kita dengan sesuatu yang tidak kita sanggupi. Pedih memang, sakit, tidak ada menoleh kami saat kami berada dititik terendah. Belum lagi dirumah tersebut ditinggali seseorang yang waktu itu masih menjadi bagian dari keluarga kami. Tapi sejujurnya, aku kurang menyukai orang tersebut. Dia terlalu sering menyakiti hati Ibuku. Dia yang seharusnya menggantikan figur Ayah kami yang saat itu sedang tidak ada, malah berbuat semena-mena dirumah kami. Memang benar, doa orang teraniaya diijabah oleh Allah. Orang itu keluar dari rumah kami dan tidak lagi menjadi bagian dari keluarga kami lagi, walaupun saat ini kadang masih bertemu karna kepentingannya menemui keponakanku. Banyak sekali hal-hal yang menyedihkan terjadi dirumah itu. Tangis dan air mata bukanlah hal asing disana. Tapi kami memiliki tetangga yang baik, yang sedikit banyak membantu kami. Juga rumah itu adalah rumah pertama yang didatangi pacarku yang sekarang (Mr. AN) untuk aktifitas apel. Dia yang menggantikan figur ayahku untuk menjaga dan melindungiku, mentransfer kekuatan untukku. Kami berhasil melewati masa-masa menyedihkan itu, Desember 2013 Ayahku pulang. Barang-barang dirumah itu sudah banyak yang terjual untuk memenuhi kebutuhan kami. Ayahku menjual rumah itu. Kami ingin meninggalkan segala luka perih dan kepahitan yang terjadi disana. Kami ingin membuka lembaran baru. Rumah terjual, April 2014 kami pindah.

Rumah Keenam
Sebuah ruko 2 lantai, iya... ngontrak lagi. Ibuku melanjutkan usaha skala kecil yang telah dibukanya sejak 2006. Ayahku membeli angkot (lagi) sebagai sumber rezeki kami, kali ini 2 buah. Ruko yang terletak dikawasan Panca karya Talang Banjar itu sangat ramai dengan hiruk pikuk keadaan sekitarnya. Ruko sebelah kiri ada bengkel las yang kadang beroperasi sampai tengah malam. Sementara sebelah kanan ada bengkel dan cucian motor. Suasana yang ramai dan berisik. Banyak anak kecil. Aku pernah punya resolusi yaitu berani tidur sendirian (iya, aku penakut) dan terlaksana di ruko tersebut. Bahkan aku ditinggal sendirian beberapa hari dirumah itu karna yang lainnya berangkat kerumah keluarga di Sabak. Aku merasa menang, hehehe. Dan satu lagi, aku tidur sendirian dengan lampu dipadamkan! (bangga). Tapi disana kurang aman. Tape dan aki mobil Ayahku dicuri maling. Ada insiden Ayahku dan si maling duel, dan akhirnya si maling salim tangan Ayahku, minta maaf (ppffft). Jadi Ayah dan Ibuku harus tidur dilantai bawah dengan atribut tidur seadanya karna takut ada maling lagi, disana banyak tikusnya, itu bikin aku sedih. Tapi yang bikin senengnya aku sama patjar suka naek keatas loteng, berpelukan dibawah cahaya bulan dan gemerlap bintang, how sweet :'). Setelah itu Ayahku cari-cari tanah kosong untuk bangun rumah lagi. Dapet di Kasang Pudak, pertama kali kesana lihat-lihat jujur aku sedih. Jauh banget Ya Allah, aku nggak tega sama pacarku yang bakalan jauh banget kalo mau berkunjung. Aku berdoa dalam hati, jangan disini ya, Ya Allah, jangan disini. Nah, pas udah mau mulai bangun ternyata tanahnya bermasalah, sertifikat tanah nggak ada. Uang udah dibayar Ayahku. Dibalikin dan Alhamdulillah nggak jadi pindah kesana. Terimakasih Ya Allah doaku dikabulin lagi. Jadi cari-cari-cari tanah, dapatlah di Eka Jaya. Lumayan, ngga begitu jauhlah dibanding Kasang Pudak. Bangun rumah sederhana disana, bulan Maret 2015 pindaaaah lagiiiii.

