Ini bukan puisi
Hanya rangkaian kata dari hati yang (pernah) kecewa
Hei kau lelaki masa lalu...
Tak bisakah kau cukupkan tingkah lakumu yang seperti itu?
Berapa banyak hati yang sudah kau patahkan?
Berapa banyak perempuan yang kau kecewakan?
Berapa banyak?
Mungkin belasan bahkan puluhan.
Aku yang sudah tidak tau dan tak mau tau tentangmu,
Tiba-tiba terusik (lagi)
Kenapa kau hancurkan hati perempuan tulus yang ku kenal...
Apakah kau setega itu?
Iya, benar, nyatanya kau memang tega.
Kalimat sakral kau obral-obral.
Tak khawatirkah kau?
Doa-doa buruk dari perempuan yang pernah kau kecewakan menyertaimu.
Bagaimana kalau semesta meng-aamiin-kan...?
Apa kau tak punya hati dan perasaan?
Bukankah Ibumu dan saudaramu adalah perempuan?
Hei kau
Sudahilah perbuatanmu yang seperti itu
Sudahlah cukup.
Senin, 27 April 2015
Sabtu, 25 April 2015
Kalau Pasangan Mendua
Sore ini didaerah rumahku hujan cukup lebat. Listrik padam. Kalo listrik padam jadinya mati gaya. Terus aku iseng buka akun ask.fm ku yang udah lama banget nggak aku buka. Ada 3 pertanyaan dari anonim. Dua diantaranya pertanyaan annoying. Nah yang satunya pertanyaannya gini, "Kak pacarku selingkuh, tapi aku aku udah sayang banget sama dia. Gimana donk?". Sebetulnya nggak kujawab sih di ask.fm, aku biarin aja. Paling juga anak ABG tuh yang nanya kayak begitu.
Jadi, tulisan aku kali ini terinspirasi dari situ.
Baiklah karna batre notebook yang hanya tinggal 7% langsung ajalah.
Pernah selingkuh? Alhamdulillah ngga pernah.
Pernah diselingkuhin? Pernah dulu, dulu banget.
Pernah diselingkuhin? Pernah dulu, dulu banget.
Gimana rasanya? Entahlah... udah lupa.
Yang pasti sakit lah ya, kecewa. Tapi aku bersyukur banget udah diduain sama orang itu. Aku tau itu cara Tuhan agar aku menjauh dari dia, dari orang jahat. Jahat kan, jahat lah. Aku percaya dan selalu percaya kalau wanita baik adalah untuk pria baik juga sebaliknya. Jadi kalau disakitin kayak gitu aku nggak bakalan balas nyakitin pun nggak balas dengan kebaikan juga. Aku lebih ke nggak bakalan peduli lagi selama-lamanya. Ya anggap aja nggak pernah kenal. Tapi orang itu tetep ramah kalau berpapasan.
Jadi ya kalau pasangan udah jelas-jelas dan terbukti mendua, sesayang apapun itu, just stay away from he/she. Ada sebuah survei mengatakan kalau seseorang yang pernah selingkuh itu akan mengulangi lagi perbuatannya dikemudian hari.
Kalau dia nggak selingkuh?
Maksudnya kalau dia punya banyak fans aja gitu yang ngegodain dia duluan (duileh). Ya kalau aku sih, lihat dulu. Seandainya pasanganku digodain cewek lain tapi dia nggak ngerespon sama sekali, tapi si cewe tetep terus godain, ya aku bakalan maju buat menghentikan si cewek itu. Bukan ngelabrak, nggak gitu. Ngomong baek-baek aja dulu. Tapi... seandainya ada cewek ngegodain pasanganku, dan pasanganku kasih respon, ya udah bye. Aku nggak bakalan buang waktu buat ngomong apa-apa ke si penggoda. Cukup menyudahi hubungan dengan si pasangan. Selesai perkara.
Perjuangkan orang yang memang PANTAS untuk diperjuangkan.
Nggak mau nyari tau penyebab dia selingkuh? Bisa jadi itu karna diri kitanya yang bermasalah sehingga membuat dia mendua?
Aku sih nggak mau. Iya, bisa jadi mungkin kita ada 'something trouble' yang bikin dia selingkuh. Tapi bukan gitu juga caranya. Bersikap dewasalah. Bicarakan dengan baik-baik. Bukan main selingkuh-selingkuh aja, itu jahat.
