Senin, 23 April 2018

Menikmati Kamar 19

Kamar 19 terinspirasi dari drama Korea berjudul Because This Is My First Life, yes i'm a korean drama lover, tapi didalam blog ini adalah kamar 19 versi saya. Kamar 19, yaitu ruangan pribadi yang penuh privasi yang hanya dimiliki oleh para lajang karena yang telah menikah pasti akan berbagi ruang dan tentu saja berbagi privasi dengan pasangan. Dan disini saya akan bercerita tentang kamar 19 dari sisi saya sebagai seorang introvert.

Semuanya berawal dari pertanyaan basa basi dari orang-orang yang sebetulnya tidak cukup dekat.

Kapan nyusul? Kapan nikah? Kapan kawin?

Pertanyaan sejenis itu yang tidak tau sejak saya berusia berapa mulai ditanyakan oleh orang-orang. Pada mulanya memang pertanyaan itu terdengar sangat menyebalkan. Saya yakin bukan hanya saya yang merasakan hal serupa. Tapi semakin kesini, karena saya sudah sering mendengarkan mungkin sudah ratusan bahkan ribuan kali entahlah, jadinya saya terbiasa dan saya bisa menanggapinya dengan santai. Sekarang sudah 2018, basa basi seperti itu harusnya sudah lenyap, karena yang namanya jodoh, maut, dan rezeki itu sudah diatur oleh Tuhan bahkan semenjak manusia belum terlahir ke dunia. Jadi stop bertanya ke manusia sementara yang tau jawabannya hanya Allah semata :')

Tapi dibalik orang-orang dengan pertanyaan yang menyebalkan seperti diatas, masih banyak lagi orang-orang yang lebih open minded. Tidak jarang saya menerima nasihat dari orang yang sudah menikah yang sebetulnya hanya saya kenal dari dunia maya. Menurut saya tidak masalah saya berteman mau di dunia maya ataupun nyata selama dia baik dan menularkan kebaikan, its fine.

Beberapa nasihat yang saya terima antara lain, jangan menikah hanya karena teman-teman seusia sudah pada menikah. Jangan menikah hanya karena dikejar usia. Jangan menikah karena disuruh orang tua. Jangan menikah karena bosan sendirian. Jangan menikah hanya karena bosan dengar pertanyaan dan kata orang. Jangan menikah hanya karena ingin posting wedding party di media sosial (duh, gila sih ya kalau ada orang menikah dengan alasan ini). Dan masih banyak lagi. Intinya menikahlah kalau benar-benar sudah siap, siap untuk berkomitmen seumur hidup dengan pasangan, siap secara lahir batin jasmani rohani mental spiritual dan finansial. Saya percaya setiap orang punya waktunya masing-masing, begitupun saya. Rencana Tuhan sudah pasti yang terbaik.

Saya, wanita yang akan memasuki usia 27 dan masih lajang, itu bukanlah perkara yang mudah untuk dijalani, seriously. Terutama ketika mendengar komentar-komentar negatif dan cibiran dari orang-orang. Tapi yasudahlah, toh prinsip hidup saya tidak akan mendengar komentar orang lain yang sama sekali tidak tau bagaimana rasanya berdiri diatas sepatu kita,dan tidak menyaksikan kita selama 24/7. Toh mereka tidak tau apa yang sedang saya perjuangkan dan apa yang saya rencanakan. Just let it flow, i have so many reason to be happy... 

Saat ini saya hanya ingin menikmati waktu yang saya punya. Menikmati kamar 19 yang saya miliki. Melakukan apa yang saya mau. Karena saya pernah baca "Jangan sampai ketika sudah menikah nanti kita merindukan saat-saat bebas ketika lajang". 

Kamar 19, sudut favorit bagi saya untuk melakukan apapun yang saya mau. Didalamnya saya berkreatifitas, didalamnya saya membuat karya, didalamnya saya tertawa, didalamnya saya menangis, didalamnya saya marah, didalamnya saya berdoa, dan banyak hal yang saya lakukan didalam kamar 19 yang saya miliki. Ruang privasi yang harus saya nikmati semaksimal mungkin sebelum kelak saya akan sharing atau berbagi ruangan itu dengan pria yang saya cintai. 

Beberapa hari lagi saya akan akan memasuki usia 27, yang menurut ibu ibu diluar sana diusia tersebut harusnya saya sudah memiliki anak. Tapi saya berusaha meluaskan hati agar ikhlas. Semua ada waktunya. Yang terpenting bagi saya, saya harus menikmati waktu lajang saya semaksimal mungkin, melakukan hal hal yang membuat saya bahagia. Begitupun kamu diluar sana yang merasa seperti saya, nikmati waktu bebasmu, nikmati kamar 19 mu. Berbahagialah!