Rumah Ketujuh
Rumah yang aku tinggali saat ini. Rumah sederhana bercat abu-abu terus warna orange dibagian depan atas (sumpah ngga matching banget). Rumah ini ngga sebesar rumah yang udah-udah, dan kali ini dapurnya tidak terpisah (yay! jadi ngga takut kalo mau kedapur malem-malem). Gapapa ngga besar, biar gampang beresin dan bersihinnya. Rumah ini sebetulnya didalam gang, ngga ada jalan didalam gang itu alias buntu. Cuma ada 4 rumah didalam gang. Nggak ada suara hiruk pikuk kendaraan lewat, paling sehari cuma ada 2 atau 3 motor yang lewat. Suasana hening kontras dengan suasana ruko. Tapi jujur aku suka. Kita baru sebulan tinggal disini. Ayahku dan aku mulai merintis karir. Banyak doa dan harapan kami dirumah ini. Semoga lebih baik kedepannya baik itu kehidupan, rezeki, maupun ibadah kami. Aamiin :')

Gentala Arasy, I'm in love!

(Khanmaen judul blog aku kali ini, kayak judul film layar lebar yang dibintangi Samuel Rizal sama Shandy Aulia, tapi versi lokal. Duileh)

Sebenernya ini cerita-cerita random aja sih, tepatnya cerita kencan aku sama patjar...

Jadi minggu lalu kan kita kencan gitulah, saturdate. Rencana awal mau nonton film Fast and Furious 7, tapi... kita kehabisan tiket. Padahal kita datangnya siang sekitar jam 1, tapi udah sold out buat hari itu (kecewaaa). Ya udah, lihat-lihat film lain, semuanya film Indonesia dan ngga ada yang bikin kita tertarik. Dipikir-pikir-dipikir-pikir cancel aja dulu nontonnya.

Ya udah kita nongkrong di food court sambil ngelunch sambil ngeliatin pemandangan sungai Batang Hari. Terus si doi nyeletuk ngajakin ke jembatan Gentala Arasy yang baru saja diresmikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla beberapa minggu yang lalu. Aku ngelihat cuacanya ya ampun panas gile. Bukannya mau sok-sokan ngga mau panas-panasan, tapi cuaca sekarang-sekarang ini agak ekstrim. Siangnya panas banget, terus sorenya tiba-tiba ujan deres. Dan dari pengalaman yang udah-udah sih aku kalo udah ketemu panas terus ujan kedinginan langsung gatal-gatal kulitnya, bentol-bentol merah atau kaligata. 

Akhirnya agak sorean dikit kita kejembatan itu, untungnya cuaca udah agak adem. Jadi, jembatan yang membelah sungai Batang Hari itu memiliki lebar 4,5 meter dan panjang 503 meter (dan aku berjalan menggunakan heels setinggi 8 cm, Dont try this at home!). Jembatan itu berliku-liku membentuk huruf S. Jembatan ini khusus untuk pejalan kaki, kalau yang motoran boleh lewat sini kasian sama tukang-tukang getek kehilangan mata pencaharian. Kita berjalan dimulai dari Tanggo Rajo menuju ke Kota Seberang sekitar 20 menitanlah kira-kira, yang pasti ngga nyampe setengah jam. Sampai di kota Seberang disambut dengan Menara Gentala Arasy dan museumnya yang menampilkan kearifan lokal Provinsi Jambi. Terus ada juga payung-payung ala-ala mesjid Nabawi. Aku ngga sempet masuk ke dalam museumnya karna hari itu museum nya lagi closed. Terus di Kota Seberang itu ada tulisan gede Gentala Arasy yang kalo malem hari dilihat dari Tanggo Rajo itu cantik banget.


Itu kita berfoto di deket payung-payung itu, ada kayak lukisan Sungai Batanghari gitulah (tapi itu bukan lukisan sih ya). Kita minta difotoin sama orang yang lagi foto-foto disitu, hehe.

Serius, sebenernya ini adalah kali pertama aku menginjakkan kaki di Kota Seberang (maklum anak rumahan, ga pernah main jauh). Excited banget. Norak ya, iya biarin. Yang penting aku happy sekarang.


Nah kalau yang foto diatas ini kita baru nyampe di Seberang dan kecapean. Kaki pegel banget sumpah. Dibelakang kita itu Menara Gentala Arasy. Disitu rame banget, rame orang foto-foto. Udah duduk-duduk ngeliat-liat kanan kiri atas bawah kita balik lagi (jalan kaki lagi). 

Sampe rumah langsung pijit-pijitan kaki sama patjar. Kalo tau mau jalan kesana aku ngga bakalan pake heels :') Tapi untungnya karna udah biasa pake heels jadi ngga nyiksa-nyiksa banget, dipijitin doi udah langsung ilang pegelnya. Yang pasti buat makhluk mungil kayak aku yang mesti ditunjang penampilannya dengan heels/wedges cari nya yang nyaman dipake biar ngga bikin lecet kaki (Lah malam curhat!)