Jadi gitu sih menurutku. Intinya kalau pasangan mendua, ya sudah tinggalkan. Jangan balas dendam, karna itu bukan perilaku yang menunjukkan kedewasaan. Fokus aja berbenah diri menjadi lebih baik luar dan dalam. Insyaallah Tuhan kasih yang terbaik, yang pantas mendampingi.
Bye.
Jumat, 24 April 2015
My Wish...
Jadi, tadi pagi, pagi sekali, aku dibangunkan dengan ucapan "Happy Birthday" dari dua sahabatku, Marisa sama Lita. Aku yang baru aja buka mata dan masih keruntelan dalem selimut baca pesan dari mereka terus spontan ngecek kalender di hape. Ini masih tanggal 24, aku kucek mata dan coba fokus lagi ngeliat kalender. Masih tanggal 24 dan aku yakin tanggal ulang tahunku bukan tanggal 24 tapi 27. Aku tertawa geli sendiri. Mereka merasa malu. Yah wajar lah mereka agak-agak amnesia sama tanggal ulang tahunku, karna 2 temenku ini lumayan sibuk sama pekerjaan mereka. Yang satu mbak-mbak pegawai disebuah bank yang sibuk melayani customer tiap hari, yang satu lagi mbak-mbak suster di salah satu rumah sakit. Mereka sibuk, tapi aku mengapresiasi itikad baik dari mereka yang udah mau ngucapin, ngedoain, walaupun kecepetan. Hihihi...
Iya, ulang tahunku masih tiga hari lagi. Usiaku akan bertambah, dan aku semakin menua (hiks).
Sebenernya aku lebih excited sama hari ulang tahun temen-temenku dan pasanganku daripada ulang tahunku. Kalo ulang tahunku sendiri aku agak abai. Ya karna kan kalo ulang tahun temen atau pasangan itu biasanya jauh-jauh hari aku udah memikirkan dan mempersiapkan sesuatu. Kalo ulang tahun sendiri ya ngga ada yang perlu aku persiapkan, paling harus siap mental aja nerima umur yang semakin bertambah angkanya (pffft).
Waktu hari ulang tahun pengen apa?
Ada beberapa hal yang sangat aku harapkan, seiring dengan bertambahnya usiaku. Bukan materi atau harta benda. Bukan juga pengen nikah besok pagi. Bukan, bukan itu.
Aku pengen apa yang aku cita-citakan segera terwujud. Doa-doa yang tak lepas terucap dari lubuk hati dan lidah ini dalam setiap lima waktu, kuharap segera diijabah Sang Maha Mengabulkan Do'a. Aku punya beberapa cita-cita, bukan satu.
Aku pengen menjadi novelis. Iya, novelis, bukan penulis. Pengen banget. Bukan karna materi, tapi karna passion. Aku suka menulis cerita dari kecil, dari pertama kali aku bisa menulis. Waktu belum ada teknologi seperti komputer, laptop dan sebagainya, aku menulis dibuku tulis. Menulis cerita fiksi yang tergambar dalam imajinasiku. Waktu SMA aku sering menulis cerita dibuku tulis, udah gitu dibaca sama temen-temenku. Rasanya menyenangkan. Beberapa tahun yang lalu aku pernah mengalami shock dan enggak mau nulis cerita lagi. Karna waktu itu aku mengalami insiden. Tas aku dijambret. Notebook aku ada didalam tas itu. Notebook yang isinya sangat penting bagiku. Disana banyak tulisan-tulisan hasil karyaku. Ada beberapa novel yang kutulis serius, dan aku berencana suatu hari nanti salah satunya akan dikirim ke penerbit. Aku bener-bener shock saat itu. Rasanya pupus sudah. Aku jadi ngga mau nulis cerita lagi. Tapi kemudian dengan susah payah aku bangun semangatku, kembali menulis. Imajinasiku harus dituangkan. Kan sayang kalo lagi banyak inspirasi nggak keburu dituangkan terus jadi lupa. Aku mengidolakan beberapa novelis. Kalo dari Indonesia aku salah satu favoritku itu Habiburahman El Shirazy atau yang sering disapa Kang Abik, penulis novel islami. Aku suka baca novelnya. Kang Abik ini suka menulis novel islami yang latar belakangnya tidak hanya di Indonesia, tapi ada yang di Kairo, Beijing, Rusia, dan lain-lain. Jadi pas baca novelnya itu berasa kayak lagi mengunjungi negara-negara yang ada diceritakan. Aku juga pengen bikin satu novel islami. Mengajarkan nilai-nilai Islam didalam sebuah novel, untuk amal Jariyah. Sebetulnya kalau soal membaca aku bukan cuma suka baca novel. Buku apa aja aku baca, kecuali buku yang didalamnya ada angka-angkanya, bikin migrain, hehe. Lagi pup pun aku bawa buku kekamar mandi. Kadang kalo nggak bawa buku aku iseng baca-baca manfaat dan kandungan zat yang ada dalam shampo, sabun, odol, dll. Hehehe...
