Senin, 13 April 2015

REVIEW: Wardah Long Lasting Lipstik (02, 05, 12)

Lagi pengen banget posting something tapi lagi minim inspirasi. Ya udah aku review lipenstik aja...

Siapa sih yang ngga kenal brand kosmetik Wardah, pasti udah tau semua ya. Wardah itu pelopor kosmetik halal di Indonesia. Halal udah pasti bahan-bahan yang terkandung didalamnya safe untuk digunakan. Aku termasuk salah satu wanita yang ngefavoritin banget beberapa kosmetik Wardah. Salah satu andalanku adalah lipstiknya. Dari mulai seri matte lipstik, exclusive, hydrogloss, dan long lasting lipstiknya udah aku cobain. Favorit aku itu seri long lasting lipstiknya. 

Long lasting ini warnanya cakep-cakep banget sih menurut aku. Matte finish, matte nya bener-bener deadmatte tapi nggak kering kalo di bibir aku. Beda sama yang seri matte yang malah satin finish bukan matte. Harganya murah bok, sekitar 40k aja. Aku pernah cobain lip cream yang lagi booming itu tuh yang harganya 2 sampai 3 kali lipat dari Wardah ini, tapi hasilnya bikin nyesek. Bagusnya cuma 10 menit, abis itu bibir aku kering kerontang terkelupas-kelupas kayak orang kena panas dalam akut. Long lasting ini warnanya juga lumayan pigmented, walaupun memang harus beberapa kali ulas. Kalau soal ketahanan sih relatif ya, kalo dibawa makan minum warnanya jadi agak pudar. So far kalau buat aku dengan harga segitu kualitasnya lumayan oke, worth to buy lah. Nah, sekarang aku mau review 3 dari 12 warna long lasting lipstiknya Wardah.


Wardah Long Lasting Lipstik Nomor 2 (Pink Sorbet)
Namanya Pink Sorbet tapi sebenernya warnanya lebih ke nude dan menurut aku nggak ada pink-pink nya sama sekali. Menurut aku sih warna ini cocok untuk perempuan berkulit putih. Kulit aku rada gelap jadi kurang cocok aja kayaknya. Bikin wajahku jadi pucet kayak orang anemia.

Me using pink sorbet (agak pucet).

Wardah Long Lasting Lipstik Nomor 5 (Fuchsia Fever)
Nah kalo yang ini baru sesuai sama namanya. Warna nya emang warna pink fuchsia. Aku lumayan sering pake ini kalo lagi kencan sama babang atau hang out bareng temen.

Me using fuchsia fever.

Wardah Long Lasting Lipstik Nomor 12 (Lustrous Red)
Kalo menurut aku lustrous red ini warnanya oke banget buat semua warna kulit. Dark red ya bukan warna merah-merah cabe. Mungkin ada yang kurang PD atau ngga berani pake warna-warna merah gini, tapi girls... life is too short to wear boring lipstick. Pakenya juga jangan sembarang pake, mix and match sama warna pakaian dan juga jilbab (bagi yang hijaban). Jangan pake lipstik ini terus bajunya warna ijo gonjreng atau warna-warna dan motif ekstrim lainnya. Jangan. Aku jarang sih pake lipstik ini, paling kalo mau kondangan atau sekali-kali buat kencan.

Using Lustrous Red.

Naaah... begitulah kira-kira. Pokoknya aku cinta banget sama long lasting ini. Matte nya beneran juara (kalo dibibir aku). Aku juga kurang suka lipstik yang agak-agak glossy, rasanya tebel aja kayak abis makan gorengan plus minyak gorengnya. Tapi kalo pake long lastingnya wardah ini rasanya biasa aja berasa ngga pake apa-apa. Pokoknya aku harus punya ke12 varian warna wardah long lasting ini!

Jumat, 10 April 2015

Dear My Future Husband

Teruntuk lelaki yang masih menjadi misteri, yang suatu hari nanti akan menjadi imam untukku dan menjadi Ayah bagi anak-anakku...

Aku tidak secantik Luna Maya, tapi insyaallah aku tidak akan membuatmu malu ketika kamu ajak pergi ke pesta. Kamu tidak perlu menyediakan budget khusus untuk mempercantik diriku kesalon. Aku tidak cantik, tapi aku cukup piawai mendandani diriku sendiri.

