Kamis, 09 April 2015

Saya pendiam, salah?

Ria kecil (waktu belum sekolah) itu rambutnya tidak pernah panjang (cepak), periang, lincah, main disemak-semak, suka mandi hujan, kalau main tidak pernah pakai baju dan sandal. Seringkali telapak kaki saya tertusuk pecahan kaca. Pernah juga manjat pagar tetangga kemudian jatuh, hingga celana yang saya kenakan robek dan berubah wujud menjadi rok. Tomboy, tapi kalau sudah ketemu alat 'make up' langsung memoles-moles wajah sedemikian menornya, mengganti pakaian menjadi dres, lalu memaksa menguncir rambut yang sebenarnya tidak bisa dikuncir.

Semasa sekolah (SD sampai SMP) saya masih cukup periang, dan banyak teman. Waktu SMA karakter saya mulai sedikit berubah. Agak pendiam, pemalu, dan suka sekali menyendiri. Tidak tahu persis kenapa, yang pasti saya suka sekali menyendiri, ada perasaan nyaman. Saya suka berbelanja ke mall sendirian. Membaca buku dipojokan toko buku sendirian. Mengerjakan sesuatu dikamar sendirian. Tetapi sejauh ini yang saya belum pernah lakukan sendirian adalah menonton bioskop.

Saya tidak banyak bicara pun tidak pandai bergaul. Saya punya beberapa sahabat yang memang itu-itu saja. Karna memang saya sudah nyaman dengan mereka, dan mereka sudah mengenal watak saya.

Iseng-iseng saya ikutan tes kepribadian yang ada di internet. Ternyata saya seorang introvert. Kebanyakan orang pasti berfikir, apa enaknya jadi introvert. Hidupnya seperti memiliki beban masalah, penyendiri, dan pendiam. Lebih baik jadi ekstrovert, supel, pandai bergaul, ceria, dll. Kalau menurut saya, baik itu introvert ataupun ekstrovert punya nilai plus dan minus masing-masing.

Saya juga pernah berfikir ingin menjadi seperti ekstrovert, tapi saya tidak nyaman. Seperti memakai topeng dan tidak menjadi diri sendiri. Saya sadar menjadi introvert bukanlah sebuah kesalahan. Bahkan tokoh dunia seperti Albert Einstein, Bill Gates, dan JK Rowling saja introvert. Jadi kenapa saya harus merasa bersalah dan rendah hati.

Pernah suatu hari dilingkungan kampus, saya sedang duduk sendirian memperhatikan tingkah segerombolan junior yang menarik perhatian saya. Sekitar 4 meter dibelakang saya ternyata ada beberapa cewek yang menyebut nama saya:
Cewek 1 : Oh ria yang itu anak 2010 kan
Cewek 2 : Iya, dia itu semacam mental disorder kali ya.
Cewek 3 : Iya benar, nggak pernah ngomong. Bisu kali ya haha.
Cewek 2 : Kayak punya dunia sendiri
Bla...bla...blaa...
Saya sadar dan mendengar dengan jelas, rasanya pengen nyamperin mereka sambil tepuk tangan dan bilang "Wah... kayaknya elo elo kenal banget ya sama gue yang bahkan gue nggak tau dan ngga pernah mau tau siapa elo, hebat!"
Tapi itu cuma terlintas dikepala, kejadian yang sebenarnya saya cuma bisa tersenyum geli. Alhamdulillah, transfer dosa. Lumayan dosa saya berkurang.

Atau pada kesempatan yang lain. Saya sering mendengar kalimat "Ngomong donk ia, jangan diam aja...". Itu kejadian kalau lagi berkumpul ramai-ramai dengan orang-orang yang tidak terlalu dekat. Saya cuma bisa senyum, bagaimana saya bisa bicara kalau yang lainnya tidak berhenti bicara, lantas siapa yang mendengar.

Pernah juga mendengar yang seperti ini "Ah ria sombong, ketemu di situ kemarin ngga nyapa, dia cuek aja". Klarifikasi dari saya, "Ya kenapa enggak situ aja yang nyapa duluan, kan situ liat saya, saya nggak liat situ. Ribet." Tapi itu ungkapan saya dari dalam hati. Kenapa saya jadi disalahkan karena tidak menyapa orang. Padahal saya tidak "ngeh" dengan keberadaannya. Sementara dia melihat saya dan tidak menyapa saya. 