Aku juga pengen jadi pengusaha. Sebenernya cita-cita ini aku dapet dari bangku kuliah. Kan aku alumni fakultas ekonomi, jadi tiap hari dijejelin teori-teori ekonomi dan ditanamkan mindset entrepreneur. Dan entah mengapa mindset itu bener-bener tertanam diotakku. Jadi pengusaha apa? Nah itu masih rahasia, hehe. Sebetulnya menjadi pengusaha bukan cuma mencari materi semata. Tapi lebih dari itu, aku punya misi khusus yang sesuai dengan ajaran yang aku dapat dibangku kuliah. Yaitu mengurangi pengangguran, hehe. Menyediakan lapangan kerja seluas-luasnya. Sekarang memulai dari skala kecil aja dulu, menabung, bertahap step by step. Aku ngga berani langsung jederr minjem uang ke Bank sekian juta buat buka usaha kayak di film Billionaire, nggak. Aku nggak berani ngutang, karna pasti hidup nggak tenang dan tidur nggak nyenyak kalo punya hutang. Kalo bisa jangan sampe lah ngutang-ngutang.
Terus selanjutnya aku pengen jadi Guru. Bukan Guru TK, SD, SMP, SMA yang resmi seperti itu, bukan. Aku cuma mau menjadi pengajar, mengajarkan sesuatu atau ilmu yang aku punya ke orang lain. Kan kalo kita berbagi materi maka akan berkurang, tapi kalau berbagi ilmu maka akan bertambah. Sebenernya cita-cita aku dari kecil, pertama kali ditanyain disekolah "Mau jadi apa?" itu aku jawabnya mau jadi Guru. Tapi semakin besar semakin dewasa pola pikir aku mulai berubah. Aku tidak bisa menjadi guru yang disekolah-sekolah karna aku tidak berkompeten, aku juga bukan lulusan fakultas keguruan kan. Aku mau menjadi seorang pengajar, biar bisa jadi Amalan Jariyah juga.
Ada terbersit sedikit pengen jadi fashion designer, karna aku suka merombak pakaian yang aku beli. Pas aku beli modelnya berbeda, terus aku ubah modelnya sendiri sesuai dengan keinginan. Tapi aku harus tau diri dong ya, gambar aja nggak bisa segala mau jadi fashion designer (pffft). Tapi tetep dalam waktu dekat aku harus kursus menjahit, and sewing machine still in my wishlist. Bukan mau serius-seriusan jadi perancang busana kayak Dian Pelangi, bukaaaan (da aku mah apa atuh)... Aku mau kursus jahit biar bisa bikin baju yang sesuai dengan keinginanku, yah setidaknya aku yang pake sendiri hasil rancanganku, dan keterampilan menjahit itu menurutku penting dimiliki seorang wanita ;)
Kadang juga terbersit pengen jadi make up artist. Karna suka banget dandan, dan pernah ada yang minta dimake up tapi aku tolak karna perintilan make up ku belum memadai dan takut juga kalo nggak cocok sama muka nya dia terus jadi break out. Dan menjadi makeup artist kayaknya sama kayak fashion designer diatas, bukan menjadi prioritas, tapi lebih ke pengen belajar buat kepentingan diri sendiri aja.
So, thats my wish... Semoga bisa tercapai semua (aamiin). Pokoknya usia 24 dan seterusnya nanti bener-bener dipake buat mengejar karir. Berjuang sekuat tenaga karna yang namanya pencapaian dan kegagalan itu satu paket yang harus dihadapi. Gagal kan bukan alasan untuk berhenti, masih ada kesempatan untuk nyoba lagi. Karir aja nggak nikah? Ya nggak gitu juga... Aku nggak terlalu mengkhawatirkan urusan jodoh atau menikah, itu Tuhan udah memberi ketetapan. Yang pasti aku memantaskan diri aja untuk jodoh yang baik. Nggak mesti pas lihat temen-temen mulai pada nikah terus jadi latah pengen ikutan cepet nikah, nggak gitu. Intinya ya... setiap orang pasti akan menikah pada waktunya, waktu yang sudah ditetapkan Allah. Hehehe..