Aku tidak sepintar dan secerdas Dian Sastro, tapi insyaallah aku bisa mendidik anak-anak kita kelak dengan baik. Aku menyukai anak kecil. Aku membekali diri dengan ilmu parenting sejak aku memiliki keponakan, pun turut serta mengasuhnya. Insyaallah aku akan menjadi ibu yang baik. Dan aku akan terus belajar.

Aku tidak pandai memasak seperti Farah Quinn. Tapi tidak pandai bukan berarti tidak bisa bukan? Bisa, tapi aku harus mengkaji seleramu suatu hari nanti jika kita telah berada dalam satu rumah. Kamu tidak perlu memuji masakanku, cukup dihabiskan.

Aku tidak sesholehah Umi Pipik. Tapi aku berhijab meski belum sempurna. Aku shalat, meskipun kadang masih ada yang tertinggal. Aku bisa membaca Al-Quran, meskipun tidak tartil dan merdu. Aku masih terus memantaskan diri untuk imam yang baik. Bimbinglah aku agar bisa menjadi perhiasan terindah untukmu.

Suaraku tidak sebagus dan semerdu Raisa (bahkan bernyanyi pun tidak bisa), tetapi aku bisa melantunkan shalawat untuk meninabobokan anak kita. Atau kamu saja yang menggantikannya :')

Dear my future husband... 
Aku hanyalah seorang wanita akhir zaman dengan segudang kekurangan, namun aku akan terus belajar, aku akan terus berbenah diri. Dan aku ingin kamu menyempurnakan :") 

Kamis, 09 April 2015

Saya pendiam, salah?

Ria kecil (waktu belum sekolah) itu rambutnya tidak pernah panjang (cepak), periang, lincah, main disemak-semak, suka mandi hujan, kalau main tidak pernah pakai baju dan sandal. Seringkali telapak kaki saya tertusuk pecahan kaca. Pernah juga manjat pagar tetangga kemudian jatuh, hingga celana yang saya kenakan robek dan berubah wujud menjadi rok. Tomboy, tapi kalau sudah ketemu alat 'make up' langsung memoles-moles wajah sedemikian menornya, mengganti pakaian menjadi dres, lalu memaksa menguncir rambut yang sebenarnya tidak bisa dikuncir.

Semasa sekolah (SD sampai SMP) saya masih cukup periang, dan banyak teman. Waktu SMA karakter saya mulai sedikit berubah. Agak pendiam, pemalu, dan suka sekali menyendiri. Tidak tahu persis kenapa, yang pasti saya suka sekali menyendiri, ada perasaan nyaman. Saya suka berbelanja ke mall sendirian. Membaca buku dipojokan toko buku sendirian. Mengerjakan sesuatu dikamar sendirian. Tetapi sejauh ini yang saya belum pernah lakukan sendirian adalah menonton bioskop.

Saya tidak banyak bicara pun tidak pandai bergaul. Saya punya beberapa sahabat yang memang itu-itu saja. Karna memang saya sudah nyaman dengan mereka, dan mereka sudah mengenal watak saya.

Iseng-iseng saya ikutan tes kepribadian yang ada di internet. Ternyata saya seorang introvert. Kebanyakan orang pasti berfikir, apa enaknya jadi introvert. Hidupnya seperti memiliki beban masalah, penyendiri, dan pendiam. Lebih baik jadi ekstrovert, supel, pandai bergaul, ceria, dll. Kalau menurut saya, baik itu introvert ataupun ekstrovert punya nilai plus dan minus masing-masing.

Saya juga pernah berfikir ingin menjadi seperti ekstrovert, tapi saya tidak nyaman. Seperti memakai topeng dan tidak menjadi diri sendiri. Saya sadar menjadi introvert bukanlah sebuah kesalahan. Bahkan tokoh dunia seperti Albert Einstein, Bill Gates, dan JK Rowling saja introvert. Jadi kenapa saya harus merasa bersalah dan rendah hati.