Oke, segitu aja cerita panjang lebarnya. Itu udah seminggu yang lalu dan sekarang kita baru aja abis nonton Fast and Furious 7 yang sempet ketunda (lah pamer). I'm so happy!

Selasa, 14 April 2015

Socmed Fever

Kita hidup dijaman dimana pergi ke suatu tempat bukan untuk bersenang-senang, tapi untuk sekedar update di Path, Four Square, atau sosial media lainnya. Di tempat makan (baik itu cafe, resto, dsb) sebelum makan, makanannya difoto dulu untuk diupload ke sosial media. Biar kekinian.

Fenomena sosial media yang unik ini tidak dapat terelakkan. Membuat orang-orang cenderung antisosial. Tidak bisa hidup tanpa gadget. Tetapi tetap saja, kalau ada minus pasti ada plusnya. Memang ada orang-orang penggiat sosial media, mereka mencari rezeki dari sana. 

Sosial media bagiku cukup penting. Disana aku bisa memperoleh informasi terkini baik itu informasi domestik maupun berita dunia. Selain itu juga bisa menjaga tali silaturahmi dengan teman-teman lama dan mengetahui kabar mereka dari sosial media. Aku pengguna beberapa sosial media. 

Aku pernah punya Friendster. Sounds lawas. Aku udah lupa itu jaman kapan, yang pasti itu adalah media sosial pertama yang aku punya. Kalau nggak salah waktu masih SMA. Aku udah ngga inget apa-apa tentang Friendster.

Aku punya akun facebook, tapi saat ini tidak pernah aku buka. Kenapa? Karna menurutku facebook itu penuh dengan orang-orang yang drama. Membaca status-status mereka yang sedemikian galau seolah-olah hidup mereka paling menyedihkan, itu tidak baik untuk kesehatan hati. Menebar aura negatif. Memang sih mereka punya hak untuk update status apapun, tapi aku males aja setiap buka facebook muncul keluhan-keluhan kadang malah caci maki dan kata-kata kasar. 

Aku juga punya akun Twitter. Sejauh ini akun inilah yang rutin aku buka ketika ada waktu senggang atau saat sedang menunggu sesuatu. Didalamnya banyak informasi-informasi penting. Lumayan untuk menambah wawasan. Walaupun terkadang masih ada drama didalamnya tapi tidak separah difacebook. Dramanya masih yang wajar-wajar saja. Sebenernya simple ya, kalau kita tidak mau membaca update twitternya kan tinggal unfollow saja, atau kalau tidak enak meng-unfollow masih ada fasilitas mute. Tapi sejauh ini akun yang aku follow tidak ada masalah pun tidak ada yang ngeshare kata kasar. Selama mereka (yang ku follow) tidak merugikanku dengan update-an nya ya ngga ada masalah. Sah-sah aja karna mereka berhak mengupdate apapun dengan akun mereka. Twitter kan emang tempat untuk berkicau menuangkan isi kepala dengan menggunakan 140 karakter. Twitter juga tempat untuk meringankan sedikit beban atau stress dengan berbagi kepada follower. So far this is my favorite social media. Yay!

Aku punya akun Path. Tapi aplikasinya udah aku hapus dari smartphoneku. Kenapa? Karena menurutku nggak penting aja. Isinya cuma update-an dari temen-temen Path ngejelasin mereka lagi dimana, lagi dengerin/nonton apa, lagi sama siapa, dan lain sebagainya. Menurutku didalamnya tidak ada informasi yang penting. Pun aku juga jarang menggunakannya karna kenapa juga tiap pergi kesuatu tempat mesti update dulu. Ribet bok. Aku pergi ya pergi aja, ngga ingat mau update atau share apapun. Mungkin ya pengguna Path merasa itu penting untuk mereka ngeshare aktifitas mereka dan membuat hati mereka bahagia bisa berbagi status. Ya monggo aja sih sejauh tidak merugikan orang lain. Tapi aku memilih pensiun dari Path.

Aku punya akun Instagram. Masih aku gunakan sampai sekarang. Instagram bagiku adalah Diaryku yang ketiga. Kita kan sering mengabadikan momen-momen penting berupa foto. Di Instagramlah aku menyimpan dan juga berbagi momen penting tersebut. Followersku sedikit sih, mungkin karna kualitas fotoku kurang bagus atau kurang menarik. Hehe. Tapi tidak masalah buat aku, aku bukan orang yang kekeuh berusaha keras memaksakan diri agar mendapat followers banyak dan mendapat puja-puji. Aku tetep happy dan enjoy menggunakannya. Instagram buat aku untuk sharing foto dan melihat foto-foto menarik dan menginspirasi.  