Dan masih banyak lagi kejadian-kejadian yang menyudutkan saya hanya karna saya diam. Saya bingung, apakah diam adalah perbuatan kriminal? Tidak kan...
Saya lumayan selektif memilih kata apa yang mau saya lontarkan, pun siapa lawan bicara saya. Kalau cuma dengan orang-orang yang tidak terlalu dekat, saya cuma bisa senyum. Saya tidak pandai basa-basi. Kalau orang bertanya ya saya jawab. Biasanya memang tidak ada umpan balik. Karena saya akan bertanya yang menurut saya penting untuk ditanyakan.

Lagipula mengapa saya harus hidup sesuai dengan ekspektasi orang lain, apalagi orang yang tidak terlalu saya kenal. Mereka menginginkan saya ramah kepada mereka. Lah, mereka siapa?

Saya suka menyendiri, tidak berarti saya menyepi saja tidak pernah melihat dunia luar. Bukan seperti itu. Saya suka nonton konser kok. Saya juga wellcome dengan siapapun yang ingin berteman. Saya tidak pilih-pilih teman. Lagipula saya banyak menyimpan rahasia orang (bukan sahabat). Mereka merasa nyaman curhat kepada saya.

Lantas apa bahagianya menjadi pribadi introvert? Saya bahagia kok. Saya happy dengan hidup saya sekarang. Dengan hal-hal kecil saja saya bisa happy. Seperti melihat anak bayi, saya happy. Dibawain eskrim & coklat sama pasangan, saya happy. Beli lipstik baru, saya happy. Dan lain-lain. Memang kebahagiaan tidak saya ungkapkan seperti kebanyakan orang dengan tertawa, nyanyi-nyanyi, dan terlihat sangat berapi-api bersemangat dan excited. Saya bahagia ekspresi saya tetap sama saja seperti biasa, hanya saja hati saya yang berbunga. Sedih juga seperti itu. Kalau kebanyakan orang mengungkapkan kesedihan dengan bercerita (curhat) dengan orang lain sembari menangis, saya tidak demikian. Mungkin saya tidak akan bercerita kepada siapa-siapa kecuali Tuhan.

Jangan terburu-buru menghakimi. Saya tidak minta dimaklumi kok, hanya saja jangan "ganggu" saya, karna saya tidak mengganggu orang.

Mungkin bukan hanya saya yang mengalami hal yang serupa. Untuk orang-orang introvert lainnya, mari kita berpegangan tangan. Selama kita tidak berbuat salah dan tidak merugikan orang lain, ya santai saja. Lakukan apa yang membuat kita happy dan nyaman. Life must go on. Abaikan suara-suara yang mengusik hidup kita. Kita berhak bahagia dengan cara kita sendiri :) 

Selasa, 07 April 2015

Hey Kamu!

Hey kamu...! 
Sedikit flashback. Dulu aku pernah susah payah “move on” bertahun-tahun dengan sesosok pria. Sosok yang aku rasa begitu sempurna. Yang sangat aku sesali kepergiannya. 31 maret, tanggal yang aku anggap begitu bersejarah. Aku merayakannya seorang diri dengan khidmat disertai untaian do’a dan air mata. Itu terjadi selama beberapa tahun. Hingga aku benar-benar lupa dia dan lupa rasanya bahagia. Kemudian aku menangisi punggung-punggung yang beranjak pergi menjauhiku yang dingin dan beku. Menjalin hubungan-hubungan yang bahkan tanpa rasa. Karena aku pikir mereka takkan lama masanya. Hingga kemudian kamu datang, dan kehadiranmu sempat aku remehkan…

Hey kamu...! 
Time flies fast. Kita bisa apa kalau Tuhan berkehendak. Dia Maha Membolak balikkan hati manusia. Sosokmu yang pada awalnya aku fikir sama saja dengan sebelumnya, kini namamu tak pernah luput kusebut dalam doa. Aku tak pernah menyesali apa yang telah terjadi kepadaku sebelumnya. Aku belajar dan aku bersyukur. Aku pernah dengan besar kepala meninggalkan kamu. Namun saat itu aku seperti kehilangan separuh jiwa. Aku berjanji takkan melakukan hal bodoh itu lagi. Kamu berharga…

Hey kamu...! 
Kamu yang saat ini mendampingiku, jadikanlah aku satu-satunya. Cintai aku apa adanya. Bimbinglah aku agar bisa menjadi wanita sederhana namun sempurna dimatamu. Bersabarlah, hingga suatu hari nanti kita pulang kencan dan menuju rumah yang sama. 

