Kamar 19 terinspirasi dari drama Korea berjudul Because This Is My First Life, yes i'm a korean drama lover, tapi didalam blog ini adalah kamar 19 versi saya. Kamar 19, yaitu ruangan pribadi yang penuh privasi yang hanya dimiliki oleh para lajang karena yang telah menikah pasti akan berbagi ruang dan tentu saja berbagi privasi dengan pasangan. Dan disini saya akan bercerita tentang kamar 19 dari sisi saya sebagai seorang introvert.
Semuanya berawal dari pertanyaan basa basi dari orang-orang yang sebetulnya tidak cukup dekat.
Kapan nyusul? Kapan nikah? Kapan kawin?
Pertanyaan sejenis itu yang tidak tau sejak saya berusia berapa mulai ditanyakan oleh orang-orang. Pada mulanya memang pertanyaan itu terdengar sangat menyebalkan. Saya yakin bukan hanya saya yang merasakan hal serupa. Tapi semakin kesini, karena saya sudah sering mendengarkan mungkin sudah ratusan bahkan ribuan kali entahlah, jadinya saya terbiasa dan saya bisa menanggapinya dengan santai. Sekarang sudah 2018, basa basi seperti itu harusnya sudah lenyap, karena yang namanya jodoh, maut, dan rezeki itu sudah diatur oleh Tuhan bahkan semenjak manusia belum terlahir ke dunia. Jadi stop bertanya ke manusia sementara yang tau jawabannya hanya Allah semata :')
Tapi dibalik orang-orang dengan pertanyaan yang menyebalkan seperti diatas, masih banyak lagi orang-orang yang lebih open minded. Tidak jarang saya menerima nasihat dari orang yang sudah menikah yang sebetulnya hanya saya kenal dari dunia maya. Menurut saya tidak masalah saya berteman mau di dunia maya ataupun nyata selama dia baik dan menularkan kebaikan, its fine.
Beberapa nasihat yang saya terima antara lain, jangan menikah hanya karena teman-teman seusia sudah pada menikah. Jangan menikah hanya karena dikejar usia. Jangan menikah karena disuruh orang tua. Jangan menikah karena bosan sendirian. Jangan menikah hanya karena bosan dengar pertanyaan dan kata orang. Jangan menikah hanya karena ingin posting wedding party di media sosial (duh, gila sih ya kalau ada orang menikah dengan alasan ini). Dan masih banyak lagi. Intinya menikahlah kalau benar-benar sudah siap, siap untuk berkomitmen seumur hidup dengan pasangan, siap secara lahir batin jasmani rohani mental spiritual dan finansial. Saya percaya setiap orang punya waktunya masing-masing, begitupun saya. Rencana Tuhan sudah pasti yang terbaik.
Saya, wanita yang akan memasuki usia 27 dan masih lajang, itu bukanlah perkara yang mudah untuk dijalani, seriously. Terutama ketika mendengar komentar-komentar negatif dan cibiran dari orang-orang. Tapi yasudahlah, toh prinsip hidup saya tidak akan mendengar komentar orang lain yang sama sekali tidak tau bagaimana rasanya berdiri diatas sepatu kita,dan tidak menyaksikan kita selama 24/7. Toh mereka tidak tau apa yang sedang saya perjuangkan dan apa yang saya rencanakan. Just let it flow, i have so many reason to be happy...
Saat ini saya hanya ingin menikmati waktu yang saya punya. Menikmati kamar 19 yang saya miliki. Melakukan apa yang saya mau. Karena saya pernah baca "Jangan sampai ketika sudah menikah nanti kita merindukan saat-saat bebas ketika lajang".
Kamar 19, sudut favorit bagi saya untuk melakukan apapun yang saya mau. Didalamnya saya berkreatifitas, didalamnya saya membuat karya, didalamnya saya tertawa, didalamnya saya menangis, didalamnya saya marah, didalamnya saya berdoa, dan banyak hal yang saya lakukan didalam kamar 19 yang saya miliki. Ruang privasi yang harus saya nikmati semaksimal mungkin sebelum kelak saya akan sharing atau berbagi ruangan itu dengan pria yang saya cintai.
Beberapa hari lagi saya akan akan memasuki usia 27, yang menurut ibu ibu diluar sana diusia tersebut harusnya saya sudah memiliki anak. Tapi saya berusaha meluaskan hati agar ikhlas. Semua ada waktunya. Yang terpenting bagi saya, saya harus menikmati waktu lajang saya semaksimal mungkin, melakukan hal hal yang membuat saya bahagia. Begitupun kamu diluar sana yang merasa seperti saya, nikmati waktu bebasmu, nikmati kamar 19 mu. Berbahagialah!