Rabu, 22 April 2015
TREND.
Sekarang ini apasih yang lagi trend?
Yang aku tau, sekarang lagi demam batu akik, botol penyedot bibir (entah apalah namanya), "alis", bleaching gigi, ganteng-ganteng srigala (eh enggak ding) dan masih banyak lah lagi pokoknya...
Kali ini aku mau bahas beberapa, khusus buat perempewong aja (ga bahas batu akik, nggak ngerti).
"Pantang pergi sebelum alis jadi" ada quote kayak gitu aku baca di instagram. Apa bener seperti itu? Aku pribadi sih enggak juga, kalo lagi buru-buru ya mana sempet mikirin alis. Sekarang banyak banget kosmetik-kosmetik buat ngegambar alis kayak; pensil alis, eyebrow powder, eyebrow pomade, dan lainlain dengan harga bervariasi. Dan banyak banget tutorial-tutorial cara gambar alis di sosial media. Aku sendiri pake pensil alis sebelum ritual "ngalis" ini booming. Alis asli aku tebel banget waktu itu, terus ditambah lagi pensil alis item. Iya, kayak Shincan. Beruntungnya itu terjadi sebelum trend ngalis sekarang ini. Kalo sekarang alisku udah dirapihin (bukan dicukur), terus cuma pake eyebrow powder aja biar keliatan natural. Eh tapi ada lho orang yang nyukur abis alisnya untuk kemudian digambar lagi, ada. Kedengerannya ribet ya. Tapi ya udahlah terserah orang itu, toh alis alis mereka. Aku nggak mau munafik, aku ngikutin fenomena trend alis ini. Tapi kalo boleh jujur aku lebih suka tatanan alis cewek-cewek Korea atau Thailand, kesannya natural dan rapi.
Eh dulu juga pernah waktu aku masih sekolah, dulu itu waktu rambut rebonding lagi jadi trendsetter. Aku mau bergunjing sedikit. Jadi aku punya temen, tapi bukan temen juga sih, intinya kenal lah ya, dia (cewek) punya rambut cantik banget. Rambutnya item, panjang, lurus, tebel, halus, lembut, pokoknya udah bagus banget. Aku aja pengen punya rambut kayak dia. Tapi karna mau ikutin trend saat itu, rambutnya yang udah lurus direbonding lagi. Katanya dia sih biar punya rambut mahal. Padahal rebonding itu kan tujuannya meluruskan rambut yang keriting. Terus, masih orang yang sama, waktu itu lagi booming Hair Extension. Dia kan rambutnya udah panjang, terus katanya mau dipotong pendek untuk kemudian di extension (disambung rambut baru). Padahal rambutnya dia jauh lebih bagus dari rambut extension yang 11 12 kayak sapu ijuk karna ekstensionnya bukan disalon professional. Lah ekstension kan tujuannya buat manjangin rambut secara instan. Dia udah punya rambut panjang padahal. Ini aku nggak habis fikir sih. Tapi ya udah kembali lagi, rambut-rambut dia duit-duit dia.
Ada lagi yang agak nyeleneh terjadi baru-baru ini. Shading dada (buat cewek). Katanya sih biar payudaranya keliatan agak besar dan berbentuk/indah. Aku liat tutorialnya di instagram. Dan aku nggak mungkin nyobain atau ngikutin, nggak mungkin banget. Itu buat cewek-cewek Barat yang kalo berpakaian keliatan cleavagenya, atau buat model untuk keperluan waktu photoshoot biar dadanya keliatan lebih indah. Lah aku berhijab segala mau shading-shading dada, nggak guna : /
Ini sih yang lebih nyeleneh, trend botol penyedot bibir. Aku nggak tau apa namanya. Itu juga dipopulerin orang-orang Barat sana. Jadi bibirnya kayak dimasukin kedalam suatu benda mirip botol gitu, terus dibiarin beberapa saat, pas udah dilepas bibirnya jadi tebel. Biar kayak bibirnya Kylie Jenner katanya. Tapi aku pribadi liatnya serem. Alat itu udah makan korban. Ada yang bibirnya robek gara-gara itu. Tertarik? Aku sih enggak...
Aku pernah dibilang berhijab karna ikutan trend. Nope, not like that. Aku berhijab kalo nggak salah waktu semester 2, karna "disentil" dosen pembimbing akademik. Itu jauh sebelum adanya hijabers-hijabers muncul kepermukaan. Lagian kok berhijab dibilang trend. Ck.