Hey kamu...! 
Iya kamu...
Aku mencintaimu :')



Senin, 06 April 2015

Bye Jerawat!

Jerawat, sebuah kata benda yang sangat tidak asing buat aku. lumayan akrab sama kata itu. Oke sebelumnya, let me introduce my skin type. jadi kulit wajah aku tuh verry verry oily. berminyak stadium akhir. kulit berminyak kan rentan jerawatan. jadi dari SMP aku udah akrab banget sama yang namanya jerawat. kalo pas SMP tuh jerawatnya masih di area jidat aja. ngga satu dua lho, tapi full sejidat-jidat. mungkin karna hormon juga kali ya. Lagian itu masih masa transisi, lagi puber ya. Pas SMA pernah pake krim abal-abal karna ikutan temen. Itu lho, krim yang bisa bikin putih cling dalam beberapa hari aja. iya sih putih, tapi kontras sama warna leher. Udah gitu ketergantungan. Aku coba lepas krim itu, alhasil jerawatan lagi. kali ini sampai ke pipi. Nah waktu kuliah awal-awal oke oke aja. Entah pas semester berapa pake krim yang ternyata satu spesies sama krim abal-abal diatas. Cuma beda merk aja. Yaudah putih sih wajah. Udah gitu karna di televisi udah mulai banyak pemberitaan bahaya krim abal-abal kayak gitu, aku coba berhenti. Alhasil jerawatan lagi. Parah banget. Apalagi waktu baru-baru pulang Kukerta. Muka udah ngga keurus. Belum lagi stres ngurusin skripsi. Jerawat full semuka-muka. Stres banget, belum lagi dengerin komentar-komentar orang yang mulutnya ngga bisa jaga perasaan orang. Oke sabar. Aku ngga punya foto selfie aku waktu lagi jerawatan parah saat itu, karna emang ngaca aja males apalagi foto.

Pas udah selesai sidang udah fix lulus dan bakalan wisuda, aku mulai concern ngerawat muka. Ngga langsung dapetin skincare yang klik di wajah aku, tapi cobain ini itu dulu. Ada beberapa paket acne care yang malah bikin breakout parah. Tapi kan kalo ngga dicobain dulu kita ngga akan tau hasilnya. Jadi ya, mesti sabar. Nyiapin budget khusus buat muka. Aku baca review orang. Nyobain satu persatu merk skincare. Ada yang memperparah, ada juga yang ngga ada hasil sama sekali. Sampai akhirnya aku nemuin beberapa benda simpel pembasmi jerawat:

Salep Dari Dokter
Jadi itu salep beli di apotik pake resep dari Dokter. Harganya ngga mahal, konsultasi ke dokternya yang mehong kali ya cyin. Satu jar itu harganya sekitar kurang lebih 70 ribu saja. Kalau di aku 1 jar itu bisa tahan sampai 4 bulan. Ya kan itu dipake pas malem hari aja waktu mau tidur. Baunya obat banget, lumayan annoying. Tapi aku suka cara kerjanya, dia ngga yang ngeluarin jerawat gitu terus ninggalin bekas. Tapi salep ini kalo dipakein ke calon jerawat malem hari, besokannya calon jerawat itu hilang. Dia ngempesin, bukan ngeluarin.Aku udah sekitar 6 bulan pake itu dan alhamdulillah udah ngga ada jerawat lagi. Paling-paling ya kalo lagi menstruasi nongol 1 atau 2. Udah gitu hilang kok. Mulus banget sih belum yah, masih ada scar, noda-noda bekas jerawat dimuka aku. Yang jelas nyembuhin jerawat itu sebenernya lebih mudah dibanding ngilangin bekasnya. Sabar aja. Nah, kayak gini wujud salepnya.