Aku punya akun Ask.fm tapi sekarang udah jarang dibuka. Niat awal bikin ask.fm itu buat bertanya-tanya sesuatu yang penting dengan orang yang mumpuni. Aku seringnya bertanya tentang make up. Disana kan bebas bertanya dengan pertanyaan dari anonim. Tapi jadi geleuh karna aku ditanyain pertanyaan yang bikin sebel kayak "Berhijab kok pacaran sih?". Terus banyak juga pertanyaan dari dedek-dedek gemes galau yang lumayan genggeus cyin. Jadinya ya sekarang jarang aku buka.

Yang terakhir, Blog. Sebenernya ini blog aku yang ketiga. Blog yang pertama aku hapus, terus yang kedua lupa password. Tujuannya aku ngeblog ya seperti yang tertera di Headernya, this is my second diary. Aku suka banget bercerita melalui tulisan, dari aku masih kecil, walaupun isinya awur-awuran, hehe. Aku bukan orang yang pandai bermain kata-kata atau merangkai puisi yang indah. Tapi aku suka menulis cerita. Aku suka dan menikmatinya. Aku happy kalau bisa menceritakan sesuatu melalui tulisan. Kalau disuruh menulis karya ilmiah sih aku No, hehe. Dari pertama kali bisa menulis ketika masih kecil, aku suka cerita sesuatu. Menggambar kuburan lengkap dengan setan-setannya (sebenernya aku sama sekali ngga bisa gambar), kemudian ada story dibawahnya. Aku juga suka menulis buku harian. Dulu sering banget dikasih kado sama temen-temenku buku harian yang ada gemboknya. Waktu jaman sekolah masih rutin ngisi diary tiap malem, tapi sekarang udah jarang banget karna punya kesibukan. Mungkin buat orang lain blog ini nggak penting atau nggak worth to read, tapi selama aku ngga merugikan orang lain dan bikin aku happy, kenapa aku harus stop ngeblog :)

Sebenernya ada banyak lagi media sosial, tapi sejauh ini yang aku gunakan cuma itu. Itupun aku lumayan ribet sama password nya yang kadang aku suka lupa. Kadang sosial media membuat hati kita menjadi tidak sehat. Kalau kamu melihat postingan foto orang lain disosial media, dan dia kelihatan cakep, terus kamu nyeletuk "Halah paling juga pake kamera 360", Itu berarti ada yang salah dengan kamu. Itu wajar dan manusiawi, semua orang ingin terlihat "bagus". Atau melihat postingan orang lain yang menshare materi yang dia miliki (uang, mobil, gadget, dsb) terus kamu nyeletuk "Pamer!". Jelas sekali ada yang salah didiri kamu. Itu hak mereka, mereka bebas memposting apapun di akun mereka. Ayok kita berbenah hati, jangan sampai kedengkian dan kebencian menguasai hati gara-gara postingan orang lain disosial media. 

Nah, jadi menurutku gunakanlah sosial media dengan bijak. Jangan disalahgunakan. Ambil manfaat dan positifnya aja. Juga jangan sampai kita jadi gadget freak dan nggak memperdulikan orang-orang disekitar kita seperti keluarga, sahabat, dan pasangan. Juga jangan membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain yang ada disosial media sehingga kita jauh dari rasa syukur ;)  


Aku Rindu

Sore itu, aku membereskan beberapa kardus yang masih tertumpuk dikamar pasca pindah rumah beberapa minggu yang lalu. kardus yang berisi buku-buku bacaan dan beberapa album foto. Didalam salah satu album foto terselip CD dari Sanggar Tari Aulia. Hati ini terpancing melihat video didalamnya. Ah... waktu itu aku masih kelas 2 SMA.

Mata ini mulai berkaca-kaca.

Aku rindu masa-masa itu...

Aku rindu pada dunia itu. Dunia yang sudah aku tinggalkan sejak 6 tahun terakhir. Sejak masuk ke universitas dan berhijab, aku berkomitmen untuk meninggalkan dunia itu. Tapi tetap saja aku rindu.

Sejak sekolah dasar aku menggeluti dunia itu. Aku ingat saat itu kami tidak difasilitasi guru atau siapapun. Kami berlatih tari sendiri, membuat gerakan sendiri, bahkan mencari dan menyewa baju tari sendiri. Demi bisa tampil di acara perpisahan yang diadakan setiap tahun.