Menurut aku pribadi nih ya, sah-sah aja mau ngikutin trend atau segala macam. Aku ngikutin trend kalo emang itu menarik buat aku dan aku mampu. Kalo enggak menarik buat aku atau nggak cocok atau nggak pantes ya nggak aku ikutin. Kalaupun aku tertarik juga, tapi aku nggak mampu, ya nggak akan aku paksain. Tapi ada nih ya orang yang sampe pinjem barang/uang sama orang lain biar gaya dan kekinian. Kalo alasannya itu, lebih baik nggak usah lah ya, terlalu memaksakan diri sendiri dan orang lain. Kecuali kalo emang lagi butuh, bukan buat gegayaan ya boleh-boleh aja. Asalkan yang minjemin juga nggak merasa dipaksa.
Tapi kadang orang-orang ngikutin trend biar dapet pengakuan dilingkungan pergaulannya. Biar nggak didiskriminasi. Kalo nggak ngikutin bisa dibully. Kalo kayak gitu sih pergaulannya yang salah. Mending bergaul sama orang-orang yang bisa menularkan kebaikkan ajalah, sama orang-orang yang tulus.
Intinya menurutku, boleh-boleh aja ngikutin trend, yang pasti harus selektif dan bijak.
Ya udah sih segitu aja.
Senin, 20 April 2015
Sepenggal Cerita Hati yang Pernah Patah
Malam di bulan Oktober tahun 2009. Pertama kali aku mendengar suaranya via telepon. Dia memperkenalkan dirinya singkat. Seorang mahasiswa semester 5. Atas rekomendasi seorang teman, dia mendapatkan nomor ponselku dan menghubungiku. Malam itu, kami bercerita panjang lebar, sesekali kami bernyanyi duet, seolah sudah kenal akrab dan lama.
"Janji ya, besok pagi kita ketemu. Inget, jangan pake mandi. Biarin aja muka bantal baru tidur. Oke Yak..."
Pagi itu seusai mengantar sekolah adikku, kami bertemu dipinggir jalan disuatu tempat. Kami berkenalan secara resmi setelah sebelumnya berkenalan ditelpon.
"Belum. Serius"
"Tapi belum mandi kok cantik sih"
"Errr..."
Tidak lama setelah pertemuan pertama yang agak absurd itu, kami resmi menjalin hubungan. Entah kenapa aku begitu cepat jatuh cinta padanya. Aku merasa nyaman. Dia berhasil membuatku move on dari mantan lama yang membuatku beku bertahun-tahun. Seringkali aku diajak jalan bersama dengan teman-temannya. Jarang sekali kami jalan berdua saja.
Malam minggu itu kami berjanji akan kencan berdua saja. Dia tahu aku merasa tidak nyaman jika setiap kali jalan harus bersama teman-temannya. Malam itu dia minta ditemani futsal, setelah selesai futsal baru kita jalan. Sebetulnya aku kurang nyaman, karna aku satu-satunya perempuan yang ada disana.
Selesai futsal handphone miliknya berdering. Dia menjauh untuk mengangkat telpon, tapi tetap saja aku mendengar pembicaraannya.
"Oh ya. Dimana? Oh oke oke, aku nyusul kesana..."
Setelah menutup telpon dia kembali menghampiriku.
"Yak, kayaknya kita pending dulu ya jalan-jalannya. Kakak cape nih abis main futsal, mau istirahat. Gapapa kan yak..." katanya sembari mengacak-acak rambutku.
"Oh... iya gapapa kok kak gapapa"
Itu adalah kebodohanku yang pertama...
Keesokan harinya dia datang kerumah dengan tiba-tiba. Aku tidak menyinggung kejadian semalam, tetapi dia membicarakan sesuatu tentang penampilanku semalam.
"Yak, kalo jalan sama kaka jangan pake hak tinggilah. Terus nggak usah pake-pake bando, kesannya kekanakan. Baju juga jangan pake yang ketat, terus jangan sampe keluar rumah pake celana pendek, kakak ngga suka lihat cewek pake celana-celana pendek..."
Bla bla bla.. dia bicara panjang lebar mengkritik penampilanku semalam. Malam itu aku mengenakan hareem pants dibawah lutut (sama sekali bukan celana pendek), baju lengan panjang yang memang agak ketat dan bando pita putih. Lagi-lagi aku mengangguk mengiyakan ucapannya.