Pernah suatu hari dilingkungan kampus, saya sedang duduk sendirian memperhatikan tingkah segerombolan junior yang menarik perhatian saya. Sekitar 4 meter dibelakang saya ternyata ada beberapa cewek yang menyebut nama saya:
Cewek 1 : Oh ria yang itu anak 2010 kan
Cewek 2 : Iya, dia itu semacam mental disorder kali ya.
Cewek 3 : Iya benar, nggak pernah ngomong. Bisu kali ya haha.
Cewek 2 : Kayak punya dunia sendiri
Bla...bla...blaa...
Saya sadar dan mendengar dengan jelas, rasanya pengen nyamperin mereka sambil tepuk tangan dan bilang "Wah... kayaknya elo elo kenal banget ya sama gue yang bahkan gue nggak tau dan ngga pernah mau tau siapa elo, hebat!"
Tapi itu cuma terlintas dikepala, kejadian yang sebenarnya saya cuma bisa tersenyum geli. Alhamdulillah, transfer dosa. Lumayan dosa saya berkurang.

Atau pada kesempatan yang lain. Saya sering mendengar kalimat "Ngomong donk ia, jangan diam aja...". Itu kejadian kalau lagi berkumpul ramai-ramai dengan orang-orang yang tidak terlalu dekat. Saya cuma bisa senyum, bagaimana saya bisa bicara kalau yang lainnya tidak berhenti bicara, lantas siapa yang mendengar.

Pernah juga mendengar yang seperti ini "Ah ria sombong, ketemu di situ kemarin ngga nyapa, dia cuek aja". Klarifikasi dari saya, "Ya kenapa enggak situ aja yang nyapa duluan, kan situ liat saya, saya nggak liat situ. Ribet." Tapi itu ungkapan saya dari dalam hati. Kenapa saya jadi disalahkan karena tidak menyapa orang. Padahal saya tidak "ngeh" dengan keberadaannya. Sementara dia melihat saya dan tidak menyapa saya. 

Dan masih banyak lagi kejadian-kejadian yang menyudutkan saya hanya karna saya diam. Saya bingung, apakah diam adalah perbuatan kriminal? Tidak kan...
Saya lumayan selektif memilih kata apa yang mau saya lontarkan, pun siapa lawan bicara saya. Kalau cuma dengan orang-orang yang tidak terlalu dekat, saya cuma bisa senyum. Saya tidak pandai basa-basi. Kalau orang bertanya ya saya jawab. Biasanya memang tidak ada umpan balik. Karena saya akan bertanya yang menurut saya penting untuk ditanyakan.

Lagipula mengapa saya harus hidup sesuai dengan ekspektasi orang lain, apalagi orang yang tidak terlalu saya kenal. Mereka menginginkan saya ramah kepada mereka. Lah, mereka siapa?

Saya suka menyendiri, tidak berarti saya menyepi saja tidak pernah melihat dunia luar. Bukan seperti itu. Saya suka nonton konser kok. Saya juga wellcome dengan siapapun yang ingin berteman. Saya tidak pilih-pilih teman. Lagipula saya banyak menyimpan rahasia orang (bukan sahabat). Mereka merasa nyaman curhat kepada saya.

Lantas apa bahagianya menjadi pribadi introvert? Saya bahagia kok. Saya happy dengan hidup saya sekarang. Dengan hal-hal kecil saja saya bisa happy. Seperti melihat anak bayi, saya happy. Dibawain eskrim & coklat sama pasangan, saya happy. Beli lipstik baru, saya happy. Dan lain-lain. Memang kebahagiaan tidak saya ungkapkan seperti kebanyakan orang dengan tertawa, nyanyi-nyanyi, dan terlihat sangat berapi-api bersemangat dan excited. Saya bahagia ekspresi saya tetap sama saja seperti biasa, hanya saja hati saya yang berbunga. Sedih juga seperti itu. Kalau kebanyakan orang mengungkapkan kesedihan dengan bercerita (curhat) dengan orang lain sembari menangis, saya tidak demikian. Mungkin saya tidak akan bercerita kepada siapa-siapa kecuali Tuhan.

Jangan terburu-buru menghakimi. Saya tidak minta dimaklumi kok, hanya saja jangan "ganggu" saya, karna saya tidak mengganggu orang.

Mungkin bukan hanya saya yang mengalami hal yang serupa. Untuk orang-orang introvert lainnya, mari kita berpegangan tangan. Selama kita tidak berbuat salah dan tidak merugikan orang lain, ya santai saja. Lakukan apa yang membuat kita happy dan nyaman. Life must go on. Abaikan suara-suara yang mengusik hidup kita. Kita berhak bahagia dengan cara kita sendiri :) 

Selasa, 07 April 2015

Hey Kamu!