Facial Wash Himalaya
Aku pake facial wash himalaya yang warna hijau. Untuk mencegah jerawat. Kalo di Kota ku, di Jambi, Himalaya masih jarang ditemuin. Dia ngga available disemua drugstore, hanya mall-mall tertentu aja. Harganya murah aja kok. Kemasan kecil (50 ml) cuma kurang lebih 12 ribu aja. Aku tau benda ini juga dari reviewnya orang-orang di blog. Facial wash ini 100% berbahan herbal aktif. Kalau yang hijau dari nimba dan kunyit. Bebas sabun (free from parabens, SLS, Phthalates). Teksturnya agak licin yah, jadi hati-hati pas mau dikasihin air ditelapak tangan, kadang suka meleset kebawah. Dia ngga terlalu berbusa. Facial wash ini kalo dimuka aku cocok sih dikolaborasiin sama salep diatas. Aku udah repurchase berkali-kali. It works. Oh ya, aku pake ini sehari 4 kali. Waktu mandi pagi, waktu wudhu shalat zuhur, mandi sore, terakhir sebelum tidur. Seperti ini bentuknya:



Tissu
Yang pasti tisu buat wajah ya. Kenapa tisu? soalnya kalo abis cuci muka aku selalu ngelap muka pake tisu bukan pake handuk. Kan handuk bekas lap badan ya. Jadi emang harus stok tisu banyak-banyak.

Jadi seperti itulah kira-kira beberapa benda simpel tapi berjasa banget buat basmi jerawat aku. Kalo lagi dirumah aku cuma templokin bedak babby aja buat nyerap minyak. Kalo lagi keluar aku pake cover foundation La Tulipe. Aku cocok pake itu, karna bener-bener ngecover noda bekas jerawat. Wajah aku ngga betah dikasih bb krim ataupun liquid foundation, berminyak parah. Udah pake foundation itu terus aku teplokin bedak tabur revlon yang touch and glow. Karna wajah berminyak itu setau aku ngga cocok pake compact powder atau bedak padat, jadi pake yang taburlah yaa. Udah paling gitu aja, kondangan juga pake itu. Oh ya, face paper juga penting banget. Sediain face paper selalu di makeup pouch buat yang kulitnya berminyak. Buat touch up, aku biasanya 2 jam sekali touch up, ngeblot minyak. Aku pake face paper merk Clean And Clear, karna dia bener-bener nyerap minyak dan bikin wajah matte.

Nah itu sekelumit cerita aku tentang si jerawat. Memang butuh kesabaran tingkat tinggi buat ngilangin benda itu. Berdo'a jangan lupa. Terus kebersihan wajah juga bener-bener harus dijaga. Ini foto selfie aku terbaru, masih ada noda bekas jerawatnya.


Terimakasih yang sudah membaca. Semoga bermanfaat ;)

Minggu, 05 April 2015

Tentang Pria yang Pernah Singgah...

Jadi, aku punya buku harian yang rutin aku isi sejak jaman SMP. Ternyata disana aku tulis nama-nama mantan pacar yang jumlahnya 14 orang lengkap dengan cerita dan karakter mereka. Jadi sama yang sekarang terhitung 15 kali aku pacaran. Sounds like I’m a player. Tapi sebenernya selama 14 kali itu ngga ada yang lebih dari 3 bulan. Ngga tau apa itu bisa disebut mantan atau nggak. Kalau nggak ya berarti aku ngga punya mantan pacar donk ya, hehe. Tapi serius, aku bahkan sudah lupa raut wajah mereka. Tapi kalau ketemu dijalan pasti ingat lah ya.

Waktu pertama kali pacaran dengan pria berinisial A, endingnya gantung. Itu masih ABG setengah mateng. Pacarannya ngga jelas. Kalo papasan, mesem-mesem, malu-malu kucing, terus pas mau tidur kebayang-bayang. Typical cinta monyet gitu lah.

Terus sama pacar yang kedua.Satu kelas, dan cinlok. Doi sering kasih aku puisi, and you know what? puisinya masih aku simpen sampe sekarang. Yaa buat bahan cerita ke anak cucu kalo gini-gini aku pernah dikasih puisi-puisi puitis. Sama doi juga pernah dikasih cincin, tapi aku buang di tempat sampah belakang sekolah pas udah putus dan tau kalo doi udah jadian lagi sama cewe lain.