Beberapa hari kemudian. Sore itu aku mengirimkan message ke nomor ponselnya.
"Lagi dimana kak, lagi apa?"
"Lagi mau tidur nih, ngantuk banget sumpah"
"Oh, ya deh tidur aja kak. Maaf ganggu ya"
Tidak ada balasan lagi setelah itu. Sekitar 30 menit kemudian dia melintas didepan mataku bersama teman-temannya. Lantas dia membawaku berjalan-jalan sebentar.
"Tadi kakak ngantuk banget yak. Tadi itu sampe ketiduran didalam kelas, hehe, ini baru pulang ngampus..."
Aku cuma mengiyakan. Aku sama sekali tida sreg membahas hal itu. Sejak saat itu aku berjanji tidak akan memulai duluan percakapan basa-basi atau memberi kabar melalui pesan singkat. Tidak lagi, kecuali jika benar-benar penting.
Sore itu aku kencan berdua dengannya. Makan ditempat biasa yang sering kami kunjungi.
"Bentar lagi tahun baru, 3 hari lagi. Kita jalan ya yak, jangan bikin acara sama teman-teman, sama kakak aja..."
Ingat sekali dia bilang seperti itu. Tapi nyatanya malam itu bahkan dia tidak memberi kabar. Karna aku sudah berjanji tidak akan menghubungi dia terlebih dahulu, jadi aku biarkan. Malam itu hujan, fikirku dia tidak keluar kemana-mana.
Keesokan harinya dia datang membawa cerita tahun barunya, tanpa dosa...
"Semalem kakak keluar sama temen yak. Kita kesini kesini abis itu kesitu sampe..." Bla bla bla dia cerita panjang lebar. Aku cuma bisa diam dan berusaha memaafkan, untuk yang kesekian kali. Mungkin prioritas utama dalam hidupnya adalah teman-temannya. Dan aku tidak lebih penting dari mereka.
Setelah hari itu aku sempat datang kerumahnya untuk membantunya mengerjakan sesuatu. Kami masih bicara di telpon untuk beberapa malam, setelah itu dia menghilang. Tanpa ada kabar...
Berminggu bahkan berbulan-bulan tak ada kabar. Dan aku tidak akan mengingkari janji pada diriku sendiri untuk tidak menghubunginya terlebih dahulu, apalagi untuk datang kerumahnya untuk mencarinya. Tidak. Aku tidak akan melakukan hal itu. Meskipun aku harus menangis setiap hari karna merindukan dia. Tapi aku tak akan pernah mencarinya. Aku anggap hubungan ini berakhir...
Waktu berlalu. Aku memasuki dunia kampus. Berkutat dengan tugas-tugas kuliah membuatku sedikit melupakannya. Disela-sela mencari tugas kampus diinternet, aku membuka facebook. Secara tidak disengaja aku menemukan akun facebook dengan foto profil dia, tetapi nama yang berbeda. Aku add akun itu, tidak lama ia mengkonfirmasi.
"Apa kabar Dek? Kirimin nomor handphone boleh..."
Dia menginbox ku dengan pesan diatas. Aku mengiyakan permintaannya, mengirim nomor hapeku.
Itu kebodohanku yang kesekian kalinya...
Kami lumayan sering mengobrol via sms. Seringkali dia memberi perhatian dan memakai panggilan "sayang" yang membuat senang bukan main. Dia mengajak aku jalan. Aku ingat, dia mengajakku jalan pada hari Sabtu. Aku cukup happy dan langsung menerima ajakannya. Saat itu aku memang merindukannya, dan berharap dia menjelaskan sesuatu tentang hubungan kita.
Tapi lagi-lagi dia ingkar janji. Tak ada kabar, tak ada alasan. Hari itu kami tidak jadi jalan.
Hingga beberapa hari kemudian dia datang kerumah, aku senang bukan kepalang. Ingin rasanya menghambur kepelukannya melepas rasa rindu yang bergejolak selama ini. Tapi aku tidak akan melakukan itu, mengingat status kita yang tidak jelas.
Hari itu kami jalan kerumah salah satu temannya (perempuan). Aku sudah mengenal perempuan itu sebelumnya, teman kuliah dia. Hari itu aku menyesal bertemu dengannya. Dia bahkan merayu temannya sendiri tepat dihadapanku.
"Sudahlah sob, putusin aja dia. Bukan jodohmu tuh. Lupain dia, buka pintu hati untuk yang lain. Lagian siapa tau kalo jodoh kamu itu ternyata teman kamu sendiri, ya nggak..."