Hey kamu...! 
Sedikit flashback. Dulu aku pernah susah payah “move on” bertahun-tahun dengan sesosok pria. Sosok yang aku rasa begitu sempurna. Yang sangat aku sesali kepergiannya. 31 maret, tanggal yang aku anggap begitu bersejarah. Aku merayakannya seorang diri dengan khidmat disertai untaian do’a dan air mata. Itu terjadi selama beberapa tahun. Hingga aku benar-benar lupa dia dan lupa rasanya bahagia. Kemudian aku menangisi punggung-punggung yang beranjak pergi menjauhiku yang dingin dan beku. Menjalin hubungan-hubungan yang bahkan tanpa rasa. Karena aku pikir mereka takkan lama masanya. Hingga kemudian kamu datang, dan kehadiranmu sempat aku remehkan…

Hey kamu...! 
Time flies fast. Kita bisa apa kalau Tuhan berkehendak. Dia Maha Membolak balikkan hati manusia. Sosokmu yang pada awalnya aku fikir sama saja dengan sebelumnya, kini namamu tak pernah luput kusebut dalam doa. Aku tak pernah menyesali apa yang telah terjadi kepadaku sebelumnya. Aku belajar dan aku bersyukur. Aku pernah dengan besar kepala meninggalkan kamu. Namun saat itu aku seperti kehilangan separuh jiwa. Aku berjanji takkan melakukan hal bodoh itu lagi. Kamu berharga…

Hey kamu...! 
Kamu yang saat ini mendampingiku, jadikanlah aku satu-satunya. Cintai aku apa adanya. Bimbinglah aku agar bisa menjadi wanita sederhana namun sempurna dimatamu. Bersabarlah, hingga suatu hari nanti kita pulang kencan dan menuju rumah yang sama. 

Hey kamu...! 
Iya kamu...
Aku mencintaimu :')



Senin, 06 April 2015

Bye Jerawat!

Jerawat, sebuah kata benda yang sangat tidak asing buat aku. lumayan akrab sama kata itu. Oke sebelumnya, let me introduce my skin type. jadi kulit wajah aku tuh verry verry oily. berminyak stadium akhir. kulit berminyak kan rentan jerawatan. jadi dari SMP aku udah akrab banget sama yang namanya jerawat. kalo pas SMP tuh jerawatnya masih di area jidat aja. ngga satu dua lho, tapi full sejidat-jidat. mungkin karna hormon juga kali ya. Lagian itu masih masa transisi, lagi puber ya. Pas SMA pernah pake krim abal-abal karna ikutan temen. Itu lho, krim yang bisa bikin putih cling dalam beberapa hari aja. iya sih putih, tapi kontras sama warna leher. Udah gitu ketergantungan. Aku coba lepas krim itu, alhasil jerawatan lagi. kali ini sampai ke pipi. Nah waktu kuliah awal-awal oke oke aja. Entah pas semester berapa pake krim yang ternyata satu spesies sama krim abal-abal diatas. Cuma beda merk aja. Yaudah putih sih wajah. Udah gitu karna di televisi udah mulai banyak pemberitaan bahaya krim abal-abal kayak gitu, aku coba berhenti. Alhasil jerawatan lagi. Parah banget. Apalagi waktu baru-baru pulang Kukerta. Muka udah ngga keurus. Belum lagi stres ngurusin skripsi. Jerawat full semuka-muka. Stres banget, belum lagi dengerin komentar-komentar orang yang mulutnya ngga bisa jaga perasaan orang. Oke sabar. Aku ngga punya foto selfie aku waktu lagi jerawatan parah saat itu, karna emang ngaca aja males apalagi foto.