Kemudian waktu remaja aku mulai masuk ke sanggar tari. Sanggar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jambi, Sanggar Aulia atau Sanggar Ibu Dian, Sanggar Tari Sekintang Dayo. Aku rindu tempat-tempat itu...

Waktu SMA aku pernah mengajar tari dengan bayaran dua puluh ribu per jam. Tidak seberapa memang, tapi aku senang bukan main. Kemudian mengikuti Tarian Masal dengan ratusan bahkan ribuan orang. Pernah juga "ngamen", menari di acara-acara resepsi pernikahan. Meskipun dibayar tak seberapa tapi aku sangat menikmatinya dan ada kepuasan tersendiri yang aku rasakan.

Tidak terasa butiran air hangat menetes dipipi.
Aku Rindu... :')



Senin, 13 April 2015

REVIEW: Wardah Long Lasting Lipstik (02, 05, 12)

Lagi pengen banget posting something tapi lagi minim inspirasi. Ya udah aku review lipenstik aja...

Siapa sih yang ngga kenal brand kosmetik Wardah, pasti udah tau semua ya. Wardah itu pelopor kosmetik halal di Indonesia. Halal udah pasti bahan-bahan yang terkandung didalamnya safe untuk digunakan. Aku termasuk salah satu wanita yang ngefavoritin banget beberapa kosmetik Wardah. Salah satu andalanku adalah lipstiknya. Dari mulai seri matte lipstik, exclusive, hydrogloss, dan long lasting lipstiknya udah aku cobain. Favorit aku itu seri long lasting lipstiknya. 

Long lasting ini warnanya cakep-cakep banget sih menurut aku. Matte finish, matte nya bener-bener deadmatte tapi nggak kering kalo di bibir aku. Beda sama yang seri matte yang malah satin finish bukan matte. Harganya murah bok, sekitar 40k aja. Aku pernah cobain lip cream yang lagi booming itu tuh yang harganya 2 sampai 3 kali lipat dari Wardah ini, tapi hasilnya bikin nyesek. Bagusnya cuma 10 menit, abis itu bibir aku kering kerontang terkelupas-kelupas kayak orang kena panas dalam akut. Long lasting ini warnanya juga lumayan pigmented, walaupun memang harus beberapa kali ulas. Kalau soal ketahanan sih relatif ya, kalo dibawa makan minum warnanya jadi agak pudar. So far kalau buat aku dengan harga segitu kualitasnya lumayan oke, worth to buy lah. Nah, sekarang aku mau review 3 dari 12 warna long lasting lipstiknya Wardah.


Wardah Long Lasting Lipstik Nomor 2 (Pink Sorbet)
Namanya Pink Sorbet tapi sebenernya warnanya lebih ke nude dan menurut aku nggak ada pink-pink nya sama sekali. Menurut aku sih warna ini cocok untuk perempuan berkulit putih. Kulit aku rada gelap jadi kurang cocok aja kayaknya. Bikin wajahku jadi pucet kayak orang anemia.

Me using pink sorbet (agak pucet).

Wardah Long Lasting Lipstik Nomor 5 (Fuchsia Fever)
Nah kalo yang ini baru sesuai sama namanya. Warna nya emang warna pink fuchsia. Aku lumayan sering pake ini kalo lagi kencan sama babang atau hang out bareng temen.

Me using fuchsia fever.

Wardah Long Lasting Lipstik Nomor 12 (Lustrous Red)
Kalo menurut aku lustrous red ini warnanya oke banget buat semua warna kulit. Dark red ya bukan warna merah-merah cabe. Mungkin ada yang kurang PD atau ngga berani pake warna-warna merah gini, tapi girls... life is too short to wear boring lipstick. Pakenya juga jangan sembarang pake, mix and match sama warna pakaian dan juga jilbab (bagi yang hijaban). Jangan pake lipstik ini terus bajunya warna ijo gonjreng atau warna-warna dan motif ekstrim lainnya. Jangan. Aku jarang sih pake lipstik ini, paling kalo mau kondangan atau sekali-kali buat kencan.

Using Lustrous Red.

Naaah... begitulah kira-kira. Pokoknya aku cinta banget sama long lasting ini. Matte nya beneran juara (kalo dibibir aku). Aku juga kurang suka lipstik yang agak-agak glossy, rasanya tebel aja kayak abis makan gorengan plus minyak gorengnya. Tapi kalo pake long lastingnya wardah ini rasanya biasa aja berasa ngga pake apa-apa. Pokoknya aku harus punya ke12 varian warna wardah long lasting ini!