Sama pacar yang ketiga, ini... ini yang bikin aku susah move on. Temen sekelas juga (cinlok again pffft). Inisialnya... ah ngga usah deh, nanti takut temen aku baca dan menimbulkan kontroversi, hehe. Kenapa sama dia paling susah move on? karna ending hubungan kita ngga bagus, tepatnya aku ninggalin dia padahal dia ngga salah apa-apa. Kita pernah putus terus balikan lagi. Yang terakhir kita putus sebenernya doi ngga terima. Tapi aku tetep keras kepala dan akhirnya... nyesel. Pengen balikan sama dia tapi gengsi nyatain duluan. Apalagi abis putus dia ngga sekelas sama aku lagi terus langsung jadian sama cewe sekelasnya. Waktu itu rasanya kayak disamber petir (aih), apalagi pas ngeliat dia pacaran didepan kelas. Dia itu sebenernya pria baik, udah gitu romantis banget. Waktu valentine dia kasih aku parsel yang isinya bunga, coklat sama bingkai foto. Masih disimpen sampe sekarang, buat diceritain ke anak cucu juga kalo gini-gini aku pernah dikasih bunga. Hehe. Tapi aku jahat banget, malah ngasih coklat ke mantan yang nomor dua didepan mata dia, walaupun sebenernya aku selipin coklat juga didalem tasnya. Tapi tetep aja, aku jahat banget. By the way, nama dia berserakan didalam diary aku. Bertahun-tahun aku coba lupain dia tapi ngarep balikan juga karna susah cari cowok kayak dia. Sampai akhirnya aku nyerah dan pasrah. Mungkin tepatnya aku susah move on karna perasaan bersalah, buka karna cinta. Tapi sekarang udah biasa aja, pernah ketemu di event buka bersama tapi udah biasa aja kok perasaannya, kayak ketemu temen lama.

Udah sama dia, aku jadian sama beberapa cowok (bukan dalam satu waktu ya). Iseng, padahal ngga ada rasa. Cuma ya cobain aja kali aja bisa move on. Tapi tetep aja ngga bisa. Bayang-bayang dia masih ada dikepala. Kasian juga kan sama cowo yang pacaran sama aku. Ada yang baru 3 hari aja terus putus, ada yang seminggu, ya paling lama sebulan. Gitu terus.

Nah sampai pacar yang ke 13, aku udah mulai lupa. Pacar yang ke 13 ini lumayan berkesan. Aku sama doi dicomblangin temen. Banyak kenangan indah sama dia, tapi sayangnya dia suka bohong. Terus ngegantungin hubungan juga. Terus dia nongol lagi, sempet jalan bareng, and you know what? saat itu dia curhat tentang cewenya yang baru. Perasaan aku saat itu bukan main... sakitnya. Baru aja mau move on, niat serius sama dia. Ya udah, sejak saat itu aku berniat pergi dari kehidupannya. Ngga ada hubungan kakak-adekan, ngga ada. Sampai aku jadian sama cowo yang ke 14. Inisial R. Doi kenal sama si R ini dan dia ngeliat aku sama R lagi jalan disebuah mall. Terus doi langsung nelfonin si R dan bilang kalo aku ini pacarnya, what the.... Ku jelasin baik-baik sama R, dan dia ngertiin. Tapi sama si R juga ngga sampe seminggu... kandas.

Setelah putus sama si R, aku mulai agak trauma mau ngejalin hubungan lagi sama cowok. Adalah beberapa cowok yang PDKT, tapi aku berusaha menghindar. Sempet dijodohin keluarga aku sama cowok yang udah tua, tua banget (gile aku doyannya brondong). Aku milih untuk sendiri aja dulu, nikmatin bisa jalan sama siapa aja. Dan akhirnya.... waktu bulan puasa tahun 2012 (aku lupa tanggal berapa), tepatnya setelah pulang dari acara buka bersama mahasiswa baru, ngga ada angin ngga ada ujan, ada cowok berinisial AN ngirim sms. Katanya dia mau menjalin tali silaturahmi sama aku (hahaha). Pada saat itu aku sih biasa aja ya, karna itu bukan kali pertama ada cowo ngirim message dengan niat yang sama. Ya udah ladenin aja biar ngga dikata sombong. Lagian aku tau juga siapa orangnya, anak kelas sebelah, satu organisasi sama aku (cinlok lagi).