Pas udah selesai sidang udah fix lulus dan bakalan wisuda, aku mulai concern ngerawat muka. Ngga langsung dapetin skincare yang klik di wajah aku, tapi cobain ini itu dulu. Ada beberapa paket acne care yang malah bikin breakout parah. Tapi kan kalo ngga dicobain dulu kita ngga akan tau hasilnya. Jadi ya, mesti sabar. Nyiapin budget khusus buat muka. Aku baca review orang. Nyobain satu persatu merk skincare. Ada yang memperparah, ada juga yang ngga ada hasil sama sekali. Sampai akhirnya aku nemuin beberapa benda simpel pembasmi jerawat:

Salep Dari Dokter
Jadi itu salep beli di apotik pake resep dari Dokter. Harganya ngga mahal, konsultasi ke dokternya yang mehong kali ya cyin. Satu jar itu harganya sekitar kurang lebih 70 ribu saja. Kalau di aku 1 jar itu bisa tahan sampai 4 bulan. Ya kan itu dipake pas malem hari aja waktu mau tidur. Baunya obat banget, lumayan annoying. Tapi aku suka cara kerjanya, dia ngga yang ngeluarin jerawat gitu terus ninggalin bekas. Tapi salep ini kalo dipakein ke calon jerawat malem hari, besokannya calon jerawat itu hilang. Dia ngempesin, bukan ngeluarin.Aku udah sekitar 6 bulan pake itu dan alhamdulillah udah ngga ada jerawat lagi. Paling-paling ya kalo lagi menstruasi nongol 1 atau 2. Udah gitu hilang kok. Mulus banget sih belum yah, masih ada scar, noda-noda bekas jerawat dimuka aku. Yang jelas nyembuhin jerawat itu sebenernya lebih mudah dibanding ngilangin bekasnya. Sabar aja. Nah, kayak gini wujud salepnya.



Facial Wash Himalaya
Aku pake facial wash himalaya yang warna hijau. Untuk mencegah jerawat. Kalo di Kota ku, di Jambi, Himalaya masih jarang ditemuin. Dia ngga available disemua drugstore, hanya mall-mall tertentu aja. Harganya murah aja kok. Kemasan kecil (50 ml) cuma kurang lebih 12 ribu aja. Aku tau benda ini juga dari reviewnya orang-orang di blog. Facial wash ini 100% berbahan herbal aktif. Kalau yang hijau dari nimba dan kunyit. Bebas sabun (free from parabens, SLS, Phthalates). Teksturnya agak licin yah, jadi hati-hati pas mau dikasihin air ditelapak tangan, kadang suka meleset kebawah. Dia ngga terlalu berbusa. Facial wash ini kalo dimuka aku cocok sih dikolaborasiin sama salep diatas. Aku udah repurchase berkali-kali. It works. Oh ya, aku pake ini sehari 4 kali. Waktu mandi pagi, waktu wudhu shalat zuhur, mandi sore, terakhir sebelum tidur. Seperti ini bentuknya:



Tissu
Yang pasti tisu buat wajah ya. Kenapa tisu? soalnya kalo abis cuci muka aku selalu ngelap muka pake tisu bukan pake handuk. Kan handuk bekas lap badan ya. Jadi emang harus stok tisu banyak-banyak.

Jadi seperti itulah kira-kira beberapa benda simpel tapi berjasa banget buat basmi jerawat aku. Kalo lagi dirumah aku cuma templokin bedak babby aja buat nyerap minyak. Kalo lagi keluar aku pake cover foundation La Tulipe. Aku cocok pake itu, karna bener-bener ngecover noda bekas jerawat. Wajah aku ngga betah dikasih bb krim ataupun liquid foundation, berminyak parah. Udah pake foundation itu terus aku teplokin bedak tabur revlon yang touch and glow. Karna wajah berminyak itu setau aku ngga cocok pake compact powder atau bedak padat, jadi pake yang taburlah yaa. Udah paling gitu aja, kondangan juga pake itu. Oh ya, face paper juga penting banget. Sediain face paper selalu di makeup pouch buat yang kulitnya berminyak. Buat touch up, aku biasanya 2 jam sekali touch up, ngeblot minyak. Aku pake face paper merk Clean And Clear, karna dia bener-bener nyerap minyak dan bikin wajah matte.

Nah itu sekelumit cerita aku tentang si jerawat. Memang butuh kesabaran tingkat tinggi buat ngilangin benda itu. Berdo'a jangan lupa. Terus kebersihan wajah juga bener-bener harus dijaga. Ini foto selfie aku terbaru, masih ada noda bekas jerawatnya.


Terimakasih yang sudah membaca. Semoga bermanfaat ;)