What the hell... apa-apaan ini. Kenapa aku bisa masuk dalam obrolan mereka. Aku menyesal kenapa mau aja diajakin kesini.
Sejak hari itu aku berniat benar-benar melupakan dia. Aku jadian dengan pria yang satu kampus denganku.
Tapi lagi-lagi dia muncul.
"Kakak kangen banget sama kamu yak, ayolaaah kita jalan. Pliissss..."
"Maaf kak, tapi aku nggak bisa. Aku ngga mau bikin pacarku salah paham"
"Pliss yak plisss kita cuma jalan, ngga ngapa-ngapain. Ya pliss ya, sekali aja. Kakak pengen ketemu Iyak"
"Maaf aku nggak bisa kak..."
Aku memutuskan percakapan via telpon tersebut. Entah kenapa dia seakan tidak rela saat aku dekat dengan pria lain. Tidak sampai seminggu hubunganku dengan pacar baruku kandas. Dia mengetahui berita tersebut, mungkin dari status hubungan difacebookku yang semula "In relationship with..." menjadi "Lajang".
Setelah beberapa lama akhirnya dia muncul lagi. Dan kebodohanku kembali terulang. Aku menerima ajakannya untuk jalan. Mulanya aku merasa senang. Aku bisa kembali duduk diboncengan sepeda motornya seperti dulu. Aku bisa merasakan aroma parfumnya yang khas dari dekat. Pada hari itu kami menonton film Men In Black di twentyone. Setelah itu kita duduk-duduk di coffe shop. Dia bercerita tentang pacarnya yang membuat aku sedikit shock.
"Ciee yang baru abis putus, belum bisa move on dari kakak tuh. Oh, kakak sekarang lagi berantem sama cewek kakak. Dia tu kekanakan yak, udah gitu cemburuan, kakak males kayak gitu. Udah kakak cuekin aja, dia telpon-telponin kakak terus nih tapi nggak kakak angkat..."
"Kakak nyuekin pacar kakak terus jalan sama aku?"
"Iya abis kakak bosen. Lagian kenapa emangnya, kakak kan nggak selingkuh. Kakak kan jalan sama adek kakak sendiri, kita kan kakak adeeek, ya kan yak..."
"Oh... iya kak"
Aku tersenyum getir. Hatiku benar-benar hancur. Masuk ke "kakak-adek-zone" yang sama sekali tidak aku inginkan. Dia sama sekali tidak tau seberapa besar perasaan yang aku miliki untuknya. Berharap bisa mendapatkan kembali kejelasan hubungan kami yang selama ini menggantung, tapi kenyataan pahit seperti ini yang aku terima. Cinta dan bodoh itu beda tipis.
Kakak-adek... Well... Tapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa.
Kali ini aku berniat benar-benar ingin menghapusnya dari hidupku. Aku ganti nomor ponselku dengan yang baru. Sebisa mungkin aku habiskan waktu bermain dengan teman-teman kampusku. Aku harus bisa melupakan dia yang seenaknya datang dan pergi di hidupku begitu saja.
Tapi lagi lagi dan lagi dia mengirim pesan melalui inbox facebook.
"Dek, kirim pin bbm nya ya, plisss..."
Dan aku mengikuti pintanya seperti biasa, aku kirim pin blackberry messengerku. Kami kembali menjalin komunikasi via bbm. Dia masih memanggilku dengan kata "sayang" yang mulanya membuat hatiku sedikit luluh, tapi kembali hancur berkeping-keping karna curhatannya. Harusnya aku tahu diri, aku cuma "adik" baginya, tempat dia membuang segala uneg-uneg dikepalanya.
"Iya itu foto cewek kakak yang sekarang. Cantik kan, Dek?"
Aku melihat foto seorang wanita dengan tubuh proporsional, cantik, putih, berambut panjang, dan... mengenakan hotpants plus higheels. Bukankah dia pernah melarangku mengenakan heels dan juga hotpants. Tapi kok sekarang... ah sudahlah. Aku menepis ingatanku tentang masa lalu itu.
Yang jelas wanita itu jauh lebih cantik dari aku. Aku cuma bisa mendoakan dia...
"Semoga langgeng ya... jangan sampe disakitin ya Kak. Sayang soalnya cantik banget.."
Air mataku mengalir ketika menuliskan message itu.
Hingga beberapa waktu kemudian dia curhat lagi. Dia putus dengan wanita itu. Fikirku dialah yang menyakiti wanita itu. Tapi dia menjelaskan sesuatu padaku (melalui bbm).