Si AN ini gercep banget. SMSan tiap malem, terus ngajakin jalan. Inget banget pertama kali jalan sama doi, kita buka bareng di KFC. Udah gitu, entah berapa lama (pokoknya PDKT nya sebentar), doi nyatain cinta (DHUAR). Waktu itu malem minggu tanggal 1 september 2012 (abis lebaran). Sebenernya aku ragu-ragu, karna saat itu aku lagi PDKT juga sama anak jurusan sebelah, sama anak Bogor, terus satu lagi sama anak kampus juga. Pengen nolak tapi kenapa harus ditolak, kayaknya anaknya baek. Cuma dia yang PDKT nya serius terus komunikasi intens. Ya udah... diterima. Cobain aja dulu kali ya. Aku sih mikir paling berapa lama dia tahan sama aku, belum tau aja (sambil ketawa setan).

Udah sebulan lebih sama dia, ngga ada angin ngga ada ujan, aku minta putus... Ceritanya pengen ngerasain sensasi rasa patah hati aja kayak dulu-dulu (duileh). Dan ternyata bukan patah lagi, hancur. Seumur hidup baru sekali lihat cowok nangis didepan mata kepala sendiri, sama mantan yang ke 3 dia juga pernah nangis sih tapi ditelepon (bisa aja akting). DHEG... rasanya kayak digampar Ade Rai. Dia pulang, dan sehabis kejadian itu, jujur, aku ngga nafsu makan, lemes aja, kalo lagi sendiri air mata ngalir aja. Aku jahat banget rasanya. Pas udah beberapa hari doi nyusulin aku waktu pulang dari kampus. Tau nggak, saat itu lagi dijalan (lagi motoran mau pulang kerumah) aku mikirin dia, kangen banget sama dia. Tiba-tiba doi nongol disebelah kanan, terus kita berhenti dipinggir jalan, dia ngasih sekeping CD gitu. Waktu pulang langsung aku buka, eh ada suratnya. Pas aku baca surat itu... petjaaaahhh, mewek abis-abisan. CD itu isinya foto-foto aku dari pertama kenal yang diambil candid sama dia. Huaaaa... makin mewek.

Sampailah hari sabtu, aku lagi bikin sop buah untuk dijual buat tugas kewirausahaan dirumah temen rame-rame. Ada 1 temen yang iseng (mungkin dia geleuh liat aku ga semangat), dia sms AN yang berbunyi "I MISS YOU". Terus dibales, udah taulah ya balesannya apa. Tiba-tiba hape ku bunyi, pas aku buka ternyata sms dari doi yang bunyinya "I miss you too". Aku bingung donk, kenapa itu anak tiba-tiba sms kayak gitu. Ternyata biang keroknya.... hmmm. Gondok sih. Tapi makasih juga sama temen aku yang udah iseng. Berkat dia, aku jadi diajak ketemuan malem minggu terus balikan. Iya malem itu kita jalan bareng lagi dan balikan. Aku bersumpah dalam hati, ngga akan ngelakuin hal bodoh itu lagi, nggak.

Hingga saat ini hubungan kami sudah berjalan 2 tahun lebih. Aku udah diwanti-wanti sama sahabat-sahabatku, jangan menyia-nyiakan pria baik (lagi). Aku juga ngga nyangka, ternyata pria sederhana kayak dia yang bikin hati aku bertekuk lutut. Aku lupa dengan masa lalu yang pernah membanjiriku dengan air mata. Untuk pertama kalinya aku pacaran diperkenalkan dengan orang tua pacar. Pertama kali juga aku bawa sesosok pria ke keluarga bahkan keluarga besar. Banyal hal yang pertama kali aku lakukan sama dia. Dia tidak hanya menyenangkan ketika dekat, tapi juga menenangkan ketika jauh. Bersamanya aku merasa nyaman, aku menjadi diriku sendiri. Dia ngga pernah nuntut apa-apa dari aku. Intinya... aku cinta dia dengan segala kelebihan dan kekurangannya.


Foto waktu baru jadian 2 minggu sama Mr AN, pas ada event ospek mahasiswa baru.



Hmm seperti itulah kira-kira. Keliatannya aja mantannya banyak. Tapi serius aku lamaan jomblonya dibanding pas pacarannya. Tapi sekarang Alhamdulillah aku udah happy udah klik sama si Mr. AN. Aku ngga pernah benci atau nyimpen dendam ke mantan-mantan aku, pun ngga komunikasi intens sama mereka. Yang pasti kalau berpapasan dijalan kita saling tegur sapa, senyum, ya kayak biasalah yang sewajarnya. Yang udah ya udahlah, jadiin pelajaran sih. Hikmahnya, aku jadi mengenal sosok dan karakter pria yang berbeda-beda. Terimakasih pria-pria yang pernah hadir di hidup aku, dan terimakasih banyak untuk lelakiku yang tengah mendampingiku saat ini. Terimakasih sudah memberi warna dan cerita di dalam hidup aku :')

Jumat, 03 April 2015

Disyukuri atau Disesali?

Saya pendiam dan tidak pandai bergaul. Saya menyesal? Tidak, saya mensyukurinya. Saya memiliki beberapa sahabat dan pasangan yang sudah "klik" dan benar-benar tau bagaimana saya. Saya bersyukur saya pendiam, mungkin itu adalah cara Allah menjaga saya agar tidak rentan bergunjing. Memelihara lidah saya dari kata-kata yang tak bermanfaat. Tentu saja saya pernah bergosip, munafik kalau saya bilang tidak pernah bergosip. Tetapi setidaknya meminimalisir keinginan bergosip dengan orang lain yang hanya sekedar teman atau kenalan.

Saya tidak tinggi dan kurus. Saya menyesal? Tidak, saya bersyukur. Walaupun tak jarang saya berkata saya ingin lebih tinggi dari ini, tapi saya syukuri keadaan saat ini. Dengan tubuh minimalis seperti ini saya jadi bebas memakai heels ataupun wedges dengan hak sekian centi, tentunya tanpa melampaui tinggi pasangan saya. Tubuh saya tidak berisi. tapi alhamdulillah hingga detik ini saya tidak pernah sakit parah dan dirawat dirumah sakit. Saya juga berfikir, berapa banyak wanita diluar sana yang mati-matian diet untuk mendapatkan tubuh langsing. Sedangkan saya mau makan berapa banyak pun tubuh saya akan tetap segini. Tetap bersyukur. Mau kurus ataupun gendut, yang terpenting adalah sehat.

Tangan kanan, tangan kiri, dan kaki kiri saya pernah patah dan tulangnya bergeser karna saya cukup nakal waktu kecil. Saya menyesalinya? Tidak saya mensyukurinya. Tidak sempurna memang, tapi hal itu tidak menghalangi saya untuk ikut menjadi paskibra waktu SMP, pernah ikut-ikut fashion show meskipun tidak menang, dan yang lebih sering menari kesana kemari ikut lomba membawa nama sekolah. Kadang menari untuk mengisi acara pernikahan, dan menari untuk menyambut presiden atau pejabat. Bahkan waktu SMA saya pernah mengajar nari. Saya tidak peduli pada tangan dan kaki yang tulangnya bengkok. Saya mensyukurinya.

Bukan berarti karna saya bersyukur dengan 3 hal diatas lantas saya bangga dengan diri saya sekarang. Tentu saja belum, saya belum menjadi apa-apa. Masih menjadi manusia yang terus belajar dan berjuang untuk lebih baik kedepannya dan seterusnya. Saya hanya ingin mensyukuri mulai dari hal-hal kecil agar saya tak kufur nikmat lantas terhalang mendapatkan hal-hal yang lebih besar.
Masih banyak lagi hal-hal yang menjadi kekurangan saya namun saya mensyukurinya. Tapi dikarenakan mata ini sudah sangat lelah karena hari sudah sangat larut, maka saya cukupkan sampai disini.
Terimakasih yang sudah meluangkan waktu "tersasar" di blog saya :)