Kamis, 01 Februari 2018

Sekilas 2017

19 Januari 2017
Bersabarlah... Tetaplah menjadi tulus dan baik, meskipun pahit.

28 Januari 2017
Aku sekarat.

07 Februari 2017
Aku tidak tidur sama sekali malam ini. Aku ingin marah. Tapi kepada siapakah?

28 Maret 2017
Hari-hari yang sungguh berat...

26 Juli 2017
Bagaimana cara agar aku dapat melewati hari-hari yang berat ini agar terasa ringan. Aku ingin menyerah...

27 September 2017
Underpressure... Semakin hari aku justru semakin lemah, bukan semakin kuat. 2017, ku mohon segeralah berlalu...

27 Oktober 2017
Im crying inside.

30 Oktober 2017
Aku tidak siap kembali kesana. Aku tidak siap dengan segala kekacauan dan kecurangan :(

21 November 2017
Ingatlah rasanya, dimana hari-hari yang dilalui disini terasa hambar tanpa gairah. Dihantui kejenuhan dan kehidupan yang monoton. Waktu berjalan dengan lamban malah seakan terhenti.

29 November 2017
Ingatlah rasa sakit ini.

Itu adalah sebagian yang aku curahkan kedalam diary sepanjang 2017. Diawal tahun aku sudah merasa sekarat. Bukan sekarat seperti ingin mati, melainkan tidak berdaya menghadapi keadaan. Kemudian disusul bulan-bulan selanjutnya dengan berbagai cobaan. 2017 aku banyak menangis, meskipun tidak pernah aku tampakkan pada orang lain. Tapi ya begitulah konsekuensinya menjadi orang dewasa, harus profesional. Aku tetap bisa tertawa meskipun hati rasanya tidak karuan. Pastinya bukan cuma aku saja yang demikian. Delapan puluh persen waktuku tersita untuk hal yang tidak aku sukai. Berkali kali aku berkata dalam hati bahwa aku tidak bahagia menjalaninya dan berdoa agar 2017 cepat berlalu, alhamdulillah segala badai ditahun itu sudah terlewati. Alhamdulillah...

Tapi aku bersyukur atas beberapa hal yang aku alami pada 2017. Aku mendapat pengalaman baru. Dan aku bersyukur ditengah carut marut cobaan yang aku alami, urusan percintaanku berjalan dengan lancar. Kalau tidak aku tidak tau lagi akan semenyedihkan apa 2017 ku.




Kamis, 02 November 2017

UNSPOKEN WORDS

Menyerah tak selamanya mudah, menyerah juga butuh keberanian...

Bukan, saya bukan lagi ngomongin cinta, saya lagi ngomongin profesi.

Sudah lama saya ingin menyerah. Ketika keberanian muncul dan waktu yang tepat untuk menyerah itu didepan mata, tiba tiba Tuhan seolah berkata "Jangan dulu, rejekimu masih disitu."

Selamat bertahan untuk 2 bulan kedepan
Tuhan pasti punya kejutan
:')

Senin, 14 Maret 2016

Nasihat Seseorang

Seseorang pernah berkata padaku, "Jangan pernah merasa bersalah dan meminta maaf atas sesuatu yang tidak atau kamu lakukan, yang sama sekali tidak merugikan orang lain. Yang tulus menyayangi kamu akan tetap tinggal disisimu dalam keadaan apapun, menerima segala kekuranganmu dan membantu memperbaiki kesalahanmu. Siapapun itu, baik keluarga, teman, ataupun pasangan. Itu adalah kekurangan, bukan kesalahan. Berhentilah merasa bersalah..."

Kurang lebih seperti itu. Tetapi, hingga detik ini terkadang perasaan bersalah itu muncul manakala aku tidak mampu bersikap layaknya orang-orang yang aku sebut 'normal'. Iya, aku melabeli diriku sendiri dengan sebutan 'aneh', karena aku tidak bisa bersikap seperti kebanyakan.

Selama ini aku kerap memaksakan diri agar bisa menjadi yang diekspektasikan orang lain. Aku tau itu melelahkan dan menguras tenaga. 

Saat ini aku berusaha berdamai dengan diriku sendiri. Melakukan apa yang hatiku katakan, karna kata hati selalu jujur. Menerima apa yang telah Tuhan beri padaku.

Minggu, 10 Januari 2016

Hanya Itu Saja

Dulu, seorang lelaki pernah berkata kepadaku ketika aku menangis. Dia berkata seperti ini "Jangan menangis lagi, kamu jelek sekali kalau menangis". Dia berkata seperti itu sambil memberikanku setangkai mawar merah muda dan menggengam erat tanganku.

Setelah itu, seorang lelaki lainnya pernah berkata kepadaku "Menangis saja jika kamu ingin, lepaskan semuanya. Menangis memang tidak menyelesaikan masalahmu, tapi setidaknya bebanmu sedikit berkurang". Lelaki ini berbicara diseberang telepon.

Dan
Saat ini aku tidak sedang bersama salah satu dari kedua lelaki tersebut. Meskipun begitu aku berterima kasih kepada mereka yang pernah peduli.

Terimakasih banyak.

Saat ini aku hanya sedang mencari sosok pria yang ada ketika aku menangis, pria yang bersedia menangis bersamaku, kemudian kami akan tertawa bersama setelah menangis.

Hanya itu saja...