"Cantik sih cantik, Dek. Tapi materialistis. Kakak udah habis-habisan ngasih apa yang dia mau. Uang gaji kakak nyaris ke dia semua. Hehehe... Udah gitu kakak ditinggalin. Dia udah punya pacar baru. Kasian kakak ya..."
"Sabar ya Kak... Bukan jodoh. Orang baik pasti jodohnya orang baik juga..."
"Hehe amin Dek. Tapi sekarang udah ada yang gantiin kok. Ada adik tingkat kakak dulu waktu dikampus..."
Secepat itu dia mengganti perempuan demi perempuan dihatinya. Sementara aku masih terjebak pada perasaan yang sama.
Waktu berlalu, kita mulai jarang berkomunikasi. Ini adalah kesempatanku untuk "move on". Aku mendelete kontak bbm nya. Berusaha untuk tidak membuka facebook, agar tidak melihat statusnya yang membuat hatiku terbakar. Sedikit demi sedikit aku mulai lupa. Hingga aku jadian dengan pacarku yang sekarang.
Iya, aku sudah mulai lupa. Pria yang ada disampingku saat ini benar-benar memulihkan luka parah yang ada dihatiku. Mengumpulkan puing-puing hati yang hancur lebur untuk kemudian disatukan kembali. Sakit dan airmata menjadi bahagia sejak kehadiran pria itu.
Lama tak membuka facebook, iseng aku buka, mengganti foto profilku dengan fotoku berdua dengan pacarku yang sekarang (foto waktu aku dan pacarku wisuda).
"Itu siapa Dek, cowok baru? Atau cuma temen kuliah..."
Dan... dia muncul lagi di inbox facebook.
"Bukan cowok baru kak, udah lama, udah 2 tahun..."
"Serius? Ah bohong adek nih. Emang bisa move on dari kakak... Hahaha..."
"Alhamdulillah bisa :)"
Buru-buru aku log out dari facebook. Membaca pesannya membuat kepalaku pusing. Aku sudah tidak mau tau apa-apa lagi tentangnya.
Selang beberapa bulan aku buka facebook lagi, iseng karna insomnia. Ada pesan dari dia (lagi) dan lumayan panjang...
"Dek, tolonglah kasih pin/nomor atau apalah yang bisa dihubungi. Kakak butuh adek. Bukan sebagai "adek" lagi, tapi sebagai pacar atau pendamping. Cewek-cewek lain ngga ada yang cocok, nggak sebaik adek. Sekarang, kalau bisa dibilang mapan kakak udah mapan, dek. Kakak minta tolong, kembalilah. Kakak serius, betul-betul serius. Tolong kasih kakak nomor yang bisa dihubungi, atau kasih tau alamat adek yang sekarang. Biar kakak cari..."
Kali ini hatiku tidak luluh sama sekali. Aku sudah mengubur cinta untuknya dalam-dalam bersama dengan rasa sakitku. Kali ini aku akan tegas.
"Maaf Kak. Tapi kali ini aku sudah menemukan apa yang aku cari. Aku sayang dengan pria yang ada disampingku saat ini. Tidak ada alasan dan tidak ada seujung kuku pun niat untuk meninggalkannya. Aku tidak akan menyakitinya apalagi menyia-nyiakannya. Aku tidak benci kakak, hanya saja aku tidak akan memberi kesempatan orang yang sudah menyakiti masuk kembali kedalam hidup aku, dan memberi cerita lagi, tidak akan kuizinkan. Sekarang ini, sepertinya menjadi tidak saling mengenal adalah yang terbaik. Kita saling memaafkan ajalah, untuk seterusnya kita jalan masing-masing. Maaf ya kak :)"
Kira-kira kurang lebih seperti itulah balasan dariku (tentunya dengan menggunakan bahasa daerahku ya). Itu terakhir kali kita berkomunikasi. Aku hapus semua pesan-pesannya dan me remove akun facebooknya dari daftar petemananku.
Aku sangat berterima kasih pada Tuhan atas segala pelajaran yang Dia berikan. Aku tahu persis bagaimana rasanya sakit dan patah hati, sehingga aku tidak tega berbuat hal yang sama pada orang lain. Sekarang aku sudah melupakannya, aku tidak ingat wajahnya lagi, hanya yang kuingat sepenggal cerita kami yang akan kujadikan pelajaran berharga untuk kedepannya.
Langganan:
Postingan